Pelabuhan Udara

Pelabuhan Udara

 Pelabuhan Udara 1

Pelabuhan udara adalah tempat di daratan yang dipersiapkan untuk penempatan, pendaratan, dan pemberangkatan pesawat terbang beserta penumpangnya. (didukung oleh fasilitas keselamatan penerbangan dan layanan penumpang).

Sejarah Transportasi Udara :

1930 – 1950 = Pertumbuhan kurang pesat

Setelah 1950 = Pertumbuhan penggunaan pesawat terbang meningkat hingga mencapai 13% pertahun

Persentase angkutan udara terhadap total angkutan

Transportasi udara merupakan :

  • cermin taraf kehidupan masyarakat
  • cermin tingkat kesibukan / kepentingan
  • cermin nilai ‘waktu’ mahal (time is money)
  • menunjukkan perhitungan jarak dalam  satuan waktu tempuh
Transportasi udara berpengaruh terhadap beberapa hal yaitu :

  1. kehidupan ekonomi,
  2. sosial kemasyarakatan,
  3. sistem Hankam,
  4. politik,
  5. budaya,
  6. Iptek,
  7. informasi/ komunikasi,
  8. lain-lain.

Dasar pertimbangan pemilihan transportasi udara yaitu :

  1. tingkat kepentingan,
  2. waktu / jarak,
  3. biaya,
  4. kenyamanan.
Pertimbangan keamanan menjadi syarat mutlak

Beberapa jenis transportasi udara yaitu :

  • angkutan umum
  • angkutan massal
  • angkutan jarak sedang / jauh
  • angkutan khusus (militer)
  • angkutan pribadi
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) – badan khusus PBB bertujuan antara lain :

  1. Menjamin keselamatan dan pertumbuhan penerbangan sipil yang wajar
  2. Mendorong disain pesawat dan pengoperasian untuk perdamaian
  3. Mendorong pengembangan jalur udara, bandar udara, fasilitas navigasi untuk penerbangan internasional
  4. Memenuhi kebutuhan manusia akan transportasi udara yang cepat, aman, nyaman
  5. Mencegah pemborosan ekonomi akibat persaingan yang tidak wajar
  6. Menjamin hak2 negara2 untuk melakukan penerbangan internasional
  7. Menghindarkan diskriminasi
  8. Mempromosikan keselamatan penerbangan & navigasi internasional
  9. Meningkatkan pengembangan aeronautika sipil internasional
  10. Menjalin komunikasi antar anggota, dengan dikeluarkannya Aerodromes Annexe 14
Ada 2 jenis angkutan udara yaitu :

  1. General Aviation : pertanian, penyemprotan hama, instruksional, survai, pemetaan, dan lain-lain.
  2. Air Carrier : penerbangan komersial untuk penumpang oleh perusahaan penerbangan
Layanan penerbangan ada 2 macam yaitu :

  1. Domestic flight: melayani penerbangan antar pulau / antar kota dalam satu negara
  2. International flight: melayani penerbangan antar negara

Jenis (mesin) pesawat :

1. Piston engine aircraft : dijalankan dengan tenaga propeller – mudah sekali dikenali dari baling-balingnya

2. Turbin power aircraft : pesawat jet; yang masih dikelompokkan lagi dalam:

a. Turbo prop : mesin jet berpropeller dilengkapi turbin seperti F27 (Fokker 27)

b. Turbo jet : tanpa propeller, khusus dari turbinnya

c. Turbo fan : Turbo jet ditambah kipas yang biasanya diletakkan di depan mesin jet

Data perencanaan lapangan terbang yaitu :

  • Ukuran (size)
  • Berat (weight)
  • Kapasitas (capacity)
  • Panjang landasan pacu (runway’s length)

Berat pesawat menentukan :

  • tebal perkerasan runway
  • tebal perkerasan taxiway
  • tebal perkerasan apron
  • panjang runway untuk take off
  • panjang runway untuk landing
Tampak Depan

Bentangan sayap dan panjang badan pesawat mempengaruhi :

  • ukuran apron
  • ukuran hanggar
  • susunan gedung-gedung terminal
  • lebar landasan pacu
  • lebar landasan hubung
  • jarak landasan pacu – landasan hubung
  • jari-jari manuver
Airport System

Airport System adalah keseluruhan dari segala sesuatu yang ada di pelabuhan udara.
Sistem ini terdiri atas:
  •  Land side : urusan daratan di airport
  •  Air side : urusan penerbangan di airport
  •  En route : penerbangan di angkasa; jadi bukan bagian dari airport lagi

Komponen Berat Pesawat :

1. Berat Kosong Operasi (Operating Weight Empty) :

Adalah berat seluruh pesawat termasuk awak pesawat (tidak termasuk payload dan bahan bakar)

2. Berat Muatan (Payload) :

Adalah berat seluruh muatan yang menghasilkan pendapatan seperti penumpang, bagasi, surat-surat dan barang muatan lainnya

3. Berat Bahan Bakar Kosong (Zero Fuel Weight) :

Adalah berat yang mana di atas batas berat itu tambahan berat haruslah berupa bahan bakar. Saat pesawat miring ke samping, cairan bahan bakar tidak terkumpul ke satu sisi.

4. Muatan Struktur Maksimum (Maximum Structural Payload) :

Adalah beban maksimum yang boleh (diizinkan) diangkut pesawat terbang, baik berupa penumpang, barang muatan, atau gabungan keduanya.

5. Muatan Maksimum (Maximum Payload) :

Biasanya lebih kecil dari Maximum Structural Payload (mengingat susunan/ batasan ruangan)

6. Maximum Structural Landing Weight (Bobot Pendaratan Struktur Maksimum) :

Bobot ini adalah kemampuan struktur pesawat dalam pendaratan.

7. Maximum Structural Take Off Weight (Bobot Lepas Landas Struktur Maksimum) :

Bobot maksimum yang diperbolehkan pada saat lepas landas.

Gambar Situasi Bandara Adisucipto Yogyakarta
Denah Bandara Adisucipto
Konfigurasi Apron Bandara Adisucipto Yogyakarta

Beberapa jenis pesawat dan spesifikasinya

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bandara/pelabuhan-udara

Bandar Udara

Bandar Udara

Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang dan / atau bongkar muat kargo dan / atau pos serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai perpindahan antar moda transportasi.

Unsur-unsur dalam penyelenggaraan transportasi udara :

  1. Bandar Udara (Airport)
  2. Pesawat Udara (Aircraft)
  3. Maskapai Penerbangan (Airlines)
  4. Jalur Penerbangan (Airways)

Fasilitas Pokok Bandar Udara :

  1. Fasilitas Sisi Udara
  2. Fasilitas Sisi Darat
  3. Fasilitas Navigasi Penerbangan
  4. Alat Bantu Pendaratan Visual
  5. Komunikasi

Fasilitas Penunjang Bandar Udara :

  1. Penginapan / hotel
  2. Penyediaan toko dan restoran
  3. Fasilitas penempatan kendaraan bermotor
  4. Fasilitas perawatan pada umumnya
  5. Fasilitas pergudangan
  6. Fasilitas perbengkelan pesawat udara
  7. Fasilitas hanggar
  8. Fasilitas pengelolaan limbah
  9. Fasilitas Lainnya yang menunjang secara langsung atau  tidak langsung kegiatan Bandar Udara
Fasilitas Sisi Udara :

  1. Runway
  2. Taxiway
  3. Apron
  4. Runway Strip
  5. Fasilitas PKP-PK
  6. Marka dan rambu
Fasilitas Sisi Udara

Fasilitas Sisi Darat (Landside Facility) :

  1. Bangunan terminal penumpang
  2. Bangunan terminal kargo
  3. Bangunan operasi
  4. Menara pengawas lalu lintas udara (ATC tower)
  5. Bangunan VIP
  6. Bangunan meteorologi
  7. Bangunan SAR
  8. Jalan masuk (access road)
  9. Depo pengisian bahan bakar pesawat udara
  10. Bangunan administrasi / perkantoran
  11. Marka dan rambu
Peralatan Pemeliharaan :

  1. Wheel Tractor
  2. Rotary Mower
  3. Grass Collector
  4. Runway Sweeper
  5. Pushback Tractor
  6. Dump Truck
  7. Handy Mower
  8. Pick Up
  9. Workshop Equipment and Tools
  10. Water Tank Car
Peralatan Sisi Darat :

  1. Avio Bridge
  2. AC
  3. Escalator
  4. Elevator / Lift
  5. Conveyer Belt

Penataan Kawasan Bandara

  • RI (Rencana Induk Bandar Udara)
  • KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan)
  • BKK (Batas Batas Kawasan Kebisingan)
  • DLKR (Daerah Lingkungan Kerja)
  • AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

Rencana Induk Bandara

  • Pedoman pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara
  • Pedoman pembuatan tata guna lahan dan tata letak fasilitas bandar udara
  • Pedoman dalam penyusunan kajian untuk mengantisipasi dampak lingkungan hidup
  • Pedoman dalam penyusunan rancangan awal dan RTT fasilitas bandar udara
  • Pedoman bagi pemerintah daerah setempat, instansi terkait maupun masyarakat dalam pengembangan wilayah di sekitar bandar udara
Rencana Induk Bandar Udara Adisutjipto

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

TUJUAN :

  • Keamanan dan keselamatan penerbangan
  • Perlindungan terhadap komunitas masyarakat dari resiko jatuhnya pesawat udara

IMPLEMENTASI :

  • Building height regulation
  • Pembatasan ketinggian benda tumbuh
  • Kegiatan yang berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan

Radius K.K.O.P sejauh 15 km dari RWY

Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara

TUJUAN :

Perlindungan terhadap kegiatan operasional bandar udara dalam rangka penyelenggaraan keamanan dan keselamatan penerbangan

IMPLEMENTASI :

  • Jenis lokasi yang direkomendasikan untuk digunakan bagi alat bantu navigasi penerbangan
  • Pengaturan kegiatan yang dilarang karena berpotensi mengganggu peralatan alat bantu navigasi

Luas daerah D.L.Kr adalah sama dengan Rencana Induk bandar udara.

Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK)

TUJUAN :

Perlindungan terhadap komunitas masyarakat dari suara bising mesin pesawat.

IMPLEMENTASI :

  • Jenis penggunaan lahn yang direkomendasikan
  • Bantuan terhadap konstruksi bangunan (soundproofing), agar memenuhi persyaratan lingkungan

Radius B.K.K adalah sepanjang 7 – 15 km dari RWY

Kondisi Eksisting
Konsep Keselamatan Penerbangan
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bandara/bandar-udara

Konstruksi Bendung

Konstruksi Bendung

Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun.

Klasifikasi Bendung :

A. Bendung berdasarkan fungsinya dibagi tiga :
  • Bendung penyadap
  • Bendung pembagi banjir
  • Bendung penahan pasang
B. Struktur bendung :
  • Bendung tetap
  • Bendung gerak
  • Bendung kombinasi
  • Bendung kembang kempis
  • Bendung bottom intake

Bangunan air adalah prasarana fisik yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air.

Bangunan pelimpah gergaji adalah bagian dari bangunan air, misalnya bendung atau pelimpah bendungan yang berfungsi untuk melewatkan debit aliran sungai secara terkendali, tata letak bangunan dibuat bergigi seperti gergaji guna meningkatkan kapasitas pelimpahan dengan jalan memperpanjang lebar efektif pelimpah.

Bendung tipe gergaji adalah bendung tetap dengan tata letak mercu pelimpah menyerupai gigi gergaji guna diperoleh lebar efektif pelimpah yang lebih panjang.

Bendung Tempo Dulu
Bendung Sekarang

Ada beberapa bagian dalam bendung yaitu

  • Bangunan Tubuh Bendung
  • Bangunan Intake
  • Bangunan Pembilas
  • Bangunan Perlengkapan

Mercu Bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran dari udik dapat melimpah ke hilir. Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum.

Mercu Bendung

Bentuk mercu bendung tetap :

  • Mercu bulat dengan satu  atau dua jari-jari pembulatan
  • Mercu tipe ogee, SAF
  • Mercu ambang lebar
Bentuk Mercu Bendung Tipe Ogee
Mercu Bendung Tipe Bulat
Mercu Ambang Lebar

Bentuk mercu bendung yang lazim digunakan di Indonesia yaitu bentuk mercu bulat. Hal ini dikarenakan:

  • Bentuknya sederhana
  • Lebih tahan terhadap benturan batu gelundung
  • Tahan terhadap goresan atau abrasi

Tinggi Mercu Bendung

Tinggi mercu bendung (p), yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu.

Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus mempertimbangkan terhadap :

  • Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan
  • Kebutuhan tinggi energi pembilasan
  • Tinggi muka air genangan yang akan terjadi
  • Kesempurnaan aliran pada bendung dll.

Tinggi mercu bendung dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H

Panjang Mercu Bendung

Panjang mercu bendung atau disebut pula lebar bentang bendung yaitu, jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya.

Bangunan intake

Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen.

Terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar penempatan pintu, saringan saqmpah, jembatan pelayan, raumah pintu, dan perlengkapan lainnya.

Bangunan Intake

Bangunan pembilas

Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake.

Pintu Pembilas
Pilar Pembilas

Bangunan Penahan Batu

Bangunan penahan batu adalah suatu bangunan yang ditempatkan di udik bangunan pembilas bendung yang berfungsi untuk menahan material batu.

Bangunan Penahan Batu

Proses pengerjaan bendung

1. Proses excavation untuk saluran bendungan

2. Proses perencanaan; pengukuran bendung

3. Pembuatan abutment untuk dinding bendung pembilas

4. Penggalian untuk dasar bendung

5. Saluran pondasi bendungan setelah excavation yang disebut batu serpentine


sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/konstruksi-bendung

Pemadatan

Pemadatan

 Pemadatan 1

Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul / mengolah). Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar pada jalan, tanggul / bendungan , tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk :

  • Menaikan kekuatannya.
  • Memperkecil daya rembesan airnya.
  • Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan adalah sbb :

1. Tebal lapisan yang dipadatkan.

Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin tebal lapisan yang akan dipadatkan, maka diperlukan alat pemadat yang makin berat. Untuk mencapai kepadatan tertentu maka pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis bergantung dari jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah lempung tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm.

2. Kadar Air Tanah.

Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar air dinaikkan dengan menambah air, air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara butiran tanah sehingga mudah dipadatkan tetapi bila kadar air terlalu tinggi kepadatannya akan menurun. Jadi untuk memperoleh kepadatan maximum, diperlukan kadar air yang optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maximum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal dengan :

  • Standard Proctor Compaction Test; dan
  • Modified Compaction Test

3. Alat Pemadat

Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Pada pelaksanaan dilapangan, tenaga pemadat tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri. Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macan jenisnya, untuk itu pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan dipadatkan agar tujuan pemadatan dapat tercapai.

Peralatan Pemadat

Macam-macam peralatan yang dipergunakan sehubungan dengan pekerjaan pemadatan lapis pondasi jalan umumnya ada dua jenis yaitu yang dilaksanakan secara mekanik darl manual dimana keduanya diuraikan sbb :

A. Peralatan Mekanik

Jenis peralatan ini digerakkan oleh tenaga mesin sehingga pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik.

Adapun macam-macam / type dari alat ini adalah sebagai berikut :

1. Three Wheel Roller.

Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena jenis ini sering dipergunakan dalam usaha-usaha pemadatan material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air) ataupun pasir.  Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton.

Three Wheel Roller

2. Tandem Roller
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat dilakukan dengan menambahkan zat cair.

Tandem Roller

3. Pneumatik Tired Roller ( PTR ).
Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan dari roda muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian dari roda yang tidak tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas oleh roda bagian belakang. Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban. PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan penggilasan bahan yang granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir.

Pneumatik Tired Roller (PTR)

B. Peralatan Manual

Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia / hewan sehingga pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih lambat dan hasil pemadatan kurang memuaskan tetapi sangat berguna untuk pelaksanaan pemadatan didaerah terpencil / pedesaan dimana sulit untuk mendatangkan peralatan pemadat mekanik karena biaya yang mahal. Ada 2 jenis alat pemadat manual :

  • Alat Pemadat Tangan AlatAlat pemadat ini dibuat dari beton cor yang  diberi tangkai untuk menumbukkan beban tersebut ke tanah yang akan dipadatkan.
  • Alat pemadat silinder beton

Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor. Cara melakukan pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti kerbau atau lembu dan dapat juga mempergunakan kendaraan bermotor sebagai penariknya.

Alat Pemadat Tangan

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/pemadatan

Lingkungan Yang di Syaratkan di Bandara

Lingkungan Yang di Syaratkan di Bandara

 LINGKUNGAN YANG DISYARATKAN 1

Beberapa faktor yang mempengaruhi panjang landasan pacu (runway) bandar udara :

  1. Temperatur
  2. Angin permukaan (wind surface)
  3. Kemiringan landas pacu (slope)
  4. Ketinggian lapangan terbang dari muka laut / elevasi (MSL)
  5. Kondisi permukaan landasan

Perhitungan dalam perencanaan sebuah landasan pacu menggunakan standar ARFL (aeroplane reference field lenghth). Menurut ICAO, ARFL adalah landas pacu minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada max certificated take off weight, elevasi muka laut, kondisi standar atmosfir, keadaan tanpa ada angin bertiup, landas pacu tanpa kemiringan (kemiringan = 0). Setiap pesawat mempunyai ARFL lain-lain seperti yang telah dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

1. Temperatur (suhu)

Pada temperatur yang lebih tinggi, kebutuhan panjang landas menjadi lebih panjang, karena temperatur tinggi density udaranya rendah,  menghasilkan output daya dorong yang rendah. Sebagai standar temperatur dipilih temperatur  di atas muka air laut sebesar :

59° F = 15° C.

Menurut ICAO panjang landasan harus dikoreksi terhadap kenaikan temperatur sebesar 1% untuk setiap kenaikan 1° C atau 0,56% setiap 1° F, sedangkan untuk setiap kenaikan 1.000 m dari muka laut rata-rata temperatur turun 6,5oC atau setiap naik 1000 feet temperatur berkurang menjadi 3,6° F. Dengan dasar tersebut ICAO merekomendasikan hitungan koreksi temperatur  Ft (faktor konversi temperatur).

Ft = 1 + 0,01 (T – (15 – 0,0065 h) metric

Ft = 1 + 0,0056 (T – (59 – 0,0036) imperial

T = aerodrome reference temperatur

2. Ketinggian (Altitude)

Berdasarkan rekomendasi ICAO, bahwa A.R.F.L bertambah sebesar 7% setiap kenaikan 300 m (1000 ft) dihitung dari ketinggian muka laut. Maka rumusnya adalah Fe (Faktor koreksi elevasi).

Fe = 1 + 0,07 x (h/300) metric

Fe = 1 + 0,07 (h/1.000) imperial

h = elevasi aerodrome

3. Kemiringan landasan : runway gradient

Bandara yang memiliki kemiringan ke atas memerlukan landasan yang lebih panjang dibanding landasan yang datar atau yang menurun.

Kriteria perencanaan lapangan terbang membatasi kemiringan landasan sebesar 1,5%. Faktor koreksi kemiringan (Fs) adalah sebesar 10% setiap kemiringan 1% untuk kondisi take off pesawat.

Fs = 1 + 0,10 S

S = slope (%)

4. Angin permukaan (surface wind)

Landasan yang diperlukan lebih pendek bila bertiup angin haluan (head wind), sebaliknya bila bertiup angin buritan (tail wind) landasan yang diperlukan lebih panjang. Angin buritan (tail wind) maksimum yang diizinkan bertiup dengan kekuatan 10 knots. Berikut perkiraan pengaruh angin terhadap landasan :

5. Kondisi permukaan landas pacu

Permukaan landasan pacu yang memiliki genangan air tipis (standing water) sangat dihindari, karena hal tersebut dapat membahayakan operasional pesawat. Standing water menyebabkan permukan menjadi licin  bagi roda pesawat sehingga membuat daya pengereman menjadi jelek.

Operasional pesawat jet dibatasi hanya sampai pada ketinggian standing water 1,27 cm (0,5”). Pesawat jet harus dikurangi berat pada saat take off-nya (take off weight) untuk menghindari kecelakaan, bila standing water mencapai ketebalan 0,6 – 1,27 cm. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka suatu bandara memerlukan sistem drainase yang baik.

Roda pesawat yang berputas di atas lapisan tipis air disebut hydro planning, koefisien pengereman pada kondisi ini sangat jelek, karena koefisien gesek menjadi berkurang yang pada akhirnya menyebabkan kemampuan kemudi menjadi hilang.

Tebal lapisan yang menimbulkan efek hydro planning, dipengaruhi oleh:

  1. Bentuk kembangan ban
  2. Kondisi ban
  3. Texture permukaan landasan

MENGHITUNG ARFL

Data:

  • Direncanakan panjang landas pacu yang dibutuhkan untuk lepas landas = 3200 m
  • Elevasi di atas muka air laut = 120 m
  • Temperatur di lapangan terbang = 28°C
  • Kemiringan landas pacu = 0,6%

Berapakah panjang landas pacu bila pesawat take off di ARFL?

Jawab :

Fe = 1 + 0,07 x (h / 300) = 1 + 0,07 x (120 / 300) = 1,028

Ft = 1 + 0,01 (T – (15 – 0,0065 x h) = 1+0,01 (28 – (15 – 0.0065 x 120) = 1,122

Fs = 1 + 0,10 S = 1 + 0,1 x 0,6 = 1,060

ARFL = 3200 / (1,028 x 1,122 x 1,060) = 2.618 m

AERODROME REFERENCE CODE

Reference kode dipakai oleh ICAO untuk mempermudah membaca hubungan antara beberapa spesifikasi pesawat dengan berbagai karakteristik fisik lapangan terbang. Kode bisa dibaca untuk elemen yang berhubungan dengan karakteristik kemampuan pesawat dan ukuran-ukuran pesawat. Elemen 1 adalah nomor yang berdasarkan kepada Aeroplane Reference Field Length (ARFL) dan elemen 2 adalah huruf berdasarkan karakteristik pesawat. Kode huruf dan nomor yang dipilih untuk tujuan perencanaan, dihubungkan kepada karakteristik pesawat kritis yang akan dilayani oleh landasan yang direncanakan.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bandara/lingkungan-yang-di-syaratkan-di-bandara