Siklus Hidrologi

Siklus Hidrologi
215

Siklus hidrologi pada umumnya dipahami sebagai sirkulasi air secara terus menerus dari bumi ke atmosfir dan kembali ke bumi melalui evaporasi, transpirasi, presipitasi dan kondensasi.

1. Evaporasi atau penguapan. Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir.
2. Transpirasi atau penguapan air dari tumbuh-tumbuhan. Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun melalui sebuah proses yang dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif melepaskan uap air 5 sampai 10 kali sebanyak air yang dapat ditahan.
3. Kondensasi.
Kondensasi atau pe-ngembunan terjadi ketika uap air membungkus partikel-partikel kecil di udara (misalnya debu atau garam dari air laut) dan membentuk titik-titik hujan (droplet). Kumpulan uap air ini berbentuk awan.
4. Presipitasi adalah pengendapan titik-titik air dalam awan pada pembentukan hujan, salju dan hujan batu. Awan-awan tersebut bergerak mengelilingi dunia yang diatur oleh arus udara. Sebagai contoh, ketika awan-awan tersebut bergerak menuju pegunungan, awan-awan tersebut menjadi dingin dan kemudian segera menjadi jenuh air yang jatuh sebagai hujan, salju, dan hujan batu, tergantung pada suhu udara sekitarnya.

Pemanasan air oleh sinar matahari merupakan kunci berlangsungnya proses siklus hidrologi secara ber-kesinambungan. Air ber-evaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi butir-butir air dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian sebagian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara berkesinambungan dalam tiga cara yang berbeda :

1. Evaporasi/transpirasi. Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfir) dan kemudian menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan tercurah (presipitasi) dalam bentuk hujan, salju atau es.
2. Infiltrasi/perkolasi ke dalam tanah. Air yang masuk dan bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan. Air ini dapat berkumpul kembali menjadi cadangan dalam akuifier atau secara vertikal atau horizontal muncul dan memasuki kembali sistem air permukaan.
3. Air Permukaan. Ainpfng mengalir di permukaan tanah (sungai, banjir, larian hujan) maupun yang tergenang (danau, dsb). Aliran tersebut akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses aliran air sungai tersebut tercakup dalam satu satuan wilayah yang terbentuk akibat struktur morfologisnya yang disebut DAS (Daerah Aliran Sungai).
Perlu diingat sekali lagi, siklus hidrologi tidak membawa perubahan volume air di bumi, yang berubah adalah wujud dan tempatnya, sistem kualitasnya bergantung pada lapisan batuan yang dilalui atau tingkat pencemaran air yang didapat.

Pencemaran Air

Pengertian ‘pencemaran air’ mungkin bisa dipersepsikan berbeda oleh satu orang dengan orang lainnya, mengingat banyaknya pustaka acuan yang merumuskan definisi istilah tersebut, baik dalam kamus maupun buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam peraturan pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-undang.

Dalam praktek operasionalnya, ‘pencemaran lingkungan hidup’ tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaran terhadap komponen-komponen lingkungan hidup, seperti ‘pencemaran air’, ‘pencemaran air laut’, ‘pencemaran air tanah’, dan ‘pencemaran udara’.

Mengingat bahwa air adalah komponen dari lingkungan hidup, maka pencemaran air me-rupakan bagian dari pencemaran lingkungan hidup. Pencemaran air merupakan hal yang ber-implikasi hukum, sebagaimana
ketentuan peraturan per undangan, sehingga istilah pencemaran air didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8?.tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Pencemaran air diatur secara hukum karena air merupakan milik umum yang pe-nguasaannya dimandatkan kepada Pemerintah. Pencemaran air perlu dikendalikan karena akibat pencemaran air dapat mengurangi pemanfaatan air sebagai modal dasar dan faktor utama pembangunan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, hal-hal yang menyangkut batasan pokok yang perlu diketahui antara lain:

  • “Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk men-jamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya”;
  • “Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas sesuai dengan baku mutu air;”
  • “Pencemaran air adalah masuknya atau di-masukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.”

Sebab-sebab Pencemaran Air

Pencemaran air disebabkan oleh banyak faktor, namun secara umum dapat di-kelompokan ke dalam dua katagori:

  • Sumber-sumber langsung (direct contaminant sources) dan
  • Sumber-sumber tak langsung (indirect contaminant sources).

Yang dimaksud dengan sumber-sumber langsung adalah buangan (effluent) yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan dan limbah seperti limbah cair domestik dan tinja serta sampah. Pencemaran terjadi karena buangan ini langsung mengalir ke dalam sistem pasokan air (urban water supplies system), seperti sungai, kanal, parit/selokan.

Sedangkan sumber-sumber tak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air
permukaan baik dari limbah industri maupun dari limbah domestik.
Lokasi sumber pencemaran dapat dibagi ke dalam :

  • Sumber Institusi Yaitu sumber tetap yang titik-titiknya mudah diidentifikasi-kan, seperti pipa-pipa pembuangan pada industri, gorong-gorong di pertambangan.
  • Sumber Non-institusi Yaitu sumber pen-cemar yang titik-titik sumbernya tidak mudah diidentifikasikan karena sifatnya yang dinamis atau pola terjadinya tersebar di berbagai tempat. Misalnya, kegiatan domestik seperti aktivitas rumah tangga dan usaha industri sekala kecil (home industry) serta rumah sakit, restoran, hotel, pasar, minyak yang menetesHpari kendaraan ke permukaan aspal dan terbawa hujan ke sistem air setempat. Limbah pertanian juga masuk dalam katagori ini, mengingat tempat asal terjadinya yang berbeda-beda.

Sumber-sumber Pencemaran Air

Hal utama yang menjadi sumber pencemaran yaitu:

  • Rumah tangga (domestik)
  • Industri
  • Pertanian

Air limbah domestik
Sumber domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari pe-rumahan dan pusat per-dagangan maupun per-kantoran, hotel, rumah sakit, tempat rekreasi, dll. Limbah jenis ini sangat mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD (biological oxygen demand), COD (chemical oxygen demand) dan kandungan organik sistem pasokan air. Metoda dasar penanganan limbah domestik pada dasarnya terdiri dari tiga tahap:

  • Pengolahan dasar (primary treatment), yang meliputi pembersihan grit, penyaringan, penggilingan dan sedimentasi,
  • Pengolahan kedua (secondary treatment) menyertakan proses oksidasi larutan materi organik melalui media lumpur yang secara biologis aktif, dan kemudian disaring,
  • Penanganan tersier, di mana metode biologis canggih diterapkan untuk menghilangkan nitrogen, di samping metode kimia maupun fisika seperti penyaringan granular dan absorbs! karbon.

Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari sumbernya. Llmbah jenis ini bukan saja mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, COO maupun kandungan organiknya, tetapi juga mengubah struktur kimia air akibat masuknya zat-zat anorganik yang mencemari. Penanganan iimbah ini diiakukan dengan cara memasang instalasi pengolahan air Hrribah (IPAL) sebelum dibuang ke lingkungan atau badan air, dan penanganan sistem pembuangan limbah domestik itusendiri.
Terdapat beberapa pilihan dalam mengendalikan air limbah industri:
1. Pengendalian secara end of pipe, yaitu pada titik pembuangan dari sumbernya pabrik)
2. Penanganan pada proses produksi (penerapan produksi bersih)

Limbah cair domestik dan tinja
Secara sederhana, penanganan limbah cair domestik dan tinja dengan membangun septiktank untuk setlap perumahan atau septiktank komunal di pemukiman padat penduduk secara kolektif, bag! daerah yang beium mem-punyai pengolahan iimbah cair domestik secara terpadu

Air limbah pertanian
Berasal dari sedimen akibat erosi lahan, unsur kimia limbah hewan atau pupuk (umumnya fosfor dan nitrogen), dan unsur kimia dari pestisida. Unsur pencemar ini rheliputi balk sedimen dari erosi iahan tanaman perkebunan maupun larutan fosfor dan nitrogen yang dihasilkan oieh iimbah hewani serta pupuk, Pengendalian dapat diiakukan dengan membuat penampungan di samping melakukan penanganan baik daiam koiam terbuka maupun tertutup, dan sistem pemupukan dan pemberantasan hama/penyakit dengan komposisi yang tepat.

Macam-macam Pencemar Air

Pencemar (pollutant) utama biasanya bersifat kimiawi, biologis maupun materi fisika. Secara umum, pencemar ini dapat dibagi ke dalam delapan katagori, sebagai berikut:

Pestisida
Unsur kimia yang digunakan untuk membasmi hama dalam praktek pertanian maupun perkebunan dapat terbawa aliran air hujan. Memang, beberapa dari unsur kimia ini bersifat biodegradable (bisa terurai secara biologis) sehingga menjadi tak berbahaya, namun beberapa lainnya bersifat nonbiodegradable (tak dapat terurai secara biologis) dan karena itu tetap berbahaya dalam jangka waktu yang lama. Banyak kasus di mana pasokan air minum telah terkontaminasi dengan pestisida yang berasal dari praktek pertanian.

Produk Minyak (Petroleum)
Aplikasi minyak dan unsur kimia yang berasal dari produk minyak bahan bakar, bahan baku pembuatan minyak pelumas,
bahan baku pembuatan serta banyak aplikasi lainnya. Masuknya produk minyak ke dalam air biasanya melalui bocoran atau kecelakaan, seperti dari kapal tanker, truk, pipa-pipa, maupun tanki penyimpanan. Kebanyakan produk minyak ini merupakan racun yang berbahaya.

Di Amerika Serikat, misalnya, lebih dari 14 juta orang meminum air yang telah terkontaminasi dengan pestisida, sebagaimana diperkirakan oleh Environmental Protection Agency (ERA) bahwa 10% dari sumur yang ada mengandung pestisida. Dan, unsur nitrat pupuk yang terbawa mengalir (runoff) da pat mengakibatkan methe-moglobinemia pada bayi, yaitu semacam gejala anemia yang mematikan dan sering di-istilahkan sebagai sindrom blue baby.

Unsur Logam Berat
Unsur logam berat (heavy metals), seperti tembaga, timah hitam, merkuri dan selenium masuk ke dalam air dari banyak sumber, seperti industri, buangan otomotif, pertambangan, dan bahkan tanah alami. Bila unsur ini terserap dalam lumpur dan diabsorbsi oleh tanaman, lalu tanaman ini dikonsumsi oleh manusia dalam jumlah tertentu, maka membahayakan kesehatan manusia.

Sebagai contoh, unsur cadmium dalam pupuk dapat mengakibatkan diare, hepatitis dan kerusakan ginjal, sementara unsur timah hitam dapat mengakibatkan keterbelakangan mental pada anak-anak.

Kasus di Minamata, Jepang, adalah contoh paling fenomenal akibat terkonsumsinya merkuri oleh penduduk disanapada tahun 1950an. Banyak penduduk mengalami kelumpuhan, kejang-kejang, rabun penglihatan bahkan kematian. Sebabnya adalah unsur merkuri yang ditemukan pada air di Teluk Minamata, yang ternyata berasal dari limbah sebuah industri disana. Dan para penderita tersebut telah mengkonsumsi ikan maupun air yang berasal dari Teluk Minamata.

Kasus Minamata bisa terjadi di Indonesia karena banyaknya kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI), yang menggunakan merkuri untuk proses “penangkapan” serbuk emas secara bebas.

Limbah B3
Pengertian umum limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) dikaitkan dengan sifat-sifatnya seperti “beracun”, “reaktif” (artinya dapat menghasilkan gas eksplosif atau beracun), “korosif’ (dapat menimbulkan karat), atau “mudah terbakar” (flammable). Bila tidak ditangani secara semestinya, limbah menjadi unsur pencemar air yang sangat berbahaya.

Kelebihan unsur organik pupuk maupun nutrisi yang biasanya digunakan untuk menunjang pertumbuhan tanaman pada lahan pertanian maupun kebun memiliki mekanisme alamiah masuk ke dalam aliran air. Pada awalnya nutrisi ini mendorong pertumbuhan tumbuhan maupun ganggang dalam air, namun ketika tumbuhan maupun ganggang ini mati dan tenggelam, mereka mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme, dan di dalam proses ini mikro organisme mengkonsumsi banyak oksigen yang tersedia di dalam air. Karena itu, tingkat oksigen dalam air menjadi turun ke tingkat yang membahayakan bagi kebutuhan oksigen binatang-binatang lainnya seperti ikan. Bahkan kekurangan oksigen ini seringkali mematikan binatang-binatang tersebut. Proses pengurangan oksigen ke tingkat yang mematikan ini disebut dengan eutrophication.

Sedimentasi
Sedimen, partikel-partikel tanah yang tebawa ke dasar sungai, danau maupun laut, juga dapat menjadi pencemar bila kehadirannya berada dalam jumlah besar. Erosi tanah akibat kikisan pada area sekitar sungai, atau tanah bawaan akibat hujan maupun banjiryang berasal dari ladang pertanian, pertambangan terbuka (strip mine) atau pembukaan jalan dapat memasok sungai maupun danau dengan sedimen yang penuh nutrisi. Ini dapat mengakibatkan terjadinya proses eutrophication sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Sedimentasi juga dapat menutupi lapisan pasir di dasar sungai di mana ikan meletakkan telur-telurnya.

Mikro Organisme
Sebuah studi yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat memperkirakan setiap tahun sekitar 900.000 orang terkena penyakit akibat organisme di dalam air minum mereka. Dari jumlah itu, sekitar 900 orang meninggal. Maka organisme penyebab penyakit
ini pun termasuk dalam katagori pencemar bila ditemukan dalam air minum. Jenis parasit seperti Giardia lamblia atau Cryptosporidium parvum kadangkala muncul dalam pasokan air minum perkotaan. Kedua jenis parasit ini, terutama menimbulkan penyakit pada orang-orang tua atau anak-anak kecil, maupun memperburuk keadaan mereka yang memang telah mengidap penyakit lainnya. Pada tahun 1993, penyebaran Cryptosporidium dalam air minum dikotaMilwaukee,Wisconsin, menyebabkan 400.000 orang menderita sakit dan menewaskan lebih dari 100 orang.

Di samping itu, bakteri E. coli yang berasal dari tinja yang meresap ke dalam air tanah dapat menyebabkan penyakit seperti diare, cacingan dan penyakit kulit.

Polusi Thermal
Air seringkali diambil dari sungai, danau, atau lautsebagai elemen pendingin (coolant) pada proses di pabrik atau pembangkit listrik, dan air ini kemudian dialirkan kembali ke sumbernya dalam keadaan yang lebih panas dibandingkan saat peng-ambilan. Perubahan kecil pada temperatur air bukan saja dapat menghalau ikan maupun spesis lainnya, namun juga dapat mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan, atau bahkan menurunkan tingkat oksigen dalam air. kibatnya adalah kematian ikan bahkan kerusakan ekosistem di sekitar tempat pembuangan air panas tadi (misalnya, terumbu karang).

Dampak Pencemaran Air

Terdapat banyak ragam pengaruh yang ditimbulkan akibat pencemaran air, seperti air minum yang mengandung racun, hewan-hewan potong yang beracun (akibat akumulasi organisme beracun dalam tubuh mereka yang berasal dari lingkungan sekitamya), ekosistem sungai dan danau yang tak lagi seimbang untuk men-dukung keaneka-ragaman hayati, penggundulan hutan akibat hujan asam (add rain), dan masih banyak lainnya.
Dampak pencemaran air pada umumnya dapat dibagi kedalam empat katagori, sebagai berikut :

1. Dampak terhadap kehidupan biota air.
2. Dampak terhadap kualitas air tanah.
3. Dampak terhadap kesehatan.
4. Dampak terhadap estetika lingkungan.

1. Dampak terhadap kehidupan biota air
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam membutuhkan oksigen akan terganggu, dan mengurangi perkembangannya. Selain disebabkan karena kurangnya oksigen, kematian kehidupan di dalam air dapat juga disebabkan oleh adanya zat beracun. Selain kematian ikan-ikan, dampak lainnya adalah kerusakan pada tanaman/tumbuhan air.

Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjemihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan demikian air limbah menjadi sulitteruraikan. Panas dari limbah industri juga membawa dampak pada kematian organisme, apabila air limbah tersebut tidak didinginkan terlebih dahulu.

2. Dampak terhadap kualitas air tanah
Suatu survei sumur dangkal diJakarta menunjukkan bahwa pencemaran air tanah oleh tinja yag lazim diukur dengan Faecal Conform telah terjadi dalam skala yang luas. Banyak penelitian mengindikasikan terjadinya pencemaran yang berasal dari tinja tersebut.

3. Dampak terhadap kesehatan
Pengaruh langsung terhadap kesehatan, umpamanya, tergantung sekali pada kualitas air mengingat air yang terkontaminasi dalam hal ini berfungsi sebagai media penyalur ataupun penyebar penyakit.
Reran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam., antara lain:
• air sebagai media untuk hidup mikroba patogen;
• air sebagai sarang insekta penyebar penyakit;
• jumlah air bersih yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan dirinya, atau;
• air sebagai media untuk hidup
vektor penyebar peffpptit. Dalam konteksIndonesia, ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak dijumpai di berbagai daerah seperti terlihat dalam tabel di bawah. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air ada cukup banyak, antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.

Beberapa penyakit Bawaan Air dan Agennya

4. Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organik yang semakin besar. Ampas dari limbah jenis ini yang seharusnya diendapkan terlebih dahulu, dan memerlukan waktu yang lama, sebelum dibuang kemudian mengalami proses pembusukan zat organik yang berada di dalamnya. Akibat yang ditimbulkannya adalah bau menyengat. Di samping masalah bau, juga masalah penumpukan yang memerlukan tempat yang luas.
Hal seperti inilah yang menimbulkan masalah estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga terkait dengan estetika. Selain bau, limbah ini juga menyebabkan tempat di sekitarnya menjadi licin.
Pada bangunan pengolah air limbah, sumber utama masalah bau umumnya berasal dari:
1. Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hidrogen sulfida air dan bau-bau lainnya yang melewati pengolah.
2. Tempat pengumpulan buangan limbah industri
3. Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.
4. Buih atau benda mengapung yang terdapat pada tangki pengendap utama.
5. Proses pengolahan bahan organik.
6. Tangki pengentalan (thickener) untuk mengambil lumpur.
7. Pembakaran limbah gas yang menggunakan suhu kurang dari semestinya.
8. Proses pencampuran bahan kimia.
9. Pembakaran lumpur.
10. Penimbunan lumpur dan pengolahan lumpur melalui proses pengeringan.

Pengendalian Pencemaran Air

Pada dasarnya pengendalian pencemaran air di Indonesia diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pengendalian pencemaran air baik oleh institusi maupun non-institusi.

llmu pengetahuan telah memberikan banyak solusi praktis untuk meminimasi tingkat pencemaran yang masuk ke dalam lingkungan hidup serta mengembalikan tingkat kesehatan lingkungan (remediate) dari unsur-unsur pencemar yang telah ada di dalamnya. Namun, tentu saja semua solusi ini bukannya tanpa biaya, baik secara sosial maupun ekonomis.

Oleh karena itu penting untuk disadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari, banyak hal yang dapat kita cegah bila kita, misalnya, melakukan daur ulang berbagai bahan yang potensial menimbulkan pencemaran, atau bila kita menggunakan dan membuang limbah bahan-bahan kimia rumah tangga secara bertanggung jawab. Tidak hanya itu, kita pun bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kemasan karton maupun kaleng, minuman dalam botol, dsb., yang memuat unsur pewarna pada kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat pembuangan akhir. Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau bersepeda ke toko terdekat di lingkungan rumah, umpamanya, turut me-nyumbangkan emisi asam atau hidrokarbon ke dalam atmosfir (yang pada akhirnya berdampak kepada siklus air alam). Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi maupun sosial (kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan mempengaruhi tingkat pencemaran di kota maupun wilayah, bahkan di mana kita berada.

Prokasih di Jakarta

Sumber pencemaran air berasal dari effluent industri pengolahan atau limbah cair yang masuk ke dalam air dan buangan dari kegiatan domestik rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat hiburan pasar, pertokoan dan rumah sakit. Sumber industri pengolahan yang menjadi sumber pencemaran air adalah agro-industri (peternakan), industri pengolahan makanan, industri minuman, industri tekstil, industri kulit, industri kirnia dasar, industri mineral non logam, industri logam dasar, industri hasil olahan logam, maupun industri listrik dan gas.

Salah satu upaya serius yang diiakukan Pemerintah dalam mengendalian pencemaran air in! adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta diiakukan dan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumberlainnya. Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat.

Setiap tahun Pemerintah Propinsi DKI Jakarta juga terus berupaya mengembangkan jumlah peserta PROKASIH melalui penaatan dan pengawasan padabakumutu limbah cair yang ditimbulkan oleh perusahaan-perusahaan pencemar potensial (beban organik lebih besar dari SOKg/hari) sesuai dengan SK Gubemur DKI No. 582 Tahun 1995.

Hasilnya adalah meningkatnya jumlah peserta prokasih setiap tahun yang dapat dikendalikan dan yang memenuhi keputusan Gubernur No 581/1995 (lihat label berikut).

Hasil evaluasi terhadap peserta prokasih menunjukkan bahwa mereka terlihat berupaya untuk membuat unit pengelola limbah 75 persen dan adanya upaya minimisasi limbah sebesar 10 persen.

Dengan adanya upaya PROKASIH ini maka beban limbah yang akan dibuang ke badan air akan bertoirang. Upaya ini tidak dapat membawa hasil optimal tanpa peran serta dari masyarakat yang bermukim di sekitar bantaran sungai karena mereka turut andil dalam mempengaruhi kualitas air dart limbah domestik mereka, termasuk kegiatan-kegiatan di hulu, di iuar OKI Jakarta. Untuk ttu maka lingkup PROKASIH telah dikembangkan ke arah penataan daerah bates pengeldaan sungai, dan sebagai tahap prioritas adalah DPS (Daerah Pengairan Sungai) Ciliwung yang dikoordinasikan dengan instansi-instansi terkait. Sebagai tindak lanjut, upaya pemulihan Ciliwung telah dimasukkan menjadi salah satu aspek kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kerajaan Belanda sebagai hasil kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Departemen KIMPRASWIL Selain itu juga telah dibentuk Komite Ciliwung dengan Ketua Koordinasi dijabat oleh Wagub Propinsi Jawa Barat dan Banten. Peran serta masyarakat juga terus digaiakkan melalui Gerakan Ciiiwung Bersih (GCB) yang dimotori oteh PPSML-UI Jakarta. GCB secara intensif mensosialisasikan pening-katan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan bersih.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/rekayasa-sumber-daya-air/siklus-hidrologi

Breakwater Pemecah Gelombang Lepas Lantai

Breakwater Pemecah Gelombang Lepas Lantai
216

Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai terhadap erosi. Selanjutnya dalam tinjauan lebih difokuskan pada pemecah gelombang lepas pantai.

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.

Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.

Fungsi

Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi.

Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan)

Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.

Material

Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring.

Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material-material seperti pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain sebagainya.

Berbagai jenis breakwater sisi tegak

Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang paling umum di jumpai pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari beton bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah gelombang sisi tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai fondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi maka dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton :

Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk sedemikian rupa (pada umumnya apabila dilihat potongan melintangnya membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu, Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.

Breakwater sisi miring

Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:

  1. Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-partikel halus dari debu dan pasir.
  2. Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter layer) yang melindungi bagian inti(core)terhadap penghanyutan material, biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
  3. Lapisan pelindung utama (main armor layer) sepertinamanya, merupakan pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3 ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan lain-lain

Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber, besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang digunakan.

Beberapa macam material batu buatan

Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang lepas pantai juga mengalami perkembangan. Belakangan juga dikenal konstruksi pemecah gelombang komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi tegak dan bangunan sisi miring. Dalam penggunaan matrial pun dikombinasikan misalnya antara kaison beton dengan batu-batuan sebagai pondasinya.

Metode Pelaksanaan Konstruksi

Ada berbagai macam metode dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi pemecah gelombang lepas pantai baik itu sisi tegak maupun sisi miring. Untuk sis tegak ada sebuah metode pelaksanaan yang cukup unik pada sebuah konstruksi pemecah gelombang kaison. Metode ini agak berbeda dan sempat mejadi pertentangan pada saat ditemukan.

Adapun gambaran umum metode pelaksanannya adalah sebagai berikut:

  • Kaison yang terbuat dari beton pracetak diletakan dipermukaan air dengan bagian dasarnya yang terbuka menghadap ke bawah. Dengan mengatur tekanan udara didalam kaison, maka tingkat pengapungannya dapat dikendalikan untuk memastikan stabilitas dan mengatur aliran udaranya selama pemindahan ke lokasi pemasangannya.
Ilustrasi kaison yang diapungkan dengan mengontrol tekanan udara
  • Adapun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan didorong menggunakan sebuah tugboat.
Ilustrasi pemindahan kaison dengan cara didorong tugboat
  • Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam kaison dikeluarkan dan kaison ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan beratnya sendiri. Kemudian setelah kaison ditenggelamkan dan berada pada posisi yang telah direncanakan, maka kaison diisi dengan material pengisi untuk meningkatkan kekuatan strukturnya.
  • Karena kaison tebuka dibagian dasarnya maka bagian ujungnya hanya mempunyai luasan permukaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan area yang dicakup oleh kaison itu sendiri. Luas permukaan ujung yang kecil ini digabungkan dengan berat kaison yang besar mengakibatkan kaison lebih mudah ditenggelamkan hinga menancap ke dasar laut dengan dengan kedalaman yang cukup. Ini untuk memastikan kaison dapat menahan pergerakan horisontal dari struktur setelah dipasang. Disamping itu juga dimaksudkan agar material dasar laut yang berada dalam cakupan kaison dapat dijadikan sebagai bahan pengisi kaison itu sendiri sebagai salah satu solusi menghemat pemakaian material pengisi.
  • Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk mendukung kaison selama pengisian dan setelah dinding-dinding vertikal menembus dasar laut sampai kedalaman yang diinginkan, penurunan selanjutnya dapat dicegah dengan memelihara udara bertekanan yang ada di dalam kaison.
  • Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material kerukan melalui suatu lubang masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur dan/atau pasir dipompa masuk kedalam kaison, udara bertekanan yang tersisa dalam kaison itu dikurangi seperti yang dilakukan pada air yang mengisi kaison, sehingga struktur itu berada dibawah dukungan hidrolik sementara.
  • Pada akhirnya setelah kaison itu cukup diisi dengan material padat, maka lubang-lubang udara dan hidrolik ditutup dengan beton atau material lain.
Ilustrasi kaison yang sudah berada pada lokasi pemasangan dan diisi dengan material pengisi

Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan bangunan pelindung pantai lainya seperti groin dan jeti yang juga menggunakan konstruksi sisi miring. Yang membedakan hanya cara pemindahan material dan alat-alat beratnya saja. Karena pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai maka untuk pemidahan material dan alat berat ke lokasi pemasangan menggunakan alat transportasi air misalnya kapal atau tongkang pengangkut material. Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilah per lapisan sebagai berikut:

  • Untuk lapisan inti (core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan dump truk. untuk memudahkan penimbunan material oleh truk, bagian inti(core) idealnya mempunyai lebar antara 4-5 meter pada bagian puncak dan kira-kira 0,5 meter di atas level menengah permukaan laut, ketika ada suatu daerah pasang surut yang besar, sebaiknya berada diatas level tertinggi air pasang.
Pengurugan lapisan inti dengan dump truk
  • Lapisan bawah pertama(under layer) yang terdiri dari potongan-potongan tunggal batu. Penempatan batu-batu lapisan ini dapat dilakukan menggunakan ekskavator hidrolis, selain itu juga bisa dengan menggunakan sebuah mobile crane normal jika tersedia ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan pernah menggunakan crane dengan ban karet pada lokasi yang tidak rata tanpa landasan yang cukup luas. Ekskavator harus menempatkan batuan yang lebih berat secepat mungkin sehingga bagian inti(core) tidak mengalami hempasan ombak. Jika suatu ombak badai mengenai lokasi dimana terlalu banyak bagian inti(core) yang mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang serius pada bagian inti(core) yaitu penggerusan material. Gambar 9 menunjukkan susunan lapisan bawah. Dalam hal ini kemiringan lerengnya adalah 2,5/1 dan jarak H, adalah ketinggian dari puncak lapisan bawah ke dasar laut. Suatu tiang dari kayu harus ditempatkan pada bagian atas inti (core) dan disemen untuk meperkokohnya. Pada jarak sama dengan 2,5 x H, sebuah batu ladung yang berat dengan sebuah pelampung penanda harus ditempatkan di dasar laut. Sebuah senar nilon berwarna terang akan direntangkan dari batu ladung ke ketinggian yang diperlukan (H) pada tiang. Prosedur ini harus diulangi setiap 5 m untuk membantu operator crane atau ekskavator untuk menempatkan puncak lapisan di tingkatan yang benar. Seorang perenang dapat memastikan bahwa masing-masing batu batuan yang terpisah ditempatkan di dalam profil yang dibatasi oleh senar nilon.
Penempatan batuan lapisan bawah menggunakan ekskavator
  • Lapisan pelindung utama (main armor layer). Dalam pelaksanaan penempatan batu maupun batu bauatan dapat menggunakan crawler crane (crane penggerak roda kelabang) atau tracked crane (crane dengan rel). Crane jenis tersebut adalah alat berat yang paling cocok untuk pekerjaan menempatkan batuan berukuran besar. Batu-batu yang besar harus diangkat satu demi satu menggunakan sling atau pencengkram dan harus ditempatkan didalam air dengan pengawasan dari seorang penyelam. Ia harus ditempatkan satu demi satu berdasar urutannya untuk memastikan ia saling berkesinambungan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa ombak tidak bisa menarik satu batu ke luar, yang menyebabkan batu-batu pada bagian atas longsor, menerobos lapisan pelindung dan mengakibatkan terbukanya bagian bawah yang batuannya lebih kecil.
Ilustrasi penempatan batu lapisan pelindung utama menggunakan crane
  • Untuk memastikan bahwa batu-batu ditempatkan dengan baik, penyelam tadi perlu mengarahkan operator crane setiap kali suatu batu ditempatkan sampai lapisan pelindung ini menerobos permukaan air. Sama seperti lapisan bawah, diperlukan dua lapisan pelindung untuk menyelesaikan lapisan pelindung utama. Profil kemiringan dapat diatur pada interval tetap 5 m menggunakan prosedur yang sama.

Dampak Lingkungan

Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.

Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang bangunan.

Proses tersebut akan berlanjut sampai garis pantai yang terjadi sejajar dengan garis puncak gelombang yang terdifraksi. Pada keadaan tersebut transport sedimen sepanjang pantai menjadi nol. Seperti terlihat pada gambar 1-14dimana arah gelombang dominan hampir tegak lurus garis pantai asli, garis puncak gelombang dari sisi kiri dan kanan pemecah berpotongan di titik A. Puncak cuspate akan terjadi pada titik A. Dengan demikian pembentukan tombolo tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas pantai dan jarak antara bangunan dengan garis pantai. Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang pemecah gelombang lebih kecil dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika bangunan menjadi lebih panjang dari pada jaraknya terhadap garis pantai maka kemungkinan terjadinya tombolo semakin tinggi.

Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju transport sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan pengendapan sedimen dan terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga pembentukan cuspate terus berkembang hingga akhirnya terbentuk tomboloTombolo yang terbentuk akan merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai. Sehingga suplai sedimen kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya erosi pantai di hilir bangunan.

Pemecah gelombang lepas pantai dapat direncanakan sedemikian sehingga terjadi limpasan gelombang yang dapat membantu mencegah terbentuknyatombolo. Manfaat lain dari cara ini adalah membuat garis pantai daricuspate menjadi lebih rata dan menyebar ke arah samping sepanjang pantai.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/pelabuhan/breakwater-pemecah-gelombang-lepas-lantai

Metode Sand Pumping untuk Masalah Abrasi Pantai

Metode Sand Pumping untuk Masalah Abrasi Pantai
116

Sand Pumping adalah suatu metode dengan melakukan pengambilan pasir di laut lepas pada kedalaman antara 40 – 50 meter, menggunakan kapal TSHD. Pasir disedot ke dalam lambung kapal berkapasitas kurang lebih 10.000 m3, dalam sekali perjalanan (trip). Pasir tersebut, kemudian dibawa ke lokasi pumping yang sudah siap dengan perpipaan sepanjang 6 km. Dipasang kira-kira 3km di laut dan 3km di pesisir pantai. Setelah itu dihubungkan dengan pipa tersebut, kemudian material pasir disemprotkan pada lokasi pantai yang terkena abrasi. dalam sehari, dapat dilakukan 3 – 4 penyemprotan. Volume pasir untuk keseluruhan proyek diperkirakan sekitar 1 juta m3.

Snapper east outlet

Dalam proses pemasangan pipa hanya terkendala oleh masalah cuaca gelombang laut. Karena semuanya sudah terfabrikasi, jadi tidak ada masalah dengan schedule yang ditetapkan. Untuk kebutuhan material pasir pun tidak masalah. Karena deposit yang tersedia sangat besar. Untuk pantai kuta diperlukan sekitar 896 ribu m3 hanya 1/10 dari deposit pasir yang tersedia disana.

Metode Sand Pumping dilakukan untuk mengatasi masalah abrasi yang terjadi, sehingga garis pantai menjadi menjorok ke darat. Juga, mengakibatkan kerusakan bangunan yang berada di pesisir pantai. Ganris pantai yang semakin menjorok ke darat, diperlukan sand fill untuk mengembalikan posisi garis pantai seperti semula. Volume sand fill yang cukup besar memerlukan metode yang tepat untuk mempercepat waktu pelaksanaan. Untuk menghadapi masalah tersebut, dipilih Sand Fill 896 ribu m3 dalam waktu 896 ribu m3 dalam waktu 36 hari dengan metode sand pumping.

Sand Pumping

Proses pelakasanaan pekerjaan di lapangan diawali dengan review terhadap analisis dampak lingkungan yang sangat mutlak dilakukan, karena hal ini merupakan point awal dalam pelaksanaan proyek agar tidak menimbulkan permasalahan lingkungan dan sosial dikemudian hari.

Langkah berikutnya, adalah perizinan penambangan pasir laut. Dikarenakan daerah pengambilan pasir laut berada 3 mil dari garis pantai, maka proses perizinan tambang untuk galian C jenis pasir laut.

Sebelum pengambilan pasir, terlebih dahulu dilakukan  kegiatan sand investigation untuk mengetahui kualitas pasir, daerah sedimen dan kedalamannya, ketebalan pasir serta kandungan volume pasir. Sand Investigation dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

  • Seismic Survey , yang terdiri dari Tide Observation dan Analysis (untuk mengetahui kondisi ombak dan gelombang di daerah pengambilan pasir)
  • Batymetri of Borrow Area, (untuk mengetahui keadalaman pasir)
  • Sub Bottom Profilling , (untuk mengetahui profil kedalaman laut)
  • Side Scan Sonar, (untuk mengetahui letak pasir dan letak batu karang)
  • Geotecnical Investigation, meliputi Core Sampling (dilakukan dengan metode drop core dan Grab Sample), dalam proyek Bali Beach Conservation untuk mengambil sample pasir dilakukan sejumlah 295 titik) dan sand quality (pengujian kualitas pasir dilakukan di laboraturium berdasarkan hasil core sampling).

Proses berikutnya adalah pemetaan pasir didasarkan dari hasil soil investigation, meliputi core sampling(dilakukan dengan metode drop core dan Grab Sample, dalam proyek Bali Beach Conservation mengambil sample pasir dilakukan sejumlah 295 titik) dan sand quality (pengujian kualitas pasir dilakukan di laboraturium berdasarkan hasil core sampling).

Proses berikutnya adalah pemetaan pasir didasarkan dari hasil sand investigation, dalam pemetaan dicantumkan area pengambilan pasir yang memenuhi spesifikasi, besarnya volume yang bisa diambil dari pemetaan pasir (perhitungan besar volume berdasarkan Terramodel 3D Model) didapat hasil sebagai berikut : Volume Pasir yang terkandung dalam Wilayah borrow area sebesar 3.1 juta m3. Luas Area pengambilan pasir 1,7 juta m2. Volume pasir yang memenuhi syarat sebesar 1,6 juta m3. Volume yang dibutuhklan untuk sanfill 896 ribu m3. Daerah pengambilan dibagi menjadi 2 tempat Blok A dan Blok B (sesuai dengan pertambangan).

Persiapan yang tepat

Proses berikutnya adalah persiapan sand suction dan sand pumping. Pada tahapan pekerjaan ini terdiri dari : pemasangan silt protector yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi kekeruhan air (turbidity) saat pemompaan pasir berlangsung, serta pemasangan Sinker Pipe yang berfungsi sebagai saluran pemompaan dari kapal TSHD ke darat. Sinker Pipe dibagi menjadi tiga jenis :

  1. Floating Pipe (Rubber Pipe) dipasang antara connecting antara kapal dengan pipa.
  2. Welding Pipe sebagai pipa yang ditenggelamkan di dasar laut.
  3. Bolt Joint Pipdipasang di posisi darat.

Persiapan alat berat dilakukan untuk langsung meratakan pasir dari pemompaan pipa, komposisi alat terdiri dari :

  • Buldozer DZ 15  (4 unit)
  • Excavator PC 200 (5 unit)
  • Wheel Loader W250  (2 unit)

Penjadwalan terhadap kapal TSHD harus sangat tepat, terhadap persiapan di darat baik kesiapan pemasangan Silt Protector, Sinker Pipe, alat berat, dan man power yang bekerja 24 jam penuh, karena pihak kapal akan mengklaim, jika ada kesalahan dari pihak penyewa, dan besarnya klaim sangatlah mahal (78 ribu euro/hari atau 1 milyar/hari).

Sand Suction dan Sand Pumping merupakan tahap pelaksanaan pekerjaan berikutnya. Proses sand suction menggunakan trailing sebanyak 2 unit yang berada di kanan kiri lambung kapal. Dalam tahapan sand suction, pihak kapal terlebih dahulu memetakan letak borrow area ke dalam navigasinya, tidak boleh melewati batas yang diijinkan. Jika sudah di area penambangan pasir trailing di turunkan, dalam hal ini kapal bergerak sambil menghisap pasir.

Sedangkan sand pumping menggunakan sistem pemompaan dari hooper ke darat melalui saluran Sinker Pipe,Hopper yang terisi pasir dipompakan air sehingga pasir dalam kondisi cair, dalam kondisi ini pasir dipompakan.

Pengukuran volume pasir dilakukan dua kali, yaitu : pertama, perhitungan volume di Hopper TSHD sebagai Claim Volume terhadap pihak kapal. Perhitungan volume di Hopper dilakukan dua kali, yaitu :

  • Pertama, perhitungan volume saat Hooper terisi penuh (Full Load) dan perhitungan volume saat kosong (Rest Load) Volume = Full Load – Rest Load.
  • Kedua, Perhitungan volume profil sebagai claim terhadap kontrak. Perhitungan volume dengan data surveyor.

Pada saat proses pemompaan pasir, waktu kerja selama 24 jam penuh, dengan rata-rata pengisian 4 rate per hari, untuk persiapan tenaga kerja diatur 3 shif dengan waktu kerja 8 jam/hari, berlaku juga untuk operator.

Pengisian pasir Proyek Bali Beach Conservation Package IV dimulai tanggal 4 September 2008 dan berakhir tanggal 10 Oktober 2008 (lama pengisian 36 hari), dengan jumlah pengisian pasir 896 ribu m3 (rata-rata pengisian 6.200 m3/rate) dengan 144 kali pengisian.

Pengamatan terhadap lingkungan dilakukan pada saat sebelum, selama dan setelah pemompaan pasir. Pengamatan dilakukan terhadap kekeruhan (turbidity) akibat pemompaan. Sehubungan dengan lokasi proyek berada di area publik, maka selama pemompaan diberikan ristrick area (area terbatas) untuk keamanan pengunjung pantai atau wisatawan agar tidak melintasi/melewati area proyek.

Proyek ini merupakan proyek yang dilaksanakan untuk kepentingan turis. “Rasanya jarang pemerintah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk proyek semacam ini”. Proyek Bali Beach Conservation menghabiskan dana hampir 340 milyar.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/pelabuhan/metode-sand-pumping-untuk-masalah-abrasi-pantai

Penggunaan Geotextile Pada Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Penggunaan Geotextile Pada Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Geotextile

Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil merupakan cara moderen dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak.

Beberapa fungi dari geotekstil yaitu:

  1. Untuk perkuatan tanah lunak.
  2. Untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan mendukung  beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
  3. Sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.
Geotextile
Geotextile

Geotextile dapat digunakan sebagai perkuatan timbunan tanah pada kasus:

  1. Timbunan tanah diatas tanah lunak
  2. Timbunan diatas pondasi tiang
  3. Timbunan diatas tanah yang rawan subsidence

Timbunan Tanah Diatas Tanah Lunak

Pada hakekatnya, timbunan diatas tanah lunak merupakan masalah daya dukung. Pertimbangan lain adalah bahwa stabilitas timbunan kritis pada akhir konstruksi. Hal ini dikarenakan permeabilitas tanah lempung lunak yang tidak memungkinkan pengaliran dan konsolidasi pada masa konstruksi. Pada akhir konstruksi, beban telah diterapkan, tetapi tidak ada peningkatan kuat geser tanah akibat konsolidasi.

Sesudah konsolidasi terjadi, peningkatan kuat geser umumnya menghilangkan perlunya perkuatan geotextile untuk menambah stabilitas. Untuk memperoleh peningkatan kuat geser, tinggi timbunan harus sedemikian sehingga pada awal kosntruksi mengakibatkan tegangan vertikal yang melewati tegangan pra-konsolidasinya.

Jadi fungsi geotextile adalah mempertahankan stabilitas sampai tanah lunak terkonsolidasi (kuat geser meningkat berarti) sampai saat dapat memikul beban timbunan itu sendiri.

Keuntungan yang dapat diambil dari penggunaan geotekstil perkuatan tanah lunak adalah Konstruksi sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan, menghemat waktu pelaksanaan, menghemat biaya konstruksi. Sedangkan kerugian dari penggunaan geotekstil adalah bahwa geotekstil tidak tahan terhadap sinar ultra violet. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan penutupan berupa pasangan batu kali ataupun dengan bahan lainya.

sumber : 
https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/penggunaan-geotextile-pada-perkerasan-lentur-flexible-pavement