Setting Macro Security Pada Aplikasi Gnome MS Excel 2007

Setting Macro Security Pada Aplikasi Gnome MS Excel 2007

Setting Macro Security Pada Aplikasi Gnome MS Excel 2007 1

Pada postingan Aplikasi Gnome PM Untuk Pengelolaan Proyek Konstruksi, ilmu teknik sipil sudah membagikan aplikasi spreadsheet untuk mengelola proyek konstruksi. Namun aplikasi tersebut dibuat untuk dijalankan dalam Microsoft Excel 2003. Banyak pengunjung ilmu teknik sipil yang bertanya apakah aplikasi tersebut bisa dijalankan pada Microsoft Excel 2007? Jawabnya ya bisa namun dalam setting macro security berbeda dengan setting pada Microsoft Excel 2003.

Pada postingan kali ini, ilmu teknik sipil akan sedikit membagikan cara setting macro security pada Microsoft Excel 2007.

1. Tahap pertama buka aplikasi Gnome lalu masukkan password.

Masukkan password
Masukkan Password

2. Jika belum dilakukan setting macro security maka akan keluar peringatan seperti gambar dibawah ini

Peringatan Error

3. Langkah selanjutnya adalah masuk ke menu office button lalu klik pada excel options (perhatikan kotak warna merah)

Klik excel options

4. Lalu check list pada “Show Developer Tab in The Ribbon”, lalu klik ok

5. Setelah itu arahkan cursor ke Developer (Kotak warna merah) lalu klik Macro Security (kotak warna biru)

6. Lalu klik enable (kotak warna merah), lalu klik ok

7. Langkah selanjutnya adalah close spreadsheet lalu buka kembali. Setting selesai dan aplikasi sudah bisa digunakan.

Tutorial Tekla

Tutorial Tekla
Tekla Structures

Tekla Struktur merupakan sebuah software yang memungkinkan kita membuat suatu desain atau model yang sangat constructable struktural 3D terlepas dari materi atau kompleksitas struktural. Model Tekla dapat digunakan untuk membuat seluruh bangunan dari desain konseptual untuk fabrikasi, ereksi dan manajemen konstruksi.

Struktur Tekla adalah salah satu produk yang tersedia dalam konfigurasi yang berbeda dan lingkungan lokal yang menyediakan set khusus dari fungsi yang sesuai dengan segmen dan budaya khusus untuk kebutuhan industri konstruksi.

Pada dasarnya pengerjaan pada TEKLA struckture meliputi 2 hal yaitu

  • Modeling(proses pembuatan suatu project di dalan 3 dimensi)
  • Drawing(proses persiapan,atau peapihan gambar dari 3D menjadi 2D yang siap di print out)

Fungsi pemodelan (modeling) memungkinkan pengguna untuk,

  1. Melihat model tekla (semua material dan profil)
  2. Membuat dan memodifikasi grid
  3. Membuat pengelasan
  4. Penambahan beban untuk model
  5. Membuat rebar concreat
  6. Membuat assemblies dari steel parts
  7. Membuat cast units dari concrete parts
  8. Membuat levels dari assembly hierarchy
  9. Membuat detail (steel and concrete) connections
  10. Membuat automatic preset connections to multiple parts
  11. Membuat erection sequences
  12. Melihat informasi model 4D (jadwal simulasi)
  13. Pilih dan mengelola jadwal tahap pembangunan
  14. Pemberian marking secara otomatis

Output yang di peroleh,

  1. Create cast-in-place concrete reinforcement drawings with bending schedules
  2. Customize drawing title blocks and reports
  3. Create general arrangement drawings (plan, section, erection)
  4. Create single-part and assembly drawings (steel)
  5. Create cast-unit drawings (precast concrete)
  6. Print and plot drawings and reports
  7. Create reports (assembly lists, part lists)
  8. Create reinforcement reports (bending schedules, weights, amounts)
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/software-teknik-sipil-2/tutorial-tekla

Aplikasi Gnome PM Untuk Pengelolaan Proyek Konstruksi

Aplikasi Gnome PM Untuk Pengelolaan Proyek Konstruksi
119

Gnome PM, kepanjangan dari Gnome Project Manager, merupakan suatu aplikasi spreadsheet (MS-Excel) untuk membantu kontraktor kecil dalam mengelola proyek konstruksinya. Gnome PM memberikan layanan perencanaan, pemutahiran data kemajuan, pelaporan, serta pengendalian proyek konstruksi, dari segi waktu dan biaya.

Gnome sendiri artinya kurcaci, makhluk kerdil yang lembut dan baik hati, suka menolong meskipun bentuk fisiknya terbatas. Nama ini diambil dengan mengingat aplikasi ini ditujukan kepada kontraktor dengan klasifikasi kecil, yang secara jumlah sangat besar, namun biasa dianggap kerdil dalam kinerjanya, terutama dalam mengelola proyek konstruksi. Diharapkan, meskipun dianggap kerdil, namun kontribusinya dalam pengembangan jasa konstruksi yang kokoh akan signifikan, sebagaimana bantuan kurcaci yang baik hati.

Untuk Mengetahui Informasi secara umum mengenai GNOME PM, dapat meng-klik tombol About  Gnome PM yang ada di pojok kanan atas menu utama, setelah penginstalasian aplikasi Gnome PM.

Gambar 1. Informasi mengenai GNOME PM

 Cara Menggunakan Aplikasi Gnome PM

A. Instalasi

Aplikasi program Gnome PM ini sebenarnya merupakan suatu bentuk pengembangan aplikasi yang sudah ada pada Microsoft Excel, sehingga dalam melakukan proses instalasi, anda tidak perlu melakukan proses instalasi seperti pada aplikasi program lainnya, anda cukup meng-klik icon excel yang bertuliskan ‘Gnome PM for project’.

Apabila pada jendela windows muncul warning seperti pada Gambar 2, maka tutup jendela warning tersebut dan ubah security level untuk macro menjadi medium dengan cara klik Tools à Macro à Security… kemudian pilih security level Medium lalu klik OK. Kemudian tutup aplikasi dan buka kembali aplikasi.

Gambar 2. Jendela Warning

Apabila security level sudah pada posisi medium, lalu akan muncul jendela windows bertuliskan ‘Security Warning’ [Gambar 3], klik Enable Macros untuk memulai Gnome PM. Sebelum masuk pada tampilan menu utama Gnome PM, harus memasukkan password terlebih dahulu. Password ada dalam file folder aplikasi Gnome PM.

Gambar 3. Security Warning untuk memulai Gnome PM

B. Menu Utama

Gambar 4. Menu utama Gnome PM

Terdapat 3 (tiga) hal penting dalam menggunakan aplikasi Gnome PM ini, diantaranya ‘Tahap Pengelolaan Proyek’, ‘Worksheet’ dan ’Window’.

Pada ‘Tahap Pengelolaan Proyek’, terdiri dari 3 sub bagian, yaitu :

1.   Perencanaan Proyek

Merupakan tahap perencanaan pada proyek konstruksi yang akan dilaksanakan. Pada bagian ini terdiri dari 3 tahap utama, yaitu:

  1. ‘Input Data’ berfungsi untuk melakukan pemasukkan data-data perencanaan yang diperlukan dalam proyek konstruksi, seperti item pekerjaan, volume pekerjaan, biaya, dll.
  2. ‘Edit Data’ berfungsi untuk merubah data perencanaan yang telah dimasukkan sebelumnya, ketika terjadi kesalahan penulisan.
  3. ‘Barchart & Kurva S Rencana’ berfungsi untuk melihat hasil dari data perencanaan yang telah dimasukkan sebelumnya dalam bentuk Barchart dan Kurva S Rencana.

2.   Pengendalian Proyek

Merupakan tahap pengendalian, berupa pemutakhiran data kemajuan proyek. Pada bagian ini terdiri dari 2 tahap utama, yaitu:

  1. ‘Input Data’ berfungsi untuk melakukan pemasukkan data-data pengendalian ketika proyek sedang berjalan, berupa volume aktual.
  2. ‘Barchart & Kurva S Aktual’ berfungsi untuk melihat hasil dari data aktual yang telah dimasukkan sebelumnya dalam bentuk Barchart dan Kurva S Aktual.

3.   Laporan

Merupakan tahap terakhir dalam pengelolaan proyek konstruksi dimana semua hasil dari perencanaan proyek dan pengendalian proyek disajikan dalam bentuk laporan berupa tabel.

3 (tiga) tahap diatas akan dibahas lebih lanjut pada langkah berikutnya.

Pada bagian ‘Worksheet’ terdapat beberapa event yang merupakan proses dalam melakukan perubahan ketika menjalankan Gnome PM secara manual. Terdapat 2 (dua) event pada bagian ‘worksheet’, yaitu:

  1.  ‘Protect’ berfungsi untuk memproteksi semua worksheet yang ada.
  2. ‘Unprotect’ berfungsi untuk menghilangkan proteksi pada semua worksheet.

Sedangkan pada bagian ‘Window’ hanya terdapat satu event yang merupakan proses dalam melakukan perubahan tampilan dari jendela windows, yaitu ‘Full Screen’ yang berfungsi mengubah tampilan window menjadi full screen.

C. Langkah – langkah dan Contoh Dalam Melakukan Pengelolaan Proyek Konstruksi

A.   Perencanaan Proyek

Langkah awal dalam melakukan suatu pengelolaan proyek adalah melakukan perencanaan proyek. Dalam Gnome PM, segala hal yang berkaitan dengan perencanaan proyek, dikerjakan dengan urutan pertama pada bagian ‘Tahap Pengelolaan Proyek’ pada menu utama (sheet Menu Utama) [gambar 4].

Untuk melakukan perencanaan proyek langkah – langkahnya adalah sebagai berikut (disertai dengan contoh):

1. Klik nomor pertama pada frame ‘Tahap Pengelolaan Proyek’, yaitu Perencanaan.

Masukkan terlebih dahulu input data proyek dengan cara meng-klik tombol Input Data pada frame‘1. Perencanaan’sehingga muncul frame ‘Waktu Pelaksanaan Proyek’ (gambar 5).

Pada frame ‘Waktu Pelaksanaan Proyek’ terdapat beberapa data isian proyek yang harus diisi, yaitu:  ‘Durasi Total’, dan ‘Awal Pelaksanaan’. ‘Durasi Total’ merupakan lamanya waktu pelaksanaan proyek, sedangkan ‘Awal Pelaksanaan’ merupakan waktu ketika proyek tersebut akan dimulai.

Apabila data isian pada frame ‘Waktu Pelaksanaan Proyek’ telah diisi sebelumnya, maka ketika meng-klik Input Data pada frame‘1. Perencanaan’, maka akan muncul data isian pada frame ‘Waktu Pelaksanaan Proyek’ seperti pada Gambar 6. Klik Lanjut  jika tidak ada perubahan pada data isian, dan klik Ganti jika ingin mengganti data isian pada frame ’Waktu Pelaksanaan Proyek’.

Gambar 5. data isian pada frame waktu pelaksanaan proyek sebelum diisi
Gambar 6. data isian pada frame waktu pelaksanaan proyek setelah diisi

2. Selanjutnya isi Durasi Total dengan mengetikkan angka pada text box, misalnya kita isi ‘Durasi Total’ adalah 90 hari, maka ketik angka 90 pada text box. Pada data isian ‘Awal Pelaksanaan’ isi 1 Juni 2007, dengan memilih salah satu pilihan pada bagian ‘tanggal’ (yaitu 1), ‘bulan’ (yaitu Jun) dan ‘tahun’ (yaitu 2007), lihat seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. contoh pengisian form waktu pelaksanaan proyek

Setelah data isian telah lengkap, kemudian klik tombol OK untuk menyimpan data isian yang telah dimasukkan.

3. Selanjutnya secara otomatis akan masuk pada worksheet ‘Input’ dan muncul form ’Input Data Perencanaan’ [Gambar 8].

Klik tombol Tambah Item Pekerjaan, kemudian akan muncul form ‘Tambah Item Pekerjaan’ [gambar 9] yang terdiri dari ‘Jenis Pekerjaan’ dan ‘Sub Pekerjaan’. Pilih jenis Pekerjaan persiapan pada ‘Jenis Pekerjaan’ dengan sub pekerjaan pembersihan lokasi pada ‘Sub Pekerjaan’, dan pilih/check list Jenis atau Sub Pekejaan di AWAL PEKERJAAN pada frame ‘Ketergantungan Pekerjaan’. Lalu klik tombol OK.

Untuk mengecilkan jendela pada form ‘Input Data Perencanaan’ maupun pada form ’Tambah Item Pekerjaan’ dapat meng-klik tulisan Minimize. Dan untuk mengembalikannya pada ukuran semula klik tulisan Restore.

Gambar 8. form Input Data Perencanaan
Gambar 9. form Tambah Item Pekerjaan

Dengan cara yang sama lakukan langkah pada no 3, untuk jenis pekerjaan dan sub pekerjaan yang lainnya.

  • Pilih jenis Pekerjaan  persiapan, sub pekerjaan membuat gudang yang ditempatkan setelah sub pekerjaan pembersihan lokasi
  • Pilih jenis Pekerjaan persiapan, sub pekerjaan pembuatan bouwplank dan pengukuran yang ditempatkan setelah sub pekerjaan membuat gudang
  • Pilih jenis Pekerjaan pondasi, sub pekerjaan menggali tanah yang ditempatkan setelah Pekerjaan persiapan
  • Pilih Pekerjaan pondasi, sub pekerjaan membuat lantai kerja yang ditempatkan setelah sub pekerjaan menggali tanah
  • Pilih Pekerjaan pondasi, sub pekerjaan cor pondasi yang ditempatkan setelah sub pekerjaan membuat lantai kerja
  • Pilih Pekerjaan beton, sub pekerjaan cor kolom yang ditempatkan setelah Pekerjaan pondasi
  • Pilih Pekerjaan beton, sub pekerjaan cor balok yang ditempatkan setelah sub pekerjaan cor kolom
  • Pilih Pekerjaan beton, sub pekerjaan cor tangga yang ditempatkan setelah sub pekerjaan cor balok

Catatan :   Jenis Pekerjaan maupun Sub Pekerjaan dapat diisi sesuai keinginan dengan mengetikkannya pada combobox (apabila tidak ada dalam list combobox).

Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan, kemudian klik tombol Cancel untuk kembali pada form ’Input Data Perencanaan’.

4. Langkah selanjutnya adalah mengaktifkan form durasi dengan mengklik ’Aktifkan’ pada box check list durasi yang ada pada sebelah kiri form ’Input Data Perencanaan’.

Pilih ’Pekerjaan persiapan’, sub pekerjaan ’pembersihan lokasi’ pada list box dengan durasi 10 hariuntuk form isian predecessor, type hubungan dan lag time dibiarkan kosong, karena merupakan kegiatan diawal proyek.

’Predecessor’ merupakan kaitan pekerjaan sekarang dengan pekerjaan sebelumnya, ’Type Hubungan’ terdiri dari 2 type, yaitu FS (Finish to Start) dan SS (Start to Start). FS merupakan hubungan pekerjaan satu dengan yang lainnya dihitung mulai dari finish pekerjaan sebelumnya sampai pada awal pekerjaan selanjutnya, sedangkan SS merupakan hubungan pekerjaan satu dengan yang lainnya dihitung mulai dari start pekerjaan sebelumnya sampai pada awal pekerjaan selanjutnya.

Langkah selanjutnya mengisi data lainnya untuk kegiatan selanjutnya.

  • Pilih jenis Pekerjaan persiapan, sub pekerjaan membuat gudang dengan durasi 6 hari, predecessor pembersihan lokasi, Type hubungan SS, Lag time 4 hari
  • Pilih jenis Pekerjaan persiapan, sub pekerjaan pembuatan bouwplank dan pengukuran dengan durasi 5 hari, predecessor membuat gudang, Type hubungan SS, lag time 6 hari
  • Pilih jenis pekerjaan Pondasi, sub pekerjaan menggali tanah, dengan durasi 3 hari, predecessor pembersihan lokasi,Type hubungan FS, lag time 0 hari
  • Pilih jenis pekerjaan Pondasi, sub pekerjaan membuat lantai kerja, dengan durasi 4 hari, predecessor menggali tanah,Type hubungan FS, lag time 0 hari
  • Pilih jenis pekerjaan Pondasi, sub pekerjaan cor pondasi, dengan durasi 3 hari, predecessor membuat lantai kerja, Type hubungan FS, lag time 0 hari
  • Pilih jenis Pekerjaan Beton, sub pekerjaan Cor kolom,dengan durasi 7 hari, predecessor cor pondasi, Type hubungan FS, lag time 7 hari.
  • Pilih jenis Pekerjaan Beton, Sub Pekerjaan Cor Balok, dengan durasi 7 hari, predecessor Cor Kolom,Type hubungan FS, lag time 0 hari

Pilih jenis Pekerjaan Beton, Sub Pekerjaan Cor Tangga, dengan durasi 3 hari, predecessor Cor Balok,Type hubungan FS, lag time 0 hari

Gambar 10. Contoh pengisian Durasi pada form Input Data Perencanaan

5. Langkah selanjutnya adalah memasukkan harga satuan pekerjaan dengan mengkilik tombol Input Harga Satuan di pojok kanan form ’Input Data Perencanaan’sehingga akan muncul form ’Edit Harga Satuan’.

Langkah ini merupakan langkah untuk memasukkan harga satuan dari masing-masing pekerjaan. Pilih pekerjaan dan sub pekerjaan yang ingin ditentukan besarnya harga satuan, kemudian masukkan harga satuan tiap pekerjaan pada form isian harga satuan di paling bawah, kemudian klik OK, ulangi langkah ini untuk pekerjaan yang lainnya [Gambar11]. Setelah selesai melakukan input untuk semua pekerjaan dan sub pekerjaan klik Close.

Gambar 11. Contoh pengisian form Edit Harga Satuan

6. Masukkan volume pekerjaan rencana untuk masing – masing pekerjaan dan sub pekerjaan, dengan cara mengklik ‘Aktifkan’ pada kotak check box pada form ‘Volume Pekerjaan’ di sebelah kanan form input data perencanaan. Kemudian pilih pekerjaan dan sub pekerjaan yang akan diisi volumenya. Kemudian masukkan volume rencana untuk pekerjaan dan sub pekerjaan yang diinginkan. Setelah itu pilih satuan pekerjaan dengan memilihnya melalui combobox  yang disediakan di samping volume pekerjaan, seperti terlihat pada Gambar 12. Setelah memasukkan seluruh volume pekerjaan rencana, untuk mengakhiri tekan tombol close dibagian bawah form.

Gambar 12. Contoh pengisian Volume Pekerjaan pada form Input Data Perencanaan

7. Langkah selanjutnya adalah menampilkan kurva S dan Bar Chart rencana. Klik tombol Kembali Ke Menu pada pojok atas worksheet ‘input’. Kemudian pada ‘menu utama’ klik tombol Barchart & Kurva S Rencana, maka secara otomatis akan masuk ke dalam worksheet ‘Barchart & kurva S rencana’. Sehingga tampilannya akan seperti pada Gambar 13. untuk mempermudah melihat kurva S dan Barchart secara keseluruhan dapat dilakukan dengan mengklik tombol Tampilkan Scroll Bar pada bagian atas (yang berwarna kuning), sehingga kita dapat melihat kurva S dan bar chart secara keseluruhan.

Gambar 13. Tampilan Barchart & Kurva S Rencana

8. Untuk kembali pada menu utama klik tombol Kembali ke Menu pada pojok kiri atas worksheet yang aktif. Pada halaman menu utama dapat juga melihat Barchart & Kurva S Rencana dengan meng-klik Lihat Barchart & Kurva S Rencana.

B. Pengendalian Proyek

Langkah selanjutnya setelah perencanaan adalah pengendalian proyek. Dalam Gnome PM, segala hal yang berkaitan dengan pengendalian proyek maupun pemutakhiran data kemajuan proyek, dikerjakan pada point kedua di bagian ‘Pengelolaan Proyek Konstruksi’ pada menu utama (sheet MenuUtama) [gambar 3].

Untuk melakukan pengendalian proyek, langkah – langkahnya adalah sebagai berikut (disertai dengan contoh) :

1. Klik tombol Masukkan Data Pengendalian Proyek pada menu utama (sheet MenuUtama),maka secara otomatis akan muncul form input data pengendalian, yang merupakan form dari data-data aktual di lapangan yang akan diisi tiap minggunya (per minggu)

Gambar 14. form Input Data Pengendalian

2. Masukkan data pengendalian proyek pada minggu ke 1, 2, 3 dan seterusnya, dimulai dari 1 di minggu awal pelaksanaan proyek, pada text box yang aktif yang ada pada form ’Input Data Pengendalian’.

3. Setelah memasukkan minggu yang diinginkan, lalu klik Go!!, maka secara otomatis form isian ’Input Data Pengendalian’ secara keseluruhan akan aktif dan akan masuk pada worksheet Barchart dan Kurva S aktual.

4. Masukkan tanggal pencatatan data terakhir proyek pada form isian di bawahnya, dengan memilih pilihan pada bagian ’Tgl’ dan ’Bln’ dan mengetikkan tahun pada bagian ’Thn’. Secara otomatis akan muncul tanggal pelaporan yang harus dilaporkan pada owner pada minggu tersebut.

5. Pilih jenis pekerjaan dan sub pekerjaan yang akan dihitung progressnya

6. Ketik Volume Aktual di lapangan pada saat pencatatan tersebut.

7. Masukkan tanggal mulai pekerjaan sesuai dengan kenyataan di lapangan

8. Jika memang pekerjaan telah selesai ( volume aktual = volume rencana), tentukan tanggal selesai untuk pekerjaan dan sub pekerjaan tersebut.

9. Setelah data – data pengendalian untuk tiap item pekerjaan dan sub pekerjaan mulai dari minggu pelaporan sampai dengan tanggal selesai telah diisi dengan lengkap semuanya, kemudian klik OK.

10. Untuk melihat Bar chart dan Kurva S Aktual, aktifkan Scroll bar dengan cara mengklik tombol Tampilkan Scroll Bar yang ada di atas worksheet, kemudian geser scroll bar dalam arah horizontal ke arah kanan, maka kita akan dapat melihat Bar Chart dan Kurva S aktual.

11. Untuk kembali pada menu utama klik tombol Kembali ke Menu pada pojok kiri atas worksheet yang aktif. Pada halaman menu utama dapat juga melihat Barchart & Kurva S Aktual dengan meng-klik Lihat Barchart & Kurva S Aktual.

Gambar 15. Contoh pengisian form Input Data Pengendalian
Gambar 16. Tampilan Kurva S aktual
C. Laporan

Langkah terakhir dalam pengelolaan proyek konstruksi pada aplikasi Gnome PM ini adalah tahap pelaporan. Setelah tahap perencanaan dan pengendalian proyek telah dilakukan secara keseluruhan, maka bagian terpenting selanjutnya adalah menyajikan keseluruhannya dalam bentuk laporan berupa tabel. Dalam Gnome PM, segala hal yang berkaitan dengan pelaporan, dikerjakan pada point ketiga di bagian ‘Pengelolaan Proyek Konstruksi’ pada menu utama (sheet MenuUtama) [gambar 3].

Langkah – langkah untuk melihat laporan kemajuan pekerjaan :

1. Pada worksheet MenuUtama klik tombol Lihat Laporan, maka secara otomatis akan tampil form ’Lihat Laporan’ (gambar 17).

Gambar 17. form Lihat Laporan

2. Masukkan minggu pelaporan yang kita inginkan (minggu 1, 2, 3 ..), dimulai dari munggu ke 1 pada minggu awal pelaksanaan proyek.

3. Klik OK, maka secara otomatis form ’Lihat Laporan’ akan masuk ke worksheet laporan kemajuan pekerjaan minggu yang diinginkan (misal Lap1)

Gambar 18. Contoh pengisian laporan pada form Lihat Laporan

4. Klik tombol Close untuk menutup form

5. Untuk mencetak laporan dan mengatur format print, klik tombol print pada bagian atas worksheet (yang berwarna ungu)

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/software-teknik-sipil-2/aplikasi-gnome-pm-untuk-pengelolaan-proyek-konstruksi

Pengukuran dan Pemetaan

Pengukuran dan Pemetaan
DSC00283

Yang dimaksud pengukuran dan pemetaan adalah mempelajari cara-cara pengukuran permukaan bumi untuk keperluan pemetaan pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumi dapat diabaikan. Peta merupakan proyeksi yang memberikan hubungan  antara posisi titik-titik di permukaan bumi dan diatas peta. Posisi titik pada permukaan bumi berupa bidang lengkung dan biasanya dinyatakan dengan lintang dan bujur. Posisi titik pada peta yang berupa bidang datar dinyatakan dengan koordinat kartesian (X,Y)

Jenis-jenis peta dapat dibedakan menjadi berikut :

1. Berdasarkan pengukurannya :

  • Peta teristris
  • Peta fotogrametris
  • Peta videografis
  • Peta satelit

2. Berdasarkan skalanya

  • Skala kecil ( < 1:250.000)
  • Skala sedang (1:50.000 – 1:250.000)
  • Skala besar (1:5000 – 1:50.000)
  • Skala sangat besar/peta teknik (>1:5000)
3. Berdasarkan isinya:
  • Peta umum (topografi
  • Peta khusus (tematik)
4. Berdasarkan Penyajiannya :
  • Peta garis
  • Peta foto
  • Peta digital
5. Berdasarkan hirarkinya :
  • Peta manuskrip
  • Peta dasar
  • Peta induk
  • Peta turunan
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/pengukuran-dan-pemetaan

Sistem Penanggulangan Kebakaran

Sistem Penanggulangan Kebakaran
sistem penanggulangan kebakaran

Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu :

1. Bahaya kebakaran ringan

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.

2. Bahaya kebakaran sedang

Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu:

  • Kelompok I

Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.

  • Kelompok II

Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.

  • Kelompok III

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat.

3. Bahaya kebakaran berat

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.

Klasifikasi Bangunan

Menurut tinggi dan jumlah lantai maka bangunan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 1. Klasifikasi Bangunan menurut Tinggi dan Jumlah Lantai

Sistem Hidran

1. Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran

  • Automatic-Wet

Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.

  • Automatic-Dry

Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka suatu hose value.

a. Menghemat kerja pompa

b. Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.

  • Semi Automatic-Dry

Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem.

  • Manual-Wet

Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper.

  • Manual-Dry

Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department connection.

2. Kelas Sistem Stand Pipe

  • Kelas I

Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection berdiameter 2½ inchi untuk mensuplai airnya, khususnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan orang-orang yang terlatih untuk menangani kebakaran berat.

  • Kelas II

Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection berdiameter 1½ inchi untuk mensuplai airnya, digunakan oleh penghuni gedung atau petugas pemadam kebakaran selama tindakan pertama. Pengecualian dapat dilakukan dengan menggunakan hose connection 1 inchi jika kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui oleh instalasi atau pejabat yang berwenang.

  • Kelas III

Merupakan suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection berdiameter 1½ inchi untuk digunakan oleh penghuni gedung maupun hose connection berdiameter 2½ inchi untuk digunakan oeh petugas pemadam kebakaran ada orang-orang yang telah terlatih untuk kebakaran berat.

3. Disain/Perancangan

  • Penentuan letak hose connection

Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu lantai/tingkat yang tidak bersprinkler melebihi 150 ft (45.7 m) dari jalan keluar (exit) atau melebihi 200 ft (61 m) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu dilakukan penambahan hose connection pada lokasi yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran.

  •  Ukuran minimum stand pipe

Stand pipe pada kelas I dan III harus berdiameter minimal 4 inchi.

  • Tekanan minimum sistem

Stand pipe harus didisain secara hidrolis guna memenuhi flow-ratenya, dengan tekanan residual minimal 100 psi (6.9 bar) pada hose connection terjauh untuk yang berdiameter 2½ inchi dan 65 psi (4.5 bar) untuk yang berdiameter 1½ inchi.

  •  Tekanan maksimum hose connection

Tekanan residual pada hose connection berdiameter 1½ inchi yang digunakan oleh penghuni bangunan tidak boleh melebihi 100 psi (6.9 bar). Ketika tekanan statik pada hose connection melebihi 100 psi, maka pressure regulator device harus digunakan untuk membatasi tekanan statik dan residual pada outlet hose connection pada 100 psi untuk diameter 1½ inchi dan 175 psi untuk hose connection lainnya.

  • Flow rate (debit) minimum pada stand pipe

Untuk sistem kelas I dan III, flowrate minimum pada stand pipe terjauh harus 500 gpm (1893 l/menit). Sedangkan untuk tambahannya harus memiliki flow rate minimal 250 gpm (946 l/menit) per stand pipe, dengan jumlah total tidak lebih dari 1250 gpm (4731 l/menit). Pengecualian, jika luas area melebihi 80000 ft (7432 m2), maka stand pipe kedua terjauh harus didisain untuk 500 gpm.

  • Flow rate minimum pada hidran gedung

Debit air minimum gedung 400 l/menit

  • Prosedur perhitungan

Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan dilakukan denga cara yang sama pada sistem penyediaan air bersih, yaitu menggunakan persamaan Hazen-William. Pipa yang digunakan juga merupakan jenis pipa Galvanis baru.

  • Drain dan Test riser

Secara permanen drain riser 3 inchi (76 mm) harus disediakan berdekatan pada setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan pressure regulating device guna memungkinkan dilakukannya tes pada tiap alat/device.

Setiap stand pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya, diletakkan pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Ukuran Stand pipe Drain
  • Suplai Air (Water Supply)

Untuk Sistem kelas I, water supply harus cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem seperti yang telah diuraikan di atas selama sedikitnya 30 menit.

Sistem Sprinkler

Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai komponen sistem di antaranya :

  • Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara langsung atau melalui riser
  • Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara langsung atau melalui riser
  • Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik secara langsung atau melalui riser

1. Jenis Sistem Sprinkler

Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:

  • Dry Pipe System

Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan demikian air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka.

  • Wet Pipe System

Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api.

  • Deluge System

Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada.

  • Preaction System

Adalah suatu sistem yang menggunakan sprikler otomatis yang disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara, baik yang bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.

  • Combined Dry Pipe-Preaction

Adalah sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry pipe.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode aktivasi pengiriman air.

  • Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper metal yang menyumbat lubang pengiriman air.
  • Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam kaca(glass bulb), sampai bulb pecah

2. Klasifikasi Jenis Hunian

Klasifikasi ini berkaitan dengan pemasangan sprinkler dan suplai airnya saja. Pengklasifikasian ini didasarkan pada kemudahan terbakarnya barang-barang yang ada pada gedung.

  • Hunian bahaya kebakaran ringan (Light Hazard Occupancies)

Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi gedung rendah dan kecepatan pelepasan panas dari api rendah. Contohnya adalah sekolah, rumah sakit, museum, perpustakaan, kantor, tempat tinggal, area tempat duduk restauran, teater, dan auditorium.

  • Hunian bahaya kebakaran sedang (Ordinary/Moderate Hazard Occupancies)

Jenis ini terdiri dari dua golongan, yaitu:

Group I adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda yang mudah terbakar tidak lebih dari 8 ft (2.4 m), kecepatan pelepasan panas dari api sedang. Contohnya tempat parkir mobil, pabrik roti, pembuatan minuman, pengalengan, pengolahan susu, pabrik elektronika, tempat cuci pakaian, dan pabrik gelas.

Group II adalah adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda yang mudah terbakar tidak lebih dari 12 ft (3.7 m). Contohnya gudang cold storage, pabrik pakaian, tumpukan buku perpustakaan, percetakan, dan pabrik tembakau.

  • Hunian bahaya kebakaran tinggi (Extra/High Hazard Occupancies)

Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi gedung tinggi dan memiliki cairan, bubuk, kain, atau benda lainnya yang mudah terbakar (baik flammable maupun combustible), sehingga kecepatan pelepasan panas dari api sangat tinggi. Jenis ini terdiri dari dua group, yaitu:

Group I adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang tidak atau hanya sedikit mengandung cairan yang flammable atau yang combustible.

Group II adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang mengandung cairan yang flammable atau yang combustible dalam jumlah sedang.

3. Penempatan Sprinkler

Sprinkler dengan jenis Standard Pendent and Upright Spray Sprinkler, yaitu sprinkler yang didesain agar pemasangannya sedemikian rupa sehingga air akan menyemprot (spray) dalam arah tegak lurus terhadap deflektor. Dalam berbagai kasus, area maksimal yang dilindungi sprinkler tidak boleh melebihi 225 ft2 (21 m2).

  • Maksimal Area Proteksi Jarak Maksimal antara Sprinkler

Jarak maksimal yang diijinkan antara sprinkler dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Area Proteksi dan Jarak Maksimal antara Sprinkler
  • Jarak Maksimal Sprinkler ke Dinding

Jarak sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1.5 kali jarak antar sprinkler yang diindikasi dalam tabel 3.1.3 Jarak tersebut harus diukur secara tegak lurus dari sprinkler ke dinding. Jika dinding menyudut atau tidak beraturan, jarak horizontal maksimal antara sprinkler dengan suatu titik pada area lantai yang dilindungi sprinkler, tidak boleh melebihi 0.75 kali jarak antara sprinkler yang diijinkan, serta tidak melebihi jarak tegak lurusnya.

  • Jarak Minimal Sprinkler ke Dinding

Sprinkler harus ditempatkan minimal 4 inchi (102 mm) dari dinding.

  • Jarak Minimal antara Sprinkler

Jarak sprinkler (diukur dari tiap pusat sprinkler) tidak boleh kurang dari 6 ft (1.8m).

  • Jarak di Bawah Langit-langit

Dibawah konstruksi yang tidak terhalang, jarak antara deflektor sprinkler dengan langit-langit minimal 1 inchi (25.4 mm) dan jarak maksimal 12 inchi (305 mm).

Dibawah konstruksi yang terhalang, deflektor sprinkler harus diletakkan 1-6 inchi (25.4-152 mm) di bawah benda-benda struktur dan maksimal 22 inchi (559 mm) di bawah langit-langit atau dek.

  • Jarak antara Penghalang (Obstruction) dengan Keluaran Sprinkler

Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa, sehingga halangan terhadap keluaran sprinkler dapat diminimasi. Sprinkler harus dirancang sesuai dengan tabel 4 dan gambar 1

Tabel 4. Penempatan Sprinkler untuk Mencegah Halangan pada Keluaran Sprinkler

Namun jika penghalang terletak disebelah dinding dan lebarnya tidak lebih dari 30 inchi (762 mm), maka harus diproteksi menurut gambar 2

  • Jarak antara Perkembangan Keluaran Sprinkler ke Penghalang

Penghalang menerus atau tidak menerus kurang dari 18 inchi (457 mm) di bawah deflektor sprinkler, yang dapat menghalangi pula perkembangan penuh sprinkler, harus dipasang sebagai berikut:

Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa sehingga berjarak tiga kali lebih besar dari dimensi maksimal penghalang sampai maksimal 24 inchi (609 mm) (Lihat gambar 3)

Gambar 1 Peletakan Sprinkler Mencegah Penghalangan Terhadap Keluaran Sprinkler
Gambar 2 Penghalang Terhadap Dinding
Gambar 3 Jarak Minimum dari Penghalang

Untuk keperluan ini biasanya digunakan jenis pompa sentrifugal sehingga bila head pompa pada saat katup ditutup melebihi tekanan kerja dari peralatan perlindungan kebakaran maka dipasang katup pelepas tekan pada bagian outlet pompa untuk melindungi sistem dari kerusakan akibat tekanan yang berlebihan.

4. Persyaratan Kebutuhan Air-metode Pipa Schedule

Tabel 5 digunakan untuk menentukan penyediaan air minimum yang dipersyaratkan untuk Light dan Ordinary Hazard Occupancies, yang dilindungi oleh suatu sistem perpipaan dengan ukuran pipa menurut Pipa Schedule I dan Pipa Schedule II.

Tabel 5 Persyaratan Penyediaan Air pada Sistem Sprinkler Pipa Schedule
Tabel 6. Pipa Schedule I untuk hunian Jenis Light Hazard dengan Bahan pipa Baja
Tabel 7 Pipa Schedule II untuk Hunian Jenis Ordinary Hazard dengan Bahan pipa Baja

5. Penyediaan Air dan Pompa untuk Sistem Sprinkler

Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari:

  • Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang direncanakan
  • Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi keperluan disain hidrolis
  • Bejana tekan
  • Tangki gravitasi

Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya kebakaran ringan adalah seperti pada tabel 3.1.5 yaitu 500-750 gpm, untuk waktu pengoperasian selama 30-60 menit.

Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi kebakaran. Selain itu digunakan juga Jockey Pump untuk mengatasi kekurangan tekanan dan flow jika kurang dari jumlah yang seharusnya agar tetap konstan.

Apabila cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir habis atau pompa yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran dengan menghubungkan selang pemadam kebakaran pada fire department connection.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/utilitas-gedung/sistem-penanggulangan-kebakaran