Proyek Bendungan Tibu Kuning

 Concrete Dam

Bendungan atau dam adalah suatu tembok penahan air yang dibentuk dari berbagai batuan dan tanah. Air yang dibendung akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain dijadikan pembangkit tenaga listrik (PLTA), penyediaan air bersih, tempat rekreasi, pengendali banjir, dan sebagainya. Sejak tahun 1900 sampai dengan sekarang Indonesia memiliki lebih dari 100 buah bendungan mulai dari tipe waduk lapangan hingga bendungan besar baik yang dikelola oleh pemerintah maupun instansi swasta.

Seperti diketahui bahwa tubuh bendungan akan mengalami tekanan dari efek loading air danau bendungan. Akibat gaya tekanan ini maka tubuh bendungan kemungkinan akan dapat mengalami deformasi. Karena bendungan memiliki peranan yang cukup penting bagi kehidupan masyarakat, maka diperlukan suatu bentuk pemeliharaan dan perawatan yang memadai guna menghindari kerusakan pada bendungan tersebut. Salah satu bentuk pemeliharaan dan perawatan tersebut salah satunya adalah dengan melakukan pemantauan deformasi pada tubuh bendungan.

Dam dapat diklasifikasikan menurut struktur, tujuan atau ketinggian. Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan, bendungan dapat diklasifikasikan sebagai dam kayu, “embankment dam” atau “masonry dam”, dengan berbagai subtipenya.

Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan air di perkotaan, meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat industri seperti pertambangan atau pabrik. Hanya beberapa dam yang dibangun untuk semua tujuan di atas.

Menurut ketinggian, dam besar lebih tinggi dari 15 meter dan dam utama lebih dari 150 m. Sedangkan, dam rendah kurang dari 30 m, dam sedang antara 30 – 100 m, dan dam tinggi lebih dari 100 m.

Kadang-kadang ada yang namanya Bendungan Sadel sebenarnya adalah sebuah dike, yaitu tembok yang dibangun sepanjang sisi danau untuk melindungi tanah di sekelilingnya dari banjir. Ini mirip dengan tanggul, yaitu tembok yang dibuat sepanjang sisi sungai atau air terjun untuk melindungi tanah di sekitarnya dari kebanjiran.

Sebuah bendungan pengukur overflow dam dirancang untuk dilewati air. Weir adalah sebuah tipe bendungan pengukur kecil yang digunakan untuk mengukur input air.

Bendungan Pengecek check dam adalah bendungan kecil yang didesain untuk mengurangi dan mengontrol arus erosi tanah.

Bendungan kering dry dam adalah bendungan yang didesain untuk mengontrol banjir. Bendungan ini biasanya kering, dan akan menahan air yang bila dibiarkan akan membanjiri daerah dibawahnya.

Bendungan separuh diversionary dam adalah bendungan yang tidak menutup sungai. sebagian dari arus ditampuh di danau terpisah, di depan bendungan.

Bendungan kayu kadang-kadang digunakan orang karena keterbatasan lokasi dan ketinggian di tempat ia dibangun. Di Lokasi tempat bendungan kayu dibuat, kayulah bahan yang paling murah, semen mahal dan sulit untuk diangkut. Bendungan kayu dulu banyak digunakan, tapi kebanyakan sudah diganti dengan beton, khususnya di negara-negara industri. Beberapa bendungan dam masih dipakai. Kayu juga bahan dasar yang digunakan berang-berang, sering juga ditambah lumpur dan bebatuan untuk membuat bendungan berang-berang.

Concrete Dam
Concrete Dam

Secara umum bendungan dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

1.Type Concrete (Beton)

  • Bendungan Gravitasi
  • Bendungan Busur
  • Bendungan Rongga

2. Steel (Baja)

3. Timber (Kayu)

4. Type Fill (Bendungan Urugan)

  • Bendungan Urugan Batu
  • Bendungan Urugan Tanah.

Disamping itu bendungan dapat pula di golongkan sesuai penggunaannya misalnya bendungan pemasukan, bendungan penyimpan, bendungan pengatur, dll.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat (lokasi) bendungan adalah :

1. Faktor Alam

  • Type, besar, tinggi dari bendungan
  • Keadaan Pondasi
  • Bahan bahan yang dapat digunakan untuk konstruksi
  • Rencana perkembangan mendatang
  • Masalah yang timbul akibat meluapnya reservoir (daerah genangan)
  • Pengaruh pada daerah hilir akibat pemanfaatan air di hulu.

2. Faktor tujuan

  • Untuk pengendalian banjir
  • Untuk pengendalian air irigasi
  • Untuk pembangkit listrik (PLTA)
  • Untuk industri
  • Untuk sumber air baku (Water supply)
  • Untuk pelayaran
  • Untuk perikanan
  • Untuk rekreasi
  • Penempatan daerah rendah

Faktor yang mempengaruhi pemilihan type bendungan pada tempat yang terpilih secara langsung dipengaruhi oleh kondisi alam, seperti :

  • Topografi
  • Geologi
  • Spillway
  • Seismic activity
  • Bahan bendungan. Dll

3. Topografi

Keadaan topografi seperti, profil potongan melintang dari letak bendungan dan garis tinggi yang menbatasinya. Yang mempunyai andil yang penting dalam menentukan volume material yang dibutuhkan bendungan, disamping itu juga mempengaruhi stabilitas dari bendungan.

Keadaan geologi yang mempengaruhi pemilihan tipe bendungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  • Besar muatan yang membebani dan lapisan endapan sungai
  • Kekuatan dan keseragaman dari batu pondasi
  • Data kekedapan air pada pondasi

4. Spillway

Spillway merupakan kebutuhan dasar dari konstruksi bendungan yang besarnya tergantung dari cara menentukan tinggi muka air banjir pada daerah tersebut.
Spillway ini merupakan jaminan terhadap keselamatan dari bendungan.

Pengaruh gempa bumi terhadap perencanaan mempunyai ukuran yang bermacam macam untuk tiap negara, tergantung pada kegiatan getarannya.

5. Bahan bendungan

Didasarkan atas pemikiran, bahwa tipe bendungan yang paling ekonomis yang harus dipilih, maka perlu untuk memperhatikan hal hal sebagai berikut :

  • Kualitas dan kwantitas bahan yang mungkin ada disekitar tempat bendungan
  • Jarak pengangkutan dari daerah penggalian ketempat penimbunan

Untuk pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Bendungan Tibu Kuning memerlukan banyak unsur yang saling terkait, unsur tersebut antara lain adalah penggunaan perangkat alat berat, waktu, kuantitas pekerjaan dan biaya, yaitu agar dapat menyelesaikannya tepat waktu dan efisien.

Penetapan penggunaan alat berat tertentu bukanlah hal yang sederhana, karena kesalahan dalam pemilihan dan kombinasi alat berat, yaitu jenis dan kemampuannya akan mengakibatkan produksi yang rendah dan dapat menyebabkan biaya yang lebih mahal dan waktu pelaksanaan yang lebih lama atau bahkan rugi.

Ada beberapa alternatif yang diusulkan. Metode Network Planning yang digunakan adalah CPM (Critical Path Method), yaitu untuk mendapatkan urutan pelaksanaan dan waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut. Untuk mendapatkan alternatif yang optimal maka digunakan Program Dinamik (Dinamic Programming).

Hasil perhitungan biaya pada masing-masing alternatif dan hasil optimasi terhadap alternatif termurah maka didapat hasil sebagai berikut :

  1. Alternatif 1 Rp. 7.333.668.738,00 (70.3%), waktu 361 hari
  2. Alternatif 2 Rp. 7.536.338.033,00 (72.2%), waktu 372 hari
  3. Alternatif 3 Rp. 6.671.349.636,00 (63.9%), waktu 349 hari
  4. Hasil Optimasi Rp. 6.462.162.315,00 (61.9%), waktu 319 hari
  5. Koreksi Hasil Optimasi Rp. 6.579.687.155,00 (63.0%), waktu 333 hari

Dari hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa rentang penawaran yang dapat dibuat terhadap Engineer’s Cost Estimate (ECE) adalah 61.9% sampai dengan 70.3%, bila indikator ekonomi kita stabil maka penawaran terendah adalah sekitar 63.0%.

Penggunaan Program Dinamik cukup membantu didalam Manajemen Konstruksi untuk optimasi penggunaan alat berat pada suatu pekerjaan dengan suatu rangkaian kegiatan yang cukup banyak dan harga yang bervariasi akibat banyaknya alternatif yang dapat dibuat, yaitu memudahkan pengambilan keputusan untuk optimasi waktu dan biaya.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/proyek-bendungan-tibu-kuning

Previous
Next Post »