KATEGORI PRODUK

klik gambar dibawah untuk melihat rincian produk dalam kategori



Pemeriksaan Modulus Halus Pasir

Pemeriksaan Modulus Halus Pasir

 Contoh Hasil Pengujian

Pemeriksaan modulus halus pasir adalah cara untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran suatu agregat. Kehalusan atau kekasaran agregat dapat mempengaruhi kelecakan dari mortar beton, apabila agregat halus yang terdapat dalam mortar terlalu banyak akan menyebabkan lapisan tipis dari agregat halus dan semen akan naik ke atas.

Benda uji yang digunakan adalah pasir dengan berat minimum 500 gr. Sedangkan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

  1. Satu set ayakan  4.75 mm,2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm dan sisa.
  2. Alat getar ayakan
  3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
  4. Kuas pembersih ayakan
  5. Cawan

Cara pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :

  1. Ambil pasir dengan berat 500 gr
  2. Masukkan pasir ke dalam set ayakan
  3. Pasanglah set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian getarkan selama 30 detik
  4. Ambil ayakan dari atas alat getar, kemudian timbang lah pasir yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan

Untuk mengetahui gradasi pasir, perhatikan contoh perhitungan dibawah ini :

Pada saat pengayakan pasir, maka akan didapatkan berat pasir yang tertinggal untuk masing-masing ayakan. selanjutnya adalah dilakukan pengolahan atas data yang diperoleh tersebut.

1. Cara perhitungan berat tertinggal (%) = { ( berat tertinggal / total tertinggal ) x 100% }

  • Ayakan 4,75 mm = { ( 1,6 / 499,6 ) x 100% } = 0,4 %
  • Ayakan 2,36 mm = { ( 32,5 / 499,6 ) x 100% } = 6,5 %
  • Ayakan 1,18 mm = { ( 94,1 / 499,6 ) x 100% } = 18,9 %
  • Ayakan 0,60 mm = { ( 113,9 / 499,6 ) x 100% } = 22,7 %
  • Ayakan 0,30 mm = { ( 111,3 / 499,6 ) x 100% } = 22,3 %
  • Ayakan 0,15 mm = { ( 88,9 / 499,6 ) x 100% } = 17,8 %
  • Ayakan sisa = { ( 57,3 / 499,6 ) x 100% } = 11,4 %

2. Cara perhitungan berat kumulatif (%) = berat tertinggal ayakan + berat kumulatif ayakan diatasnya

  • Ayakan 4,75 mm = 0,4 + 0 = 0,4 %
  • Ayakan 2,36 mm = 0,4 +6,5 = 6,9 %
  • Ayakan 1,18 mm = 6,9 + 18,9 = 25,8 %
  • Ayakan 0,60 mm = 25,8 + 22,7 = 48,5 %
  • Ayakan 0,30 mm = 48,5 + 22,3 = 70,8 %
  • Ayakan 0,15 mm = 70,8 + 17,8 = 88,6 %
  • Ayakan sisa = 88,6 + 11,4 = xxxxx

3. Cara perhitungan berat kumulatif lewat ayakan (%) = 100% – berat kumulatif ayakan

  • Ayakan 4,75 mm = 100 – 0 = 99,6 %
  • Ayakan 2,36 mm = 100 – 6,9 = 93,1 %
  • Ayakan 1,18 mm = 100 – 25,8 = 74,2 %
  • Ayakan 0,60 mm = 100 – 48,5 = 51,5 %
  • Ayakan 0,30 mm = 100 – 70,8 = 29,2 %
  • Ayakan 0,15 mm = 100 – 88,6 = 11,4 %
  • Ayakan sisa = 100 – 100 = xxxxx

Dari perhitungan diatas bisa didapatkan tabel dibawah ini :

Contoh Hasil Pengujian
Contoh Hasil Pengujian

4. Cara perhitungan modulus halus (MHB) = total berat kumulatif / 100

MHB = 241 / 100 = 2,41

5. Dari modulus halus (MHB) tersebut didapatkan gradasi pasir masuk daerah II dengan menggunakan grafik modulus halus butiran pasir.

Pada umumnya pasir dapat dikelompokkan menjadi 3 macam tingkat kehalusan, yaitu :

  • Pasir halus : m.h.b 2,20 – 2,60
  • Pasir sedang  : m.h.b. 2,60 – 2,90
  • Pasir kasar : m.h.b. 2,90 – 3,20

Modulus halus butir selain untuk menjadi ukuran kehalusan butir juga dapat untuk mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan kerikil. Penggolongan gradasi pasir dapat diperoleh dari grafik modulus halus butiran pasir.

Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan :

  1. Modulus halus butiran pasir = 2,41
  2. Berdasarkan grafik modulus halus butiran pasir maka gradasi pasir termasuk daerah II ( agak kasar )
  3. Termasuk modulus halus butiran pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bahan-bangunan/pemeriksaan-modulus-halus-pasir

Metode Uji Pembebanan (Load Test)

Metode Uji Pembebanan (Load Test)
 Teknik Pembebanan

Uji pembebanan (load test) adalah suatu metode pengujian yang bersifat setengah merusak atau merusak secara keseluruhan komponen-komponen bangunan yang diuji. Pengujian yang dimaksud dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya adalah metode uji beban (load test).

Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan suatu struktur atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang tujuannya untuk menjamin keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya dipusatkan pada bagian-bagian struktur yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan tingkat keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan hasil pengamatan.

PEMAKAIAN UJI PEMBEBANAN

Uji pembebanan biasanya perlu dilakukan untuk kondisi-kondisi seperti berikut ini :

  1. Perhitungan analitis tidak memungkinkan untuk dilakukan karena keterbatasan informasi mengenai detail dan geometri struktur.
  2. Kinerja struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kualitas bahan, akibat serangan zat kimia, ataupun karena adanya kerusakan fisik yang dialami bagian-bagian struktur akibat kebakaran, gempa, pembebanan yang berlebihan dan lain-lain.
  3. Tingkat kemanan struktur yang rendah akibat jeleknya kualitas pelaksanaan ataupun akibat adanya kesalahan pada perencanaan yang sebelumnya tidak terdeteksi.
  4. Struktur direncanakan dengan metode-metode yang non standard sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai tingkat keamanan struktur tersebut.
  5. Perubahan fungsi struktur sehingga menimbulkan pembebanan tambahan yang belum diperhitungkan dalam perencanaan.
  6. Diperlukannya pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang baru saja di renovasi.

JENIS-JENIS LOAD TEST

Uji pembebanan dikategorikan dalam dua kelompok yaitu

  1. Pengujian ditempat yang biasanya bersifat non destructive
  2. Pengujian bagian-bagian struktrur yang diambil dari struktur utamanya. Pengujian biasanya dilakukan dilaboratorium dan sifat merusak.

Pemilihan jenis uji pembebanan ini tergantung pada situasi dan kondisi tetapi biasanya cara kedua dipilih jika cara pertama tidak praktis atau tidak mungkin untuk dilaksanakan. Selain itu pemilihan jenis pengujian bergantung pada tujuan diadakannya load test. Jika tujuannya hanya ingin mengetahun tingkat layanan struktur, maka pilihan pertama adalah pilihan terbaik. Tetapi jika ingin mengetahui kekuatan batas dari suatu bagian struktur yang nantinya akan digunakan sebagai kalibrasi untuk bagian-bagian struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang sama, maka cara kedua yang paling tepat.

1. Pengujian Pembebanan di Tempat

Tujuan utama dari pembebanan ini adalah untuk memperhatikan apakah perilaku suatu struktur pada saat diberi beban kerja (working load) memenuhi persyaratan bangunan yang ada pada dasarnya dibuat agar keamanan untuk penghuni bangunan tersebut terjamin. Perilaku struktur tersebut dinilai berdasarkan pengukuruan lendutan yang terjadi. Selain itu penampakan struktur pada saat retak-retak yang terjadi selama pengujian masih dalam batas-batas yang wajar. Beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam pelaksanaan loading test adalah sebagai berikut :

a. Persiapan dan tata cara pengujian

ACI-318’89 mensyaratkan bahwa uji pembebanan hanya bisa dilakukan jika struktur beton berumur lebih dari 56 hari. Pemilihan bagian struktur yang akan diuji dilakukan dengan memperhitungkan :

  • Permasalahan yang ada
  • Tingkat keutamaan bagian struktur yang akan diuji
  • Kemudahan pelaksanaan

Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan diuji dan beban ujinya juga harus dipertimbangkan atau dilihat apakah kondisinya baik dan kuat. Selain itu “scaffolding” juga harus dipersiapkan jika terjadi keruntuhan bagian struktur yang diuji.

Beban pengujian haru direncanakan sedemikian rupa sehingga bagian struktur yang dimaksud benar-benar mendapatkan beban yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini kadang sulit direncanakan, terutama untuk pengujian struktur lantai karena adanya keterkaitan antara bagian struktur yang diuji dengan bagian struktur lain disekitarnya sehingga timbul pengaruh pembagian pembebanan (load sharing effect). Pengaruh ini juga bisa ditimbulkan oleh elemen-elemen non struktural yang menempel pada bagian struktur yang akan diuji. Sebagai contoh : “ceiling board”, elemen non struktural ini dapat berfungsi mendistribusikan beban pada komponen-komponen struktur dibawahnya yang sebenarnya tidak saling berhubungan. Untuk menghindari terjadinya distribusi beban yang akan diinginkan, maka bagian struktur yang akan diuji sebaiknya diisolasikan dari bagian struktur yang ada disekitarnya.

b. Teknik Pembebanan

Pembebanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga laju distribusi pembebanan dapat dikontrol (Gambar 1). Beban yang bisa digunakan diantaranya air, bata / batako, kantong semen / pasir, pemberat baja dan lain-lain. Pemilihan beban yang akan digunakan tergantung dengan distribusi pembebanan yang diinginkan, besarnya total beban yang dibutuhkan dan kemudahan pemindahannya.

c. Parameter yang biasanya diukur dalam load test adalah lendutan, lebar retak dan regangan. Gambar 2 memperlihatkan aplikasi beberapa jenis alat ukur dalam “load test”. Lebar retak yang terjadi biasanya diukur dengan mikroskop tangan yang dilengkapi denagn lampu dan mempunyai lensa yang diberi garis-garis berskala yang ketebalannya berbeda-beda (gambar 3). Cara pengukuran adalah dengan membandingkan lebar retak yang terjadi lewat peneropongan dengan mikroskop dengan lebar garis-garis berskala tersebut. Pola retak-retak yang terjadi biasanya ditandai dengan menggambarkan garis-garis yang mengikuti pola retak yang ada dengan menggunakan spidol berwarna (diujung garis-garis tersebut dituliskan informasi mengenai tingkat pembebanan dan lebar retak yang sudah terjadi).

Gambar 1. Teknik Pembebanan
Gambar 1. Teknik Pembebanan
Gambar 2. Teknik Pengukuran
Gambar 2. Teknik Pengukuran
Gambar 3. Mikroskop untuk Pemeriksaan retak-retak pada beton
Gambar 3. Mikroskop untuk Pemeriksaan retak-retak pada beton

2. Uji Merusak

Uji merusak biasanya dilakukan jika pengujian ditempat tidak mungkin dilakukan atau jika tujuan utama pengujian adalah untuk mengetahui kapasitas suatu bagian struktur yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam menilai bagian-bagian struktur lainnya yang identik dengan bagian yang diuji. Pengujian jenis ini biasanya memakan waktu dan biaya yang besar terutama untuk pemindahan dan penggantian bagian struktur yang akan diuji di laboratorium. Walaupun begitu, hasil yang bisa diharapkan dari pengujian ini tergolong sangat akurat dan informatif. Mengenai teknik pelaksanaan dalam pengukuran untuk pengujian jenis ini sama dengan teknik-teknik yang sudah diuraikan sebelumnya.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/metode-uji-pembebanan-load-test

Gambaran Umum Sinyal, Telekomunikasi, dan Listrik DAOP VI Yogyakarta

Gambaran Umum Sinyal, Telekomunikasi, dan Listrik DAOP VI Yogyakarta

 Peta Wilayah Kerja Persinyalan

Tugas dan tanggung jawab dari seksi sinyal telekomunikasi dan listrik (sintelis) DAOP VI yogyakarta adalah melakukan pemeliharaan untuk mempertahankan kondisi peralatan sinyal telekomunikasi dan listrik untuk mendukung keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api.

Jenis peralatan sinyal DAOP VI Yogyakarta yaitu :

1. Sistem persinyalan mekanik

  • Handel tinggi (2 stasiun)
  • S & H (19 stasiun)

2. Sistem persinyalan DRS 60 (1 stasiun)

3. Sistem persinyalan MIS 801 (2 stasiun)

4. Sistem persinyalan Westrace (6 stasiun)

5. Pintu perlintasan (110 unit)

6. CTC (1 unit)

Jenis peralatan telekomunikasi DAOP VI Yogyakarta yaitu :

1. Telekomunikasi Train Dispatching

  • BS (base station) : 4 unit
  • WS (way station) : 28 unit
  • Console PK : 3 unit
  • Radio telekomunikasi : 27 unit

2. Telekomunikasi Management : 854 unit

  • TLP blok
  • TOKA
  • TELEX
  • dll

Peralatan sinyal yang terpasang di jalan rel yaitu :

1. Sinyal

2. Pendeteksi kereta api

  • Track circuit
  • Axle counter

3. Motor wesel

4. Location case

5. Box terminal

Peta Wilayah Kerja Persinyalan
Peta Wilayah Kerja Persinyalan
Peta Wilayah Kerja Persinyalan
Peta Wilayah Kerja Persinyalan
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-lalulintas/gambaran-umum-sinyal-telekomunikasi-dan-listrik-daop-vi-yogyakarta

Struktur Rangka Baja GOR UNY

Struktur Rangka Baja GOR UNY
 Bagian Dalam GOR UNY

Sport hall atau gedung olahraga (GOR) UNY adalah salah satu fasilitas olah raga yang menuntut suatu sistem struktur yang dapat mendukung segala kegiatan yang berada di dalam bangunan. Untuk itu dipilih sistem struktur rangka bidang yang mempunyai kelebihan dapat digunakan untuk bentang panjang dengan bebas kolom dan kuat dalam menahan gaya tekan serta relatif mudah dalam pengerjaan pemasangan. Rangka batang mempunyai gaya dan moment yang tergantung pada tinggi dan moment lentur untuk moment terbesar terjadi pada ujung struktur yang diakibatkan pergeseran moment dan gaya.

Bagian Dalam GOR UNY
Bagian Dalam GOR UNY
Kolom Beton GOR UNY
Kolom Beton GOR UNY
Struktur Rangka Baja GOR UNY
Struktur Rangka Baja GOR UNY

Ada beberapa sistem rangka batang yaitu

1. Rangka Batang Sistem Kabel

Rangka Batang Sistem Kabel
Rangka Batang Sistem Kabel

2. Rangka Batang Pratt

Rangka Batang Pratt
Rangka Batang Pratt

3. Rangka Batang Hower

Rangka Batang Hower
Rangka Batang Hower

4. Rangka Batang Statis Tak Tentu

Rangka Batang Statis Tak Tentu
Rangka Batang Statis Tak Tentu
Sistem Tata Ruang Bangunan
Sistem Tata Ruang Bangunan
Sirkulasi Bangunan
Sirkulasi Bangunan
Potongan Bangunan
Potongan Bangunan
Denah Struktural
Denah Struktural

Nb : Kolom dan balok sebagai struktur utama. Jarak antar kolom adalah 6m, dimensi  kolom adalah 100cm, jarak bentang bangunan adalah 54mx46m.

Bentuk Bangunan
Bentuk Bangunan
Bentuk Struktur
Bentuk Struktur
Tampak Bangunan
Tampak Bangunan
Detail Bangunan
Detail Bangunan
Detail Sambungan
Detail Sambungan
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-baja/struktur-rangka-baja-gor-uny

Tes PDA Pile Driving Analyzer

Tes PDA Pile Driving Analyzer
 Tes Pembebanan PDA1

Jenis pondasi tiang yang dapat diuji dengan PDA tidak terbatas pada tiang pancang saja. PDA juga dapat digunakan untuk tiang yang dicor di tempat seperti tiang bor, tiang franki dan jenis fondasi tiang lainnya. Tujuan pengujian tiang dengan Pile Driving Analyzer (PDA) adalah untuk mendapatkan data tentang :

1. Daya Dukung Aksial Tiang

Penentuan daya dukung aksial tiang didasarkan pada karakteristik dari pantulan gelombang yang diberikan oleh reaksi tanah (lengketan dan tahanan ujung)

2. Keutuhan Tiang

Kerusakan pada pondasi tiang dapat terjadi karena beberapa hal antara lain pada saat pengangkatan tiang atau selama pemancangan tiang. Kerusakan ini dapat dideteksi dengan PDA dengan berdasarkan ‘F’ (gaya) dan ‘V’ (kecepatan) yang terekam dari gelombang selama perambatannya sepanjang tiang, lokasi dari kerusakan dapat dideteksi dan luas penampang sisa dari tiang dapat diperkirakan

3. Efisiensi Energi Yang Ditransfer

PDA dapat mengukur energi pemancangan aktual yang ditransfer selama pengujian. Karena berat palu pancang dan tinggi jatuh palu pancang dapat diketahui, maka efisiensi energi yang ditransfer juga dapat dihitung. Peralatan yang dibutuhkan untuk tes PDA antara lain :

  1. Alat Pile Driving Analyzer ( PDA ),
  2. Dua (2) strain transducer 
  3. Dua (2) accelerometer 
  4. Kabel Penghubung. Peralatan dapat dimasukkan dalam kotak perjalanan yang cukup kuat. Setiap set PDA dan perlengkapannya membutuhkan satu atau dua kotak yang berukuran sekitar 600mm x 500 mm x 400 mm dengan berat sekitar 30 kg.

Prosedur Pengujian Tes PDA

Pengujian dinamis tiang didasarkan pada analisis gelombang satu dimensi yang terjadi ketika tiang dipukul oleh palu. Regangan dan percepatan selama pemancangan diukur menggunakan strain transducer dan accelerometer. Dua buah strain transducer dan dua buah accelerometer dipasang pada bagian atas dari tiang yang diuji (kira-kira 1,5 x diameter dari kepala tiang). Pemasangan kedua instrument pada setiap pengukuran dimaksudkan untuk menjamin hasil rekaman yang baik dan pengukuran tambahan jika salah satu instrument tidak bekerja dengan baik. Pengukuran direkam oleh PDA dan dianalisis dengan Case Method yang sudah umum dikenal berdasarkan teori gelombang satu dimensi.

Persiapan Pengujian Tes PDA

  1. Penggalian tanah permukaan sekeliling kepala tiang, apabila kepala tiang sama rata permukaan tanah,
  2. Pengeboran lubang kecil pada tiang untuk pemasangan strain transducer dan accelerometer.

Pemasangan Instrumen

Pengujian dinamis dilaksanakan untuk memperkirakan dayadukung aksial tiang. Karena itu, pemasangan instrumentdilakukan sedemikian rupa sehingga pengaruh lentur selamapengujian dapat dihilangkan sebanyak mungkin. Untuk ituyang harus dilakukan pada pemasangan instrumen adalah Strain transducer harus dipasang pada garis netral dan accelerometer 

pada lokasi berlawanan secara diametral serta  posisi dari palu pancang harus tegak lurus terhadap garis straintransducer 

Informasi Yang Diperlukan Dalam Tes PDA

  1. Gambar yang menunjukkan lokasi dan identifikasi tiang,
  2. Tanggal pemancangan,
  3. Panjang tiang dan luas penampang tiang,
  4. Panjang tiang tertanam.

Waktu Pengujian Tes PDA

Pengujian PDA dapat dilakukan selama pemancangan untuk memonitori perkembangan daya dukung tiang sejalan dengan semakin dalamnya tiang masuk ke dalam tanah, kinerja dari sistem pemancangan atau memonitor tegangan pada saat pemancangan yang ekstrim. Tetapi umumnya tes PDA digunakan untuk menentukan daya dukung jangka panjang tiang pondasi. Untuk tujuan ini, pengujian PDA sebaiknya dilakukan beberapa hari setelah pemancangan, setelah gaya lengketan tanah mulai bekerja.

Tes Pembebanan PDA
Tes Pembebanan PDA
Alat Tes PDA
Alat Tes PDA
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/tes-pda-pile-driving-analyzer

Pengendalian Mutu Proyek

Pengendalian Mutu Proyek

 Tabel Orientasi Mutu Masa Lalu dan Sekarang

Dalam pelaksanaan suatu proyek,dibutuhkan suatu pengendalian, agar proyek yang sedang di kerjakan dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada tahap persiapan.dalam pengendalian suatu proyek harus memenuhi persyaratan mutu, yang merupakan sasaran pengelolaan proyek disamping jadwal dan biaya.

Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers). Definisi lain untuk mutu yang sering diasosiasikan dengan proyek adalah fitness for use. Istilah ini disamping memiliki arti seperti yang diuraikan diatas, juga memperhatikan masalah tersedianya produk, keandalan, dan masalah pemeliharaan.

Pengelolaan Mutu

Setelah dipahami arti mutu proyek, langkah berikutnya adalah mengelolah aspek mutu tersebut dengan benar dan tepat sehingga tercapai apa yang disebut dengan fitness for use, yaitu pengelolaan yang bertujuan mencapai persyaratan mutu proyek pada pekerjaan pertama tanpa adanya pengulangan, dengan cara-cara efektif dan ekonomis. Pengelolaan mutu proyek merupakan unsur dari pengelolaan proyek secara keseluruhan antara lain sebagai berikut :

A. Meletakan dasar filosofi dan mutu proyek

Pada umumnya di perusahaan-perusahaan besar memiliki buku (dokumen) yang berisi pedoman dasar, filosofi, dan kebijakan mutu yang harus diikuti selama menjalankan operasi atau proses produksinya.

Dokumen semacam ini memuat persyaratan mutu yang ditetapkan oleh perusahaan dari badan perusahaan yang berwenang, misalnya pemerintah.

B. Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu dan jadwal

Pada proyek yang saling tarik menarik, yang terdiri dari jadwal, mutu ,dan biaya. Pimpinan perusahaan harus menggariskan bobot mutu relatif terhadap biaya dan jadwal proyek. Keputusan ini akan menjadi pegangan pengelolaan sepanjang siklus proyek.

C. Membuat program penjamin dan pengendalian mutu proyek (QA / QC)

Program yang dimaksud adalah penjabaran pedoman dan filosofi yang tersebut pada butir A, tetapi disesuaikan dengan keperluan proyek yang spesifik dan tidak bertentangan dengan program mutu perusahaan secara keseluruhan .

D. Implementasi program QA / QC

Setelah program QA / QC selesai disusun, implementasi program tersebut dilaksanakan sepanjang siklus proyek, agar diperoleh hasil yang efektif perlu diselesaikan terlebih dahulu langkah-langkah persiapan seperti melatih personil, menyusun organisasi dan menyebar luaskan arti dan maksud program QA / QC kepada semua pihak yang berkepentingan.

Tabel Orientasi Mutu Masa Lalu dan Sekarang
Tabel Orientasi Mutu Masa Lalu dan Sekarang

Program Penjaminan Mutu QA

Diatas telah disebutkan bahwa untuk proyek besar dan kompleks,data yang dihasilkan dari uji coba tidak akan mencukupi keperluan penjaminan mutu yang menyeluruh. Sebagai alternatif maka proyek harus menyiapkan program penjaminan mutu (QA ).sama halnya dengan biaya dan jadwal ,maka pada mutu diperlukan suatu program penjaminan mutu sistematis, lengkap dan jelas.

Suatu program mutu yang tersusun dalam dokumen minimal meliputi hal-hal sebagai berikut :

  • Perencana sistematis yang merinci dan yang menjabarkan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran mutu setiap tahap pengerjaa proyek.
  • Penyusun batasan dan kriteria spesifikasi dan standar mutu yang akan digunakan dalam desain engineering, pembelian material dan konstruksi.
  • Penyusunan organisasi dan pengisian personil untuk melaksanakan kegiatan penjaminan mutu
  • Pembuatan prosedur pelaksanaan kegiatan
  • Identifikasi peralatan yang akan digunakan
  • Identifikasi bagian kegiatan yang memerlukan bantuan dari pihak ke tiga.
Organisasi QA / QC
Organisasi QA / QC

diatas telah digambarkan bagaimana pentingnya peranan kegiatan penjaminan mutu dalam penyelenggaraan proyek. Meskipun demikian pengalaman menunjukan masih sering dijumpai kurang terlaksana program yang telah ada secara baik dan lengkap sehingga hasilnya pun tidak seperti yang kita harapkan. Seringkali dijumpai adanya perbedaan substansi program QA.

Proyek yang dimiliki oleh perusahaan para peserta (pemilik, kontraktor, subkontraktor, maupun rekanan produsen yang lain) dalam menghadapi situasi demikian pertama-tama yang harus dikaji adalah program mereka masing-masing apakah dapat memenuhi keinginan mutu pemilik proyek bila tidak diadakan penyesuaian atau penambahan.

Kegunaan QA

A. Bagi pemerintah

  • Untuk menjaga dan meyakinkan agar metode konstrksi, material,dan peralatan yang digunakan dalam pembangunan proyek.
  • Memberikan kesempatan pemeriksaan dan pengujian terhadap instalasi hasil proyek dari waktu ke waktu yang potensial dapat menyebabkan kerusakan dan kecelakaan.

B. Bagi pemilik proyek

  • Memberikan kepercayaan dan keyakinan bahwa instalasi yang dibangun dapat berfungsi sesuai yang diharapkan dalam hal keselamatan,operasi,dan produk.
  • Menyediakan data hasil-hasil inspeksi, pengetesan, dan pada perbaikan pada bagian yang spesifik dari instalasi
C. Bagi perancang instalasi
  • Menjadi umpan balik pekerjaan desain engineering dimasa depan.
D. Bagi kontraktor
  • Bila mengikuti prosedur dan spesifikasi dengan tepat dan cermat akan menghasilkan pekerjaan sekali jadi ,hal ini berarti mencegah pekerjaan ulang (rework)

Rencana inspeksi, test dan QC

Pada umumnya rencana inspeksi, test, dan QC meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Titik inspeksi dan test

Setiap titik inspeksi hendaknya ditentukan sepanjang siklus pembuatan sampai dengan instalasi .

2. Mandatory hold point

Pada ujung tahap tertentu dari proses pabrikasi atau instalasi harus diverivikasi oleh pihak ketiga sebagai syarat untuk memenuhi ketentuan hukum dengan cara memberi sertifikat.

3. Standar yang akan diperlukan

Semua standar dan krieria yang berkaitan dengan inspeksi dan test serta prosedur yang menyertai hendaknya dicantumkan didalam program yang bersangkutan .

Pengendalian mutu konstruksi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan konstruksi dalam hubungan nya dengan masalah mutu adalah sebagai berikut :

  1. Material konstruksi
  2. Peralatan (equipment)
  3. Pelatihan dan spesifikasi tenaga

Masa jaminan mutu

Umumnya pasal-pasal kontrak EPK mengatur pula masalah jaminan mutu material dan pekerjaan (workmanship) sampai batas waktu tertentu (lazimnya 1 tahun). Pada kurun waktu tersebut, kontraktor memberikan pelayanan secara cuma-cuma untuk perbaikan kerusakan atau pengganti bagian-bagian yang rusak.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/pengelolaan-dan-pengendalian-proyek/pengendalian-mutu-proyek

Struktur Kolom

Struktur Kolom

Kolom adalah elemen struktur yang menerima kombinasi beban axial dan lentur (momen). Beban axial yang terjadi berupa tekan, meskipun pada beberapa kasus, kolom bisa menerima beban axial tarik. Dan umumnya terletak vertikal pada bangunan. Biasanya kolom menerima beban momen baik pada satu atau kedua sumbu pada potongan melintang dan momen ini dapat menghasilkan tegangan tarik pada sebagian potongan melintang tersebut.

Fungsi kolom sangat penting bagi struktur gedung, yang apabila terjadi kegagalan pada kolom maka gedung akan runtuh, sedangkan bila kegagalan hanya terjadi pada balok maka gedung belum tentu runtuh.

Bentuk kolom menyesuaikan dengan fungsi dan estetika bangunan, dan umumnya berbentuk  :

  1. Bujur sangkar
  2. Segi empat
  3. Lingkaran.

Kolom beton bertulang mempunyai tulangan longitudinal (memanjang searah sumbu batang) yang paralel dengan arah beban. Untuk kolom dengan tulangan sengkang / segi empat atau lingkaran minimal mempunyai 4 tulangan longitudinal dan minimal 6 tulangan longitudinal untuk kolom dengan tulangan geser spiral menerus. Tulangan longitudinal ini merupakan tulangan pokok yang menahan beban axial dan momen dan untuk kolom mempunyai batasan 1 – 8 % untuk beban gravitasi saja dan 1 – 6 % untuk beban gempa dari luasan kolom beton bertulang, karena persentase yang lebih besar tidak ekonomis dan akan mempersulit pemasangan dan pengecoran. Sedangkan balok beton bertulang mempunyai persentase tulangan kira-kira antara 0,2 – 6 %. Sepanjang tulangan longitudinal dipasang tulangan geser sengkang ataupun spiral yang berfungsi menahan gaya geser dan berfungsi untuk memegang tulangan longitudinal agar tetap kokoh sehingga hanya dapat tertekuk pada tempat di antara dua pengikat dan juga mengurangi bahaya pecah (splitting) beton yang dapat mempengaruhi daktilitas/kekakuan kolom, karena tulangan sengkang, melingkar atau spiral memberikan tekanan kekang (confine)  pada penampang.

Kolom dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

  1. Kolom pendek / short column yang kemampuannya dipengaruhi oleh kekuatan material dan bentuk geometri dari potongan melintang dan tidak dipengaruhi oleh panjang kolom karena defleksi lateral (lendutan ke samping) yang terjadi sangat kecil (tidak signifikan).
  2. Kolom langsing / slender column yaitu kolom yang kekuatannya akan terkurangi dengan adanya defleksi lateral. Kolom langsing dapat menjadi kolom pendek bila dipasangi lateral bracing ataupun dipasangi diafragma.

Dan kedua kategori kolom di atas maka masing-masing kategori dapat berupa:

  1. Kolom dengan tulangan dua sisi
  2. Kolom dengan tulangan terdistribusi

Kolom Dengan Tulangan Dua Sisi

Kolom menerima gaya aksial dan momen M, dan gaya M ini dapat digantikan dengan oleh gaya  P  tersebut  yang  bekerja  pada  eksentrisitas e = M/P. Bila nilai e ini relatif kecil maka seluruh penampang akan berada pada daerah tekan dan dianggap tidak ada momen yang bekerja.

Kolom Dengan Tulangan Dua Sisi
Kolom Dengan Tulangan Dua Sisi

Tulangan tekan pada kolom beton yang dibebani eksentris pada tingkat beban ultimit umumnya akan mencapai tegangan leleh, kecuali jika beban tersebut kecil, atau menggunakan baja mutu tinggi atau dimensi kolomnya relatif kecil. Sehingga umumnya diasumsikan bahwa baja tulangan tekan sudah leleh, kemudian baru regangan diperiksa apakah memenuhi ketentuan ini.

Desain maupun analisis pada kolom ditempuh dengan cara membuat suatu diagram interaksi antara momen pada ordinat dan gaya aksial pada aksis. Diagram interaksi menggambarkan interaksi antara momen dan aksial dalam berbagai variasi sehingga membentuk suatu grafik. Ada tiga titik utama pada diagram interaksi yaitu

  1. Gaya aksial saja : harga momen nol dan harga aksial maksimum
  2. Keadaan seimbang : kehancuran pada beton dan baja terjadi secara bersamaan
  3. Lentur murni : harga aksial nol

Pada perencanaan, setelah mendapatkan momen dan gaya aksial pada kolom dari mekanika struktur maka kita mencoba-coba dimensi kolom dan tulangan kemudian dari dimensi kolom tersebut dibuat diagram  interaksinya. Dan kita plotkan momen dan gaya aksial dari hitungan mekanika struktur tersebut. Bila berada di luar diagram maka kolom tidak mampu dan harus dicari dimensi lain, dan bila berada di dalam kolom dekat dengan diagram maka kolom mampu, tapi bila masuk namun terlalu jauh dari diagram maka kolom terlalu besar/boros. Titik pada diagram interaksi dapat ditambah satu lagi yaitu pembebanan tarik bila terjadi aksial tarik pada kolom.

Diagram Interaksi
Diagram Interaksi

Kolom Dengan Tulangan Terdistribusi

Tulangan terdistribusi lebih banyak dipakai untuk struktur kolom daripada tulangan dua sisi, meskipun begitu dalam perhitungannya memerlukan perhitungan yang banyak sehingga lebih mudah menggunakan program komputer dalam perhitungan kolom dengan tulangan terdistribusi.

Kolom Dengan Tulangan Terdistribusi
Kolom Dengan Tulangan Terdistribusi

Kolom Langsing / Slender Column

Suatu kolom yang tinggi dengan penampang kecil harus ditinjau terhadap pengaruh kelangsingan. Pengaruh kelangsingan hanya terjadi pada kolom dengan beban aksial tekan, karena kolom tarik tidak dipengaruhi oleh panjang kolom. Kolom langsing dapat mempengaruhi kekuatan, karena akan terjadi tekuk pada kolom yang menambah momen yang sudah ada. Momen ini disebut momen sekunder. Umumnya dalam perhitungan analisis struktur dengan komputer (misal : SAP atau ETABS) kelangsingan suatu kolom sudah dihitung otomatis sehingga tidak perlu dihitung lagi.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/struktur-kolom