Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO dan USCS

Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO dan USCS

Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO dan USCS

Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang terbentuk dari mineral dan bahan organik. Tanah memegang peranan yang vital bagi seluruh kehidupan di bumi ini karena tanah tanah mendukung kehidupan tumbuhan sebagai penyokong unsur hara dan air serta menjadi penopang bagi akar. Struktur tanah yang berongga (void) merupakan tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan bertumbuh. Tanah juga sering digunakan sebagai habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.

Proses pembentukan tanah dimulai dari pelapukan sebuah batuan, baik pelapukan secara fisik maupun pelapukan secara kimia. Karena proses ini, batuan akan menjadi lunak dan mengalami perubahan komposisinya. Batuan yang lapuk ini belum dapat dikatakan sebagai tanah, melainkan sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan ini terus berlangsung hingga bahan induk tanah berubah menjadi tanah sebenarnya. Proses pelapukan inilah yang menjadi titik awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga turut berperan dalam pembentukan tanah. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah iklim, organisme, bahan induk dan topografi.

Akibat dinamika faktor-faktor tersebut maka terbentuklah berbagai jenis tanah yang beragam dan dapat dilakukan klasifikasi tanah. Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem penggolongan yang sistematis dari jenis-jenis tanah yang mempunyai sifat-sifat yang sama ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya (Das,1995).

Sistem klasifikasi tanah dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisik. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan penguji untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya (Bowles, 1989).

Banyak sistem klasifikasi tanah yang telah disusun antara lain sistem klasifikasi Dudal-Soepraptohardjo, Sistem Soil Taxonomy (USDA), Sistem World Reference Base for Soil Resources, Sistem Unified Soil Clasification System (USCS) dan SistemAmerican Association Of State Highway and Transporting Official (AASHTO). Namun yang paling umum digunakan adalah sistem USCS dan AASHTO. Berikut kami akan menjelaskan secara singkat kedua sistem klasifikasi ini.

A. Sistem Klasifikasi American Association Of State Highway and Transporting Official (AASHTO)

Sistem klasifikasi AASHTO dibuat dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :

1. Ukuran butir tanah

a. Kerikil : fraksi melewati saringan 75-mm (3-inch ) dan tertahan pada saringan no 10 (2-mm)

b. Pasir : fraksi melewati saringan no 10 (2 mm) dan tertahan pada saringan no 200 (0,075 mm)

c. Lumpur dan lanau : fraksi melewati saringan no 200

2. Plastisitas

Tanah disebut tanah berlumpur (silty) ketika fraksi halus tanah memiliki indeks plastisitas 10 atau kurang. Sedangkan tanah liat (clay) adalah ketika fraksi halus tanah memiliki indeks plastisitas 11 atau lebih.

3. Jika berbatu dan bongkah (ukuran lebih besar dari 75 mm) yang diuji, mereka dipisahkan dari bagian dari sampel tanah dari mana klasifikasi tersebut dibuat. Namun, persentase material tersebut dicatat.

Untuk mengklasifikasikan tanah yang sesuai dengan tabel dibawah, kita harus menerapkan data uji mulai dari kiri ke kanan. Dengan proses eliminasi, tanah dikelompokan pertama dari kiri lalu menuju ke kriteria yang sesuai.

Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO dan USCS

B. Sistem Unified Soil Clasification System (USCS)

Sistem ini mengklasifikasikan tanah menjadi dua kategori besar :

1. Tanah kasar dengan syarat kurang dari 50% tanah lolos melalui saringan no 200. Kelompok ini dimulai dengan simbol awal G atau S. G singkatan gravell /kerikil, dan S(sand) untuk pasir atau tanah berpasir.

2. Tanah Halus adalah tanah dengan 50% atau lebih dapat melalui saringan no 20. Simbol kelompok ini dimulai dengan prefiks dari M, yang merupakan singkatan dari lumpur anorganik, C untuk lanau anorganik, atau O untuk lumpurdan lanau organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut, tanah kotoran dan tanah lain yang  kadar organiknya tinggi.

Simbol lainnya yang digunakan untuk klasifikasi adalah

  • W-well graded (bergradasi baik)
  • – poorly graded
  • L – plastisitas rendah (batas cair kurang dari 50)
  • H – plastisitas tinggi (batas cair lebih dari 50)

Untuk menentukan klasifikasi tanah pada sistem USCS digunakan tabel dibawah ini dengan cara eliminasi dari kiri ke kanan seperti pada klasifikasi AASHTO. Untuk informasi tambahan dalam sistem ini juga dapat digunakan plasticity chart yang kami cantumkan dibawah.

Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO dan USCS 2

Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO dan USCS

Namun dalam menggunakan klasifikasi ini perlu diketahui beberapa informasi penting yang dapat dicari dengan berbagai pengujian terdahulu pada tanah, yakni :

  1. Persentase kerikil, yaitu fraksi melewati saringan dengan ukuran 76,2 mm saringan dan tertahan di saringan no. 4 (4,75-mm)
  2. Persentase pasir, yaitu fraksi yang melewati saringan no. 4 (4,75 mm pembukaan) dan tertahan pada saringan no. 200 (0,075 mm)
  3. Persen lumpur dan tanah liat, yaitu tanah yang lolos dari saringan no. 200  (0.075 mm)
  4. Koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc)
  5. Batas cair dan indeks plastisitas tanah yang melewati saringan no. 40
sumber :https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/sistem-klasifikasi-tanah-aashto-dan-uscs

Perencanaan Struktur Kayu Berdasarkan SNI

Perencanaan Struktur Kayu Berdasarkan SNI
Perencanaan Struktur Kayu Berdasarkan SNI 2

Pengertian kadar air ada 2 hal, kandungan air yang terdapat dalam kayu, biasanya dinyatakan dalam persen dari berat kayu kering oven sedangkan kadar air kayu atau bahan berkayu dapat dinyatakan berdasarkan berat kayu kering oven atau berat kayu basah.

Ada beberapa jenis kayu antara lain :

1. Kayu keras (daun lebar)

Kelompok kayu yang berasal dari gol. Berbiji tertutup (angiospermal) yang pada umumnya berdaun lebar dengan ciri-ciri kayu memiliki pori-pori dan pembuluh serta struktur anatomi yang kompleks.

2. Kayu lunak (daun jarum)

Kelompok kayu yang berasal dari gol.berbiji terbuka (gimuospermal) yang pada umumnya berdaun jarum dengan ciri-ciri kayu terdiri dari trakeida longitudinal dengan struktur anatomi yang relatif lebih sederhana.

Kayu gubal merupakan bagian terluar dari kayu yang berbatasan dengan kulit dan merupakan bagian batang yang masih hidup berisi zat makanan cadangan biasanya berwarna terang.

Mata Kayu
Penampang Kayu

Mata kayu adalah salah satu cacat pada kayu gergajian yang merupakan tempat munculnya cabang atau ranting yg berbentuk bulat atau lonjong.

Persyaratan-persyaratan dalam struktur kayu harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.

2. Analisis dengan komputer, harus menunjukkan prinsip cara kerja program dan harus ditunjukkan dengan jelas data masukkan serta penjelasan data keluaran.

3. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk analisis teoritis.

4. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.

5. Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti persyaratan berikut ini :

  • Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan atau percobaan yang cukup aman.
  • Tanggung jawab atas penyimpangan,dipikul oleh perencana yang bersangkutan.
  • Perhitungan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk oleh pengawas lapangan yang terdiri dari ahli-ahli yg diberi wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut.
  • Penanggung jawab perhitungan adalah perencana yang bertanggungjawab terhadap hasil perencanaan.
Nilai kuat acuan (Mpa) berdasarkan atas pemilahan secara mekanis pada kadar air 15%

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-kayu/perencanaan-struktur-kayu-berdasarkan-sni

Pengujian Kuat Tekan Kayu

Pengujian Kuat Tekan Kayu
Tabel Hasil Pengukuran Kayu

Kuat tekan kayu adalah nilai yang digunakan untuk mengetahui kelas kuat kayu. Kelas kuat kayu adalah tolok ukur yang akan kita gunakan di lapangan untuk menentukan dimensi kayu dan harus didasarkan pada pembebanan yang bekerja.

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kuat tekan kayu searah serat dan kategori kelas kayu. Benda uji yang harus disiapkan adalah balok kayu dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 200 mm. Sedangkan alat yang digunakan adalah stopwatch, mesin uji tekan kayu, kaliper.

Tahap pengujian antara lain :

  1. Lakukan pengukuran dimensi kayu. Lakukan 3 kali pengukuran untuk mendapatkan ukuran yang akurat. 
  2. Letakkan benda uji pada mesin uji tekan kayu.
  3. Berikan pembebanan dengan kecepatan sekitar 0,6 mm/menit.
  4. Catatlah beban maksimum yang terjadi dan lama pembebanan.
  5. Gambarlah sketsa benda uji setelah dilakukan pembebanan

Hasil pengujian dan analisa

Tabel Hasil Pengukuran Kayu
Tabel Hasil Pengukuran Kayu

1. Beban maksimum = 135 kN = 135000 N

2. Lama pembebanan = 12,27 detik = 12,27/60 = 0,2 menit

3. Kuat tekan (τ) = P / A , dimana A = t x l

A = luas alas

A = 39,1 x 53,2

A = 2080,12 mm²

Kuat tekan (τ) = 135000 / 2080,12 = 64,9 MPa

Arah Pembebanan Balok Kayu
Arah Pembebanan Balok Kayu

4. Kecepatan pembebanan (V) = beban maksimum / lama pembebanan

kecepatan pembenanan (V) = 135 / 0,2 = 675 kN / menit

5. Sketsa benda uji setelah pembebanan

Sketsa Benda Uji Setelah Pembebanan
Sketsa Benda Uji Setelah Pembebanan

Kesimpulan

1. Kuat tekan kayu = 64,9 MPa

2. Kecepatan pembebanan = 675 kN / menit

3. PUBI 1982 tabel 37-3 “ Berat jenis ( kering udara ) kurang atau sama dengan 0.3. Kekuatan Tekan mutlak kurang dari 650 kg/cm2. Kekuatan tekan mutlak lebih dari 425 kg/cm2.” Jadi kayu termasuk kayu kelas kuat III.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-kayu/pengujian-kuat-tekan-kayu

Sistem Traveller Jembatan Barelang

Sistem Traveller Jembatan Barelang
211

Dari kajian teknis, maka diputuskan untuk memilih pembangunan infrastruktur sebagai pemicu pembangunan pulau-pulau lainnya yaitu dengan pembangunan enam buah jembatan yang menghubungkan ke-tujuh pulau dengan panjang 2264 meter.

Pembangunan ke-enam jembatan dimulai bulan Oktober tahun 1993 dan selesai secara bertahap mulai tahun 1996 sampai dengan bulan Januari 1998. Ke-enam jembatan ini memiliki bentang dan konstruksi yang berbeda satu sama lain yaitu: Jembatan #1 Cable-Stayed, bentang utama 350 m (642 m); Jembatan #2 Balance Cantilever Single Box Girder, bentang utama 160 m (420 m); Jembatan #3 Segmental Concrete Box Girder, bentang utama 45 m (270 m); Jembatan #4 Balance Cantilever Double Box Girder, bentang utama 145 m (365 m); Jembatan #5 Arch Bridge, bentang utama 245 m (385 m) dan Jembatan #6 Segmental Concrete Box Girder, bentang utama 45 m (180 m).

Struktur Jembatan

Cable-Stayed terdiri dari 2 element utama, pylon dan sistem kabel. Pylon pada struktur jembatan modern sering terbuat dari beton dikarenakan bahan dari beton murah. Bentuk kabel pada pylon dapat menerus melalui pylon atau diangkerkan pada pylon. Sistem kabel terdiri dari kawat baja termasuk sistem angker, sistem proteksi dan sistem proteksi cuaca luar.


Pylon

Cara pelaksanaan jembatan ini menggunakan pylon yaitu dengan memanfaatkan peralatan Climbing Form.  Secara umum dapat digambarkan bahwa untuk membuat kaki pylon, climbing form ini selalu bertumpu pada bagian yang sudah buat sebelumnya. Pada saat bertumpu pada bagian kaki pylon yang ada, dilakukan pengerjaan bagian dimuka/didepan atau di atasnya dan setelah selesai serta beton sudah cukup kuat, climbing form dipindahkan pada bagian yang baru dibuat dan seterusnya menumpu pada bagian ini, dan kemudian kembali untuk mengerjakan bagian dimukanya dan seterusnnya. Cara demikian juga yang dilakukan untuk pekerjaan lantai kendaraan. Peralatan kerja untuk lantai kendaraan pada kedua jembatan kembar ini biasanya disebut dengan Traveller Formwork, namun dasar cara kerja dan prosedurnya sama dengan cara kerja climbing form.


Cable Type

Berupa untai kawat galvanis (galvanized wire rope), galvanized locked coil, galvanized strand dan batang, stands atau kawat yang digrouting. Biasanya untuk struktur cable-stayed di dunia saat ini, sistem yang disukai terdiri dari kabel penggantung yang terbuat bundel dari 20 sampai 80 strands yang disusun paralel, setiap strand terdiri dari 7 wires (kawat) yang dipuntir bersama-sama. Strand 7 wires tersebut adalah yang biasanya digunakan pada struktur beton pratekan dan banyak tersedia dipasaran dan mudah disimpan.
Galvanized strand
Galvanized locked coil
Galvanized wire rope

Proteksi Karat

Sistem proteksi jembatan berupa pelapisan epoxy pada pipa polyethylene. Ruang kosong antara pipa polyethylene dan kabel diinjeksi dengan grouting cementitious. Kemudian pipa polyethylene dibungkus dengan polyvinyl flouride tape yang awet (PVF) untuk melindungi dari radiasi ultraviolet.

Grouting cementitious
Grouting cement pump
Cementitious Pressure Grouting

Angker Kabel

Menurut kuantitas kabel, angker akan bervariasi. Untuk jembatan tertentu, dengan sedikit kabel penggantung, akan besar gaya kabelnya, sehingga dengan demikian jembatan dengan sedikit kabel penggantung cenderung sistem angkernya besar dan rumit pada hubungan dengan tower dan bangunan atas. Untuk maksud pemeriksaan dan perbaikan, karena konsentrasi gaya pada angker atau transfer melalui angker sangat besar. Pemeliharaan sistem proteksi dari angker menjadi perioritas utama. Hal ini berlaku pada jembatan Batam-Toton yang jumlah kabel strand penggantung berkisar antara 31 strand sampai dengan 91 strand untuk satu bundel.

Angker

Komponen Utama Inspeksi

Pembungkus kabel

Kabel dibungkus dengan polyethylene High-density telescopic pipe dengan neoprene boots dan dengan damper internal dan external pada ujung angker

Sistem Damping

internal maupun external. Cara operasi dan cara penyesuaian dari sistem ditentukan oleh pabrik pembuat dan harus menjadi bagian dari manual pemeliharan jembatan.

Angker Kabel

Angker kabel harus diperiksa terutama menyangkut hal-hal berikut :

  • Ketahan rembesan air dari penutup (boot) neoprene pada ujung pipa-pipa pengarah.
  • Jika tersedia lubang air, periksa drainase ruangan antara pipa-pipa pengarah dan transisi. Ruangan ini harus sering diperiksa kemungkinan terjadi penimbunan air.
  • Proteksi korosi dari sistem angker. Permukaan baja yang ter-ekspos harus diperiksa kekerasan sistem cat (pelindung). Galur (thread) dari bagian yang bergerak termasuk juga ring, mur, kepala baut dan lain sebagainya, yang biasanya diproteksi dengan grease atau oli lainnya, harus diperiksa untuk menyakinkan konituitas pelumasan.
  • Sistem damping internal harus diperiksa sesuai dengan rekomendasi fabrik pembuat.

Kabel

Bergelombangnya kabel dapat menunjukan kerusakan atau putusnya kawat baja atau terjadinya distorsi yang di akibatkan selama proses pelaksanaan.

Prosedur Pemeliharaan dan Rehabilitasi

Kabel

Kabel penggantung baja yang digrouting sesungguhnya tidak memerlukan pemeliharan. Pada strand yang dilindungi dengan grouting di dalam duct, pemeliharaan lebih ditujukan pada pemeliharaan sistem proteksinya saja. Jika strand rusak akibat korosi atau keadaan lainnya, keseluruhan kabel harus diganti. Di dalam manual operasi harus juga dicantumkan cara yang harus diikuti dalam penggantian kabel penggantung (stay cable).

Proteksi Kabel

Meliputi juga pengecatan pembungkus kabel baja atau pembungkusan kembali dari pembungkus polyethylene kabel. Pemeliharan ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan lokasi. Biasanya, pengecatan kembali dari pembungkusan baja diperlukan setiap 15 sampai 20 tahun.

Proteksi Angker dan Sistem Damping

Setiap kerusakan pada sistem kedap air dari pipa pengarah dan koneksi pipa transisi harus segera diperbaiki. Pelapisan proteksi harus sesuai dengan spesifikasi dari pelapis asli. Sedangkan prosedur pemeliharaan untuk sistem damping harus mengikuti rekomendasi pabrik pembuat.

Penyesuaian Gaya Kabel Penggantung

Jika perilaku jangka panjang dari jembatan dilaporkan berbeda dengan asumsi perencanaan, penyesuaian gaya kabel penggantung diperlukan. Inspeksi harus juga meliputi pengamatan untuk menentukan deformasi dari struktur akibat beban mati dan lendutan akibat beban hidup. Hal ini akan memungkinkan dapat mengevaluasi besaran rangkak, shrinkage dan kekakuan yang diasumsikan. Prosedur detail untuk penyesuaian gaya penggantung harus dibuat dan disajikan dalam manual pemeliharaan. Pengembangan prosedur ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari bagian perencanan.

Vibrasi

Perbaikan perilaku vibrasi ini dalam bentuk pemasangan sistem damping adalah cara termurah dan secara nyata dapat memperbaiki performance dari jembatan cable-stayed. Penyebab utama vibrasi adalah gaya angin dan air hujan yang mengenai kabel.

Penggantian Kabel

Umumnya disebabkan oleh kombinasi antara lingkungan dengan tingkat salinitas tinggi dan tingginya humiditi. Pada program penggantian kabel penggantung, elemen jembatan lainnya seperti sistem deck harus dimasukan sebagai bagian perbaikan.

Kendala – Kendala di Lapangan

  • Strand rusak akibat korosi
  • Kondisi lingkungan yang tidak cocok, menyebabkan cat cepat rusak.
  • Pelapisan proteksi harus sesuai dengan spesifikasi dari pelapis asli. Sedangkan prosedur pemeliharaan untuk sistem damping harus mengikuti rekomendasi pabrik pembuat.
  • Harus dilakukan pengecekan karena deformasi dari struktur akibat beban mati dan lendutan akibat beban hidup
  • Vibrasi berlebihan dari kabel-kabel penggantung dapat menyebabkan kerusakan pada keseluruhan jembatan. Penyebab utama vibrasi adalah gaya angin dan air hujan yang mengenai kabel.
  • Apabila sistem proteksi kabel tidak baik bukan tidak mungkin perlu adanya penggantian kabel penggantung.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/sistem-traveller-jembatan-barelang

Struktur Jembatan

Struktur Jembatan
110

Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk melewatkan lalu lintas yang terputus pada kedua ujungnya akibat adanya hambatan berupa: sungai / lintasan air, lembah, jalan / jalan kereta api yang menyilang dibawahnya. Struktur bawah jembatan adalah pondasi. Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang diijinkan.

5 Prinsip Pemilihan Konstruksi Jembatan

  • Konstruksi Sederhana (bisa dikerjakan masyarakat) bos
  • Harga Murah (manfaatkan material lokal)
  • Kuat & Tahan Lama (mampu menerima beban lalin)
  • Perawatan Mudah & Murah (bisa dilakukan masy)
  • Stabil & Mampu Menahan Gerusan Air

Hal  Hal Yang Harus Diperhitungkan Dalam Pembuatan Pondasi

  • Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal
  • Jenis tanah dan daya dukung tanah
  • Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat
  • Alat dan tenaga kerja yang tersedia
  • Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan
  • Waktu dan biaya pekerjaan

Pemilihan Letak Jembatan

  1. Pilih Bentang Terpendek
  2. Hindari Lokasi Belokan Sungai
  3. Hindari Tinggi Abutment yang Tinggi

Bangunan Pelengkap Jembatan

1. Sayap Jembatan
Fungsi : Menahan tebing sungai dan pangkal jembatan

2. Krib

Fungsi : Mengarahkan & mengurangi hantaman air pada sayap & pangkal jembatan yang terletak di belokan sungai.

3. Oprit
Fungsi : Jalan masuk ke Jembatan & Tanjakan maksimum 12%

Jenis Konstruksi & Batasan Jembatan yang “Biasa” atau“Disarankan” di PPK :

  • Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal
  • Jenis tanah dan daya dukung tanah
  • Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat
  • Alat dan tenaga kerja yang tersedia
  • Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan
  • Waktu dan biaya pekerjaan

Catatan : Jembatan dengan jenis konstruksi khusus & panjang bentang diluar keempat jenis diatas, perlu persetujuan dari KMT.

Ada beberapa jenis konstruksi yaitu :

1. Jembatan Gelagar Besi Lantai Kayu

Kelebihan :

  • Harga Murah (jika ada kayu di desa setempat)
  • Konstruksi Sederhana
  • Kekuatan Gelagar (besi) Terjamin
  • Perawatan Mudah & Murah
  • 5.Gelagar Besi Awet (jika terlindung dari karat)
Kekurangan :
  • Kayu Lantai Sering Lapuk (apalagi kualitas kayu rendah)
  • Kenyamanan Lalu Lintas Kurang
2. Jembatan Beton Bertulang

Kelebihan :

  • Awet (tidak mengenal istilah lapuk seperti kayu)
  • “Relatif” Tidak Perlu Perawatan
  • Nyaman bagi Lalu Lintas
  • Harga murah jika dikaitkan dengan umur pakai/manfaat yang panjang krn kualitas baik
Kekurangan :
  • Harga Mahal jika kualitas jelek shg umur pakai pendek
  • Konstruksi Lebih Rumit
  • Perlu Pengawasan Ketat untuk Menjamin Kualitas Beton
  • Pondasi Perlu Lebih Kuat (beban konstruksi lebih berat)
  • Lebih Sulit dalam Perbaikan, jika ada kerusakan
  • Kesalahan dalam “pengecoran” Sulit Diperbaiki

3. Jembatan Gantung

Kelebihan :

  • Bentang Cukup Panjang
  • Harga Murah
  • Konstruksi Sederhana
  • Pelaksanaan Mudah
  • Kabel Baja “Awet”
  • Tidak Ada Pekerjaan “Pondasi di Air atau Pilar”

Kekurangan :

  • Kayu Lantai Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
  • Hanya bisa untuk Kend Roda 2 (untuk bisa kend roda 4 harus ada perhitungan yang rumit)
  • Kurang Nyaman (kondisi yang bergoyang)

4. Jembatan Gelagar & Lantai Kayu

Kelebihan :

  • Harga Murah (apalagi jika ada kayu di desa setempat)
  • Konstruksi Sederhana
  • Pelaksanaan Mudah
  • Pemeliharaan Cukup Mudah
Kekurangan :
  • Kayu Kurang Awet atau Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
  • Sedikit Kurang Nyaman bagi Lalin

Pondasi Jembatan

3 Jenis Pondasi Jembatan yang “Biasa” atau “Disarankan” di PPK :

1. Pondasi Langsung

  • Bahan pasangan batu kali atau beton bertulang
  • Cocok untuk jenis tanah yang sedang hingga keras

2. Pondasi Pancang Sederhana

  • Bahan tiang dari beton bertulang atau kayu
  • Cocok untuk jenis tanah yang lunak

3. Pondasi Sumuran

  • Bahan dari adukan beton
  • Cocok untuk jenis tanah berpasir dimana tanah keras agak dalam

Penjangkaran Tanah (Ground Anchor)

Metode pemboran ini dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan kerikil, lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya tarik seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk memperkuat konstruksinya.

1. Tipe Jangkar
  • Penjengkaran dengan tahanan geser
  • Penjangkaran dengan plat pemikul
  • Penjangkaran gabungan
2. Metode Penjangkaran
  • Metode penjangkaran dengan grouting
  • Metode penjangkaran dengan lubang bertekanan (jangkar PS)
  • Metode penjangkaran dengan penekanan (jangkar baji)
  • Metode penjangkaran plat
  • Metode jangkar UAC
3. Metode Penjangkaran Prategang Pratekan dengan Grouting
  • 3 Bagian Penting Penjangka- Anchorage- Free stressing (unbonded) length- Bond length
  • Grouting
  • Material Tendon
  • Spacers & Centralizers
Jenis Pilar Tipikal
Jenis Pilar Tipikal
Bentuk Pilar Lain

Toleransi

1. Denah
  • Abutmen atau pilar (diukur dari garis perletakan) 2.0 cm
  • Baut angker bila telah digrouting 0.5 cm
2. Posisi akhir pusat ke pusat perletakan
  • Panjang bentang 1.0 cm
  • Jarak melintang dari perletakan – perletakan 0.5 cm pada tiap abutmet atau pilar
3. Elevasi Permukaan
  • Permukaan abutment atau pilar + 2.0 cm
  • Permukaan atas balok landasan balok + 0.5 cm
4. Penahan Horizontal
  • Titik pusat perletakan sampai ke permukaan dinding 0 + 0.5 cm
5. Perletakan
  • Elevasi / Permukaan + 0.5 cm
  • Lokasi 2.0 cm
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/struktur-jembatan

Kategori Produk

klik tulisan dibawah untuk melihat rincian produk dalam kategori







klik gambar dibawah untuk melihat rincian produk dalam kategori

Jembatan Cable Stayed

Jembatan Cable Stayed
Jembatan Cable Stayed 1

Jembatan kabel terbagi dalam dua macam disain yang berbeda yaitu “suspension bridge” dan “cable stayed bridge”. Struktur jembatan cable stayed menggunakan sistem kabel, kabel tersebut ditarik dari struktur jalur jalan ke tower tunggal (pylon) untuk diikat dan ditegangkan.

Jembatan Cable Stayed

STRUKTUR

Struktur utama dari jembatan Cable stayed terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu : bagian angker (anchored section), bagian bebas (freedom section) dan bagian antara (transition section).

A. Type stay cables

1. Unbonded stay cable
Disebut unbonded stay cable bila Soket/tabung angker diisi dengan gemuk (grease) dan wedges mentransfer   penuh gaya/beban ke kabel. Type ini cocok untuk konstruksi jembatan cable stayed dengan berbagai panjang   bentang.

2. Bonded stay cable
Disebut bonded stay cable bila soket angker pada type ini digrouting dengan menggunakan semen. Wedges   akan mentransfer beban tahap pertama berupa gaya/beban mati dan sebagian beban tahap kedua, Grouting   akan mentransfer sebagian dari beban tahap kedua dan beban hidup penuh.
Angker yang diikat (bonded) dapat meningkatkan ketahanan terhadap kelelahan (fatiq) dan ketahanan   terhadap tegangan yang terjadi pada suatu konstruksi jembatan (termasuk jembatan kereta api dan   jembatan dengan bangunan atas yang ringan) di lokasi dengan cuaca yang buruk atau sering terjadinya angin   topan/badai.

B. Bagian bebas (freedom section)

Perlindungan karat pada masing-masing kawat tunggal (monostrand) di kabel    terdiri dari epoxy-coating atau galvanisasi, gemuk, dan lapisan polyethylene (PE coating). Seluruh kawat    dibungkus dan dilindungi dengan lapisan luar HDPE (High-density polyethylene).
Kumpulan kabel dilindungi oleh pipa (HDPE stay pipe) yang mempunyai ketahanan terhadap lingkungan seperti anti retak, anti penuaan dan lain-lain serta anti getaran yang disebabkan oleh angin, hujan sesuai    standar Technical Condition for Hot-extruding PE Protection High Strength Wire Cable of Cable-stayed Bridge    GB/T18365-2001 dan High Density Polyethylene Compounds for Construction Cable CJ/T3078-1998.

C. Bagian angker (Anchored section)

Terdapat dua kombinasi angker yaitu angker hidup pada kedua ujung dan angker hidup pada salah satu ujung serta angker mati pada ujung kabel yang lain. Bagian angker terdiri dari anchor head, socket, sealing device dan lock device.

D. Bagian antara (Transition section)

Bagian transisi terdiri dari damping device, cable hoop dan waterproof device.

  1. Alat peredam (Damping Device) diletakkan pada bagian ujung keluar dari pipa pengarah dan dibuat dari karet kenyal serta menyekat kabel pada struktur dengan tujuan untuk meredam getaran yang terjadi pada kabel tersebut
  2. Simpai kawat menjaga keleluasaan kabel agar terbentuk kompak untuk meningkatkan kekakuan dari kabel secara keseluruhan
  3. Waterproof device menghubungkan stay cables ke struktur dan menjaga rembesan air kedalam kabel.

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (TESTING AND INSPECTION)

Karakteristik angker dari stay cable system (sebagai contoh dalam hal ini produk OVM250 China) mengikuti “the National Standard, Anchorage, Grip and Coupler for Prestressing Tendons, GB/T14370-2000 yang mana harus dicapai efisiensi η > 95% dan ε > 2%.

Terhadap angker dan kawat prategang dilakukan pengujian kelelahan (fatique test) pada tegangan sampai dengan 250 N/mm² (diatas tegangan 0,45 σь) untuk ketahanan atas lebih dari 2 (dua) juta load cycles sesuai FIP standard, Recommendations for Stay Cable Design, Testing and Installation.

Stay cables harus terlihat baik performancenya pada kondisi tegangan rendah (0,15 – 0,45 σь) serta terjamin baik karakteristiknya pada pengujian performance dari angker.

METODE PEMASANGAN

Terdapat berbagai cara pemasangan stay cables yang tergantung kondisi lapangan, serta hambatan ruang dan waktu. Berikut ini dijelaskan dua methode utama sebagai berikut :

a). Pertama kali, PE strands ditempatkan dan distress. Kemudian damping device dan strands hoop dipasang pada tempatnya. Terakhir, segmen selubung HDPE dipasang satu demi satu dengan sambungan HDPE kemudian di sekat pada ceruk pipanya.

b). Kawat prategang ditempatkan setelah selubung luar HDPE terpasang
Pertama, selubung HDPE dibentuk dahulu dengan panjang sesuai kebutuhan. Kemudian selubung pengarah yang dikaitkan dengan sebuah kawat prategang (strand) ditarik masuk keposisinya dengan menggunakan mesin penarik mini untuk kemudian dipasang pada tempatnya. Selanjutnya kawat-kawat prategang yang diperlukan, ditempatkan dalam stay pipa HDPE, selanjutnya distress satu per-satu sampai selesai.

Kawat-kawat prategang dari stay cable system di pasang satu persatu. Kabel dan angker harus di rangkai pada konstruksi dilapangan secara benar.
Kabel tunggal prategang harus dicoating dengan epoxy, kemudian diberi gemuk dan di Hot Extruded dengan HDPE coating di pabrik. Oleh sebab itu tidak diperlukan lagi perlindungan korosi tambahan. Gulungan kawat prategang dibawa kelapangan kemudian dipotong sesuai kebutuhan untuk di rangkai/dipasang. Kawat prategang yang telah siap tersebut diangkat dengan hati-hati dan cepat untuk kemudian distress.

Cara Penempatan Katrol pada Pylon
Cara Penarikan Kabel Prategangdengan Katrol
Cara Penempatan Kabel Prategang
Cara Stressing Kabel Prategang

Tahapan pemasangan PC Girder dapat digambarkan sebagai berikut :

  • Tempatkan crane mengapung dekat Tower, pasang bagian bawah Tower;
  • Pasang sejumlah segmen Girder baja pada Tower secara balance cantilever;
  • Tempatkan crane didekat Tower;
  • Diarah darat, girder dipasang bertahap menuju arah tower;
  • Girder lanjutan dipasang dari arah tower ke arah darat;Demikian juga pasang girder dari Tower ke arah Tower yang lain

 sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/jembatan-cable-stayed