Hydrostatic Pressure

Hydrostatic Pressure
Hydrostatic Pressure

Pengujian Hydrostatic Pressure adalah pengujian yang bertujuan untuk :

  • Untuk mengetahui tekanan hidrostatik dari garis aksi pada permukaan air
  • Untuk mengetahui posisi dari garis aksi dan membandingkan posisi dalam percobaan dengan posisi dalam teori
  • Untuk mengetahui ketinggian muka air dengan cara menyeimbangkan tekanan yang diberikan dari setiap massa.

Dasar teori dari pengujian Hydrostatic Pressure adalah :

  • Dinding tegak terendam sebagian

Berikut adalah gambar dari percobaan tekanan air pada dinding tegak dengan dinding tegak terendam sebagian.

Gambar dinding tegak terendam sebagian

dimana :

d   = kedalaman dinding terendam

F   = gaya tekan air yang menekan pada dinding tegak

h   = kedalaman titik berat dinding tegak

h ’ = kedalaman dari pusat gaya tekan

h ” = jarak antara pusat gaya tekan yang bekerja pada dinding tegak dengan sumbu keseimbangan

dari gambar diatas maka F dapat dihitung dengan rumus

F = ρ g A h (Newtons)

dimana :

A = B d

h = C = d/2

sehingga

F = pg (Bd2 / 2)

Untuk menentukan jarak pusat tekanan P dari sumbu keseimbangan (h”) dengan data hasil percobaan dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

Momen dapat ditentukan dengan rumus :

M = Fh” (Nm)

Momen keseimbangan terjadi karena berat, W, yang diberikan pada bandul pemberat pada ujung lengan keseimbangan. Momen yang terjadi berbanding lurus dengan panjang lengan keseimbangan.

Untuk kondisi keseimbangan statis kedua momen adalah seimbang.

Sehingga  Fh” = WL = mgL

Dengan melakukan subtitusi dengan rumus F maka h” dapat dihitung dengan rumus :

Untuk menentukan jarak pusat tekanan P dari sumbu keseimbangan (h”) secara teoritis dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

Kedalaman dari pusat tekanan h’ secara teori dapat dihitung dengan rumus :

dimana :

Ix adalah momen kelembaman dari bagian yang terendam yang bersumbu di

bagian permukaan bebas. Ix dapat dihitung dengan rumus :

Ix = Ic + Ah

Jarak pusat gaya tekan dari sumbu keseimbangan adalah :

h” = h’ + H – d

dengan subtitusi dari persamaan-persamaan diatas maka didapat :

h” = H – (d/3)

  • Dinding tegak terendam penuh (tenggelam)

Berikut adalah gambar dari percobaan tekanan air pada dinding tegak dengan dinding tegak terendam seluruhnya atau tenggelam.

Gambar dinding tegak terendam penuh (tenggelam)

dimana :

d   = kedalaman terendam

F   = gaya tekan air yang menekan pada dinding tegak

h   = kedalaman titik berat dinding tegak

h ’ = kedalaman dari pusat gaya tekan

h ” = Jarak antara pusat gaya tekan yang bekerja pada dinding tegak dengan sumbu keseimbangan

Dari gambar diatas maka gaya tekan yang bekerja pada dinding tegak dapat dihitung dengan rumus :

Untuk menentukan jarak pusat tekanan P dari sumbu keseimbangan (h”) dengan data hasil percobaan dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

Momen dapat ditentukan dengan rumus :

M = Fh” (Nm)

Momen keseimbangan terjadi karena berat, W, yang diberikan pada bandul pemberat pada ujung lengan keseimbangan. Momen yang terjadi berbanding lurus dengan panjang lengan keseimbangan.

Untuk kondisi keseimbangan statis kedua momen adalah seimbang.

Sehingga  Fh” = WL = mgL

Dengan melakukan subtitusi dengan rumus F maka h” dapat dihitung dengan rumus :

Untuk menentukan jarak pusat tekanan P dari sumbu keseimbangan (h”) secara teoritis dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

Kedalaman dari pusat tekanan h’ secara teori dapat dihitung dengan rumus :

h’ = Ix / Ah

dimana :

Ix adalah momen kelembaman dari bagian yang terendam yang bersumbu di bagian permukaan bebas. Ix dapat dihitung dengan rumus :

Ix = Ic + Ah

Jarak pusat gaya tekan dari sumbu keseimbangan adalah :

h” = h’ + H – d

dengan subtitusi dari persamaan-persamaan diatas maka didapat :

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/hidrolika/hydrostatic-pressure

Penanggulangan Korosi Tiang Pancang Baja

Penanggulangan Korosi Tiang Pancang Baja

Penanggulangan Korosi Tiang Pancang Baja

Salah satu cara penangulangan korosi pada tiang pancang pipa baja, khususnya untuk bagian yang berada di lingkungan air dan atau tanah, adalah dengan proteksi katodik anoda korban. Cara ini dilakukan karena cara lain yang umum dilakukan pada penanggulangan korosi, yaitu dengan cara pengecatan, relatif sulit dilakukan di dalam media air atau tanah.

Proteksi katodik anoda korban adalah suatu teknik penanggulangan korosi dengan cara menghubungkan logam yang akan diproteksi dengan logam lain yang dikorbankan (anoda seng, magnesium, dan alumunium) dalam media elektrolit sehingga membentuk suatu sel listrik.

Korosi tiang pancang pipa baja adalah menurunnya mutu tiang pancang pipa baja akibat bereaksi dengan lingkungan secara elektrokimia. Korosi akan terjadi apabila terdapat anoda, katoda, elektrolit, dan hubungan listrik antara anoda dan katoda. Pada tiang pancang pipa baja, anoda dan katoda dapat terbentuk akibat mutu baja yang tidak seragam atau lingkungan yang menyebabkan terjadinya perbedaan potensial. Apabila pada anoda dan katoda ini terdapat hubungan listrik (kontak satu sama lain) dan keduanya berada pada lingkungan air atau tanah yang bersifat elektrolit dan memiliki tahanan jenis yang rendah, maka akan terjadi proses korosi dimana bagian baja yang berfungsi sebagai anoda akan rusak dan membentuk karat.

Pada prinsipnya, proteksi katodik terbagi dalam dua cara, yaitu :

1. Metoda arus terpasang (impressed current) yaitu pasokan elektron  dilakukan dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan katoda pada suatu sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus searah dari luar, misalnya Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-lain. Rangkaian dari sistem ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

 

Proteksi Katodik Arus Terpasang

Arus listrik pada sistem ini dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui anoda pembantu, misalnya Anoda Graphite, Baja, Platina, dan Besi uang. Keuntungan besar dari metoda arus terpasang adalah sistem ini dapat menggunakan anoda inert atau anoda yang tahan karat seperti platina dan karbon.

2. Metoda anoda korban (sucricifial anoda) yaitu pasokan elektron dilakukan dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan logam lain sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah. Pada cara ini terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke tiang pancang pipa baja yang potensialnya lebih tinggi. Gambar dibawah ini menunjukkan rangkaian dari proses sistem ini .

Proteksi Katodik Anoda Korban
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/penanggulangan-korosi-tiang-pancang-baja


Aplikasi Excel Untuk Analisa Bearing Capacity Pondasi Dangkal

Aplikasi Excel Untuk Analisa Bearing Capacity Pondasi Dangkal

2

Bearing Capacity adalah kekuatan tanah dalam mendukung suatu struktur yang ada diatasnya, kalau di dalam dunia konstruksi, struktur yang dimaksud adalah pondasi. Seperti yang kita ketahui semua beban dari atas akan disalurkan ke pondasi yang selanjutnya akan diteruskan ke tanah. Apabila tanah tidak kuat menahan beban diatasnya, maka yang terjadi kemudian akan terjadi keruntuhan.

Pondasi ada 2 yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas bagaimana cara menghitung kekuatan tanah atau bearing capacity. Ada 4 metode yang bisa kita gunakan antara lain :

  1. Metode Terzaghi
  2. Metode Meyerhof
  3. Metode Hansen
  4. Metode Vesic

Untuk membantu dalam melakukan perhitungan, bisa kita gunakan aplikasi microsoft excel.

Metode Terzaghi
Metode Terzaghi
Metode Meyerhof
Metode Meyerhof
Metode Hansen
Metode Hansen
Metode Vesic
Metode Vesic

Aplikasi sederhana tetapi sangat membantu dalam perhitungan. Aplikasi diatas adalah aplikasi sederhana. Untuk mendapatkan hasil perhitungan yang akurat silahkan dilakukan validasi terlebih dahulu.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/aplikasi-excel-untuk-analisa-bearing-capacity-pondasi-dangkal

Perhitungan Tiang Pancang Kelompok (Peninjauan Beban Dua Arah) Metode Matriks

Perhitungan Tiang Pancang Kelompok (Peninjauan Beban Dua Arah) Metode Matriks


Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix 005

 

Perh. T.P dgn. Met. Matrix (Hal. Ralat)_001

Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_002Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_003Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_004Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_005Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_006Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_007Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_008Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_009Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_010Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_011

Perh. T.P dgn. Met. Matrix (Hal. Ralat)_002Perh. T. Pancang Dgn. Metode Matrix_013Kiriman dari :

Ir. Januddin Abbas

Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Nb :

Artikel diatas menggunakan format JPG File. Untuk mendownload artikel diatas gunakan cara klik kanan pada halaman yang akan disimpan, kemudian klik “save image as” atau “open image new tab”.

Bantuan 1

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/perhitungan-tiang-pancang-kelompok-peninjauan-beban-dua-arah-metode-matriks

Dinding Struktur Bangunan

Dinding Struktur Bangunan
Dinding Dari Beton Ringan

Dinding adalah pembatas ruangan pada arah horisontal, memisahkan ruangan-ruangan sesuai fungsinya. Sebutan dinding sering mengacu kepada pasangan bata merah. Pada saat ini dinding tidak hanya terbuat dari bata merah atau kayu namun dapat juga terbuat dari beton campuran busa (foam), styrofoam concrete, beton non pasir, particle boar, gypsum dll.

Bahan penyusun dinding yaitu :

1. Tanah liat

2. Bambu

3. Kayu

4. Papan buatan dari gypsum (partisi)

5. Batu bata

6. Batako

7. Blok dari beton ringan

  • Campuran foam
  • Beton non pasir agregat ringan
  • Styrofoam-concrete panel

Persyaratan sebuah dinding yaitu :

1. Kokoh dan cukup kaku

2. Mampu menjadi isolator suhu

3. Mampu meredam suara

4. Kedap air

5. Diusahakan seringan mungkin

6. Mudah dalam pemasangannya

7. Dapat memberikan bentuk-bentuk dan penampilan yang menarik

Dinding dari tanah liat

Dinding ini sampai sekarang masih digunakan untuk perumahan di beberapa daerah seperti di Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin dll. Sebelum dipasang, tanah liat dicampur air sampai diperoleh sifat plastis sehingga mudah dibentuk. Kemudian tanah dibentuk menjadi blok-blok atau bentuk lainnya yang memudahkan dalam pemasangannya. Tanah dengan bentuk-bentuk tertentu yang masih agak basah disusun sedemikian hingga membentuk dinding. Dinding dari tanah ini memiliki keunggulan dapat menjaga suhu di dalam rumah tetap dingin meskipun di luar ruangan panas. Kelemahan dinding ini adalah sifatnya yang getas sehingga membahayakan pada saat terjadi gempa bumi.

Dinding anyaman bambu

Dinding anyaman bambu digunakan pada rumah-rumah sederhana, biasanya di pedesaan. Dinding berupa anyaman dari bambu yang disayat menjadi bentuk pita, atau anyaman bilah bambu. Dinding ini tidak cukup kaku dan pemasangannya memerlukan penyokong. Dinding anyaman bambu yang dibuat dari bagian kulit akan memiliki kekuatan dan keawetan yang lebih baik dibanding anyaman yang tidak menyertakan kulit bambu. Bangunan rumah dengan dinding bambu biasa disebut dengan bangunan non permanen.

Dinding dari kayu

Dinding kayu dapat berupa papan-papan yang dipasang saling bersebalahan sehingga membentuk dinding, atau dari batang kayu yang ditumpuk dengan perkuatan pada arah vertikal. Papan penyusun dinding dipasang pada arah vertikal maupun horisontal dengan metode penyambungan dan perkuatan tertentu. Dinding kayu dapat memberikan penampilan yang alami, namun memerlukan usaha untuk pengawetan. Teknik penyambungan pada dinding kayu menekankan agar air tidak masuk ke permukaan bagian dalam dinding. Dinding kayu bila menggunakan jenis kayu dengan kualitas baik dapat menjadi lebih mahal dibandingkan dinding pasangan bata. Baik digunakan pada daerah dengan empat musim karena akan awet.

Dinding dari papan gypsum (partisi)

Dinding dari papan gypsum digunakan sebagai pemisah ruangan di bagian dalam gedung tidak sebagai dinding tepi bangunan, sehingga sering disebut sebagai partisi. Papan gypsum akan dilapisi dengan kertas penutup (wallpaper) dengan warna dan tekstur yang bervariasi sehingga memberikan penampilan yang menarik. Bahan gypsum tidak tahan terhadap air maupun kelembaban sehingga harus diusahakan agar selalu kering. Bila terkena air atau kelembaban yang berlebih papan gypsum akan menjadi rapuh. Perkuatan papan gypsum agar dapat kokoh berdiri sebagai dinding menggunakan batang aluminium atau kayu. Papan ini banyak digunakan pada perkantoran atau gedung kuliah karena memberikan keuntungan memudahkan dalam perubahan ruangan dan struktur menjadi ringan.

Dinding Pasangan

Dinding pasangan terbuat dari batu bata merah, campuran semen dan pasir dalam bentuk blok (batako), campuran semen-pasir-foam (busa) dalam bentuk blok, panel dari styrofoam concrete, dll. Ukuran ketebalan dinding bervariasi, pada pasangan bata ditentukan oleh posisi batu penyusunnya. Masing-masing elemen penyusun dinding direkatkan satu dengan lainnya menggunakan campuran semen, pasir, kapur dengan berbagai komposisi sebagai perekat. Sambungan antar elemen penyusun dinding disebut siar. Siar merekatkan pada semua sisi batu bata, posisi vertikal dan horisontal yang disebut siar vertikal dan siar horisontal. Siar horisontal memanjang di atas satu lapisan bata dan menerus sepanjang dinding. Siar vertikal selalu terpotong oleh sebuah bata yang berada di atasnya.

Dinding Pasangan Batako

Batako adalah bahan penyusun dinding yang terbuat dari campuran semen dan pasir dengan komposisi campuran tertentu. Setelah semen, pasir dan air dicampur sehingga tercapai kondisi SSD (sub-surface drainage) campuran dimasukkan ke dalam cetakan dan selanjutnya dipress. Pencetakan batako memberikan bentuk yang memungkinkan terjadinya mekanisme hubungan yang kuat antara satu dengan lainnya dengan bantuan perekat mortar. Bagian tengah batako dapat diberi lubang untuk tulangan sebagai perkuatan dari lapisan paling bawah sampai lapisan paling atas. Penggunaan batako memberikan keuntungan pemasangan yang cepat, diperoleh hasil yang kokoh dan penggunaan sedikit plesteran. Kekurangan; isolator suhu yang kurang baik.

Dinding dari beton ringan

Untuk elemen non struktural bangunan, lebih diinginkan bahan yang ringan dengan kekuatan yang mencukupi saja. Dinding dapat memberikan sumbangan beban mati yang besar, sehingga kecendurungan saat ini diusahakan dinding menggunakan bahan-bahan yang ringan. Adanya beban mati yang ringan akan menguntungkan karena ;

  • Dimensi elemen struktural tidak terlalu besar
  • Fondasi tidak mendukung beban yang terlalu berat
  • Pada analisis gempa, beban mati yang kecil akan membuat struktur lebih tahan menerima gaya gampa

Beton ringan dibuat dengan mengganti agregat kasar (kerikil) dengan bahan lain dengan tujuan mengurangi beratnya.

1. Dinding dari foam-concrete

Foam concrete adalah campuran semen, pasir, air dan bahan khusus yang akan menghasilkan gelembung udara pada saat seluruh bahan tersebut dicampur. Agregat kasar (kerikil) sama sekali tidak dipergunakan. Campuran dengan kadar air tertentu dimasukaan dalam cetakan dan ditekan dangan gaya yang terukur agar udara yang sudah terjebak dalam campuran tidak keluar. Adanya udara (rongga) menjadikan dinding dari foam-concrete baik dalam sebagai isolator suhu, dan ringan. Kemudahan dalam pencetakan akan dapat menghasilkan berbagai ukuran yang dikehendaki. Pemasangan semakin cepat dan memerlukan mortar perekat. Di Amerika dan Eropa dinding dari bahan jenis ini sudah umum digunakan baik pada perumahan massal maupun dinding gedung perkantoran.

2. Dinding dari blok beton ringan non pasir

Beton non pasir adalah beton dengan menghilangkan bahan pasir dalam campurannya. Beton akan menjadi lebih ringan bila kerikil yang digunakan dari jenis batuan yang ringan. Batuan ringan yang digunakan antara lain; blantak (bantak), batu kapur (misalnya di daerah bawuran Gunung Kidul, Batu apung dari NTT, pecahan genting, tanah liat bakar, dll. Campuran dibuat dinding dalam bentuk blok-blok dengan ukuran seperti batako (sekitar 20 x 40 cm), atau dapat juga dicor langsung dengan cetakan menjadi dinding. Penggunaan beton non pasir memerlukan plester penutup yang kedap air sehingga dinding secara keseluruhan menjadi kedap air. Karena adanya rongga dalam dinding mengakibatkan dinding dapat menjadi isolator suhu yang baik dan juga dapat meredam terjadinya gema suara. Dinding dari bahan beton non pasir dapat dilaksanakan dengan cepat sepanjang digunakan metode yang tepat.

3. Dinding dari panel styrofoam concrete

Styrofoam concrete adalah beton dengan campuran semen, pasir, air dan butiran styrofoam sebagai pengganti agregat kasar (kerikil). Styrofoam biasa digunakan sebagai bahan pengaman pada pengemasan barang-barang elektronik maupun peralatan laboratorium. Styrofoam sebagai campuran beton berupa butiran lepas dengan diameter sekitar 4 mm. Karena styrofoam sangat ringan dan menggantikan kerikil yang berat sehingga setelah mengeras styrofoam concrete mempunyai sifat yang sangat ringan. Sifat yang sangat ringan ini memudahkan dalam pengangkutan baik dari lokasi pembuatan maupun pada saat proses pemasangan panelnya menjadi dinding. Sifat ringan juga akan menguntungkan secara struktural. Kemudahan pencetakan dapat menghasilkan ukuran panel sesuai dengan keinginan, bahkan dapat saja satu panel adalah satu luasan dinding secara keseluruhan.

Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-bangunan/dinding-struktur-bangunan

Atap Struktur Bangunan

Atap Struktur Bangunan
Tipe Kuda Kuda

Atap adalah bagian bangunan yang berfungsi sebagai pelindung bagi isi dan pengguna bangunan dari hujan, panas dan dingin. Bahan penutup atap harus mempunyai sifat kedap air sehingga air hujan tidak merembes dan bocor. Bahan penutup atap bisa berupa kayu (sirap), seng, asbes, genting keramik, genting beton, polycarbonat, plat beton, dll. Penutup atap akan didukung oleh struktur  rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan/atau balok. Konstruksi atap memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik.

Bagian-bagian atap antara lain :

  • Kuda-kuda
  • Ikatan angin
  • Jurai
  • Gording
  • Sagrod
  • Bubungan
  • Usuk
  • Reng
  • Penutup atap
  • Talang

Kuda-kuda

Kuda-kuda adalah penyangga utama pada struktur atap. Kuda-kuda termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss). Kuda-kuda terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang. Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar 12 m. Kuda-kuda bambu pada umumnya mampu mendukung beban atap sampai dengan 10 meter. Baja sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat mendukung beban atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat, stadion olah raga, bangunan pabrik, dll. Kuda-kuda dari beton bertulang akan baik digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 s.d 12 meter. Pada kuda-kuda dari baja atau kayu diperlukan ikatan angin untuk memperkaku struktur kuda-kuda pada arah horisontal.

Tipe Kuda-Kuda
Tipe Kuda-Kuda

Ada beberapa jenis kuda-kuda yang umum digunakan antara lain :

1. Kuda-kuda jenis 1

Jenis kuda-kuda berikut ini sering digunakan pada bangunan rumah dan digunakan untuk bentang sekitar 3 s.d. 4 meter. Bahan yang digunakan terbuat dari kayu, beton bertulang.

Kuda-Kuda Untuk Bentang 3-4 meter
Kuda-Kuda Untuk Bentang 3-4 meter

2. Kuda-kuda jenis 2

Kuda-kuda jenis ini digunakan untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter. Bahan yang digunakan terbuat dari kayu, beton bertulang.

Kuda-Kuda Untuk Bentang 4-8 meter
Kuda-Kuda Untuk Bentang 4-8 meter

3. Kuda-kuda jenis 3

Kuda-kuda jenis ini digunakan untuk bentang sekitar 9 s.d. 16 meter. Bahan yang digunakan terbuat bahan dari baja (double angle).

Kuda-Kuda Untuk Bentang 9-16 meter
Kuda-Kuda Untuk Bentang 9-16 meter

4. Kuda-kuda jenis 4

Kuda-kuda jenis ini digunakan untuk bentang lebih dari 20 meter. Bahan yang digunakan terbuat bahan dari baja (double angle).

Kuda-Kuda Untuk Bentang 20 meter
Kuda-Kuda Untuk Bentang 20 meter

5. Kuda-kuda jenis 5

Kuda-kuda jenis ini sering digunakan untuk penggunaan gedung yang memerlukan atap tinggi. Contoh bangunan yang memerlukan atap yang tinggi adalah hanggar, gedung olahraga, ataupun gudang, dll.

Gambar 1 adalah kuda-kuda dengan batang utama berupa batang tersusun dari baja profil siku. Sedangkan gambar 2 adalah kuda-kuda dengan batang utama berupa batang utuh dari profil WF.

Kuda-Kuda Baja
Kuda-Kuda Baja

Perhitungan kuda-kuda

Kuda-kuda harus diperhitungkan agar mampu mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat memasang / memperbaiki atap).

Perhitungan Kuda-Kuda
Perhitungan Kuda-Kuda

Gording

Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda.

Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda juga harus  disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.

Gording terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk memperkuat dan mencegah dari terjadinya pergerakan. Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi pada gording.

Gording kayu biasanya memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5 m.

Gording dari baja profil canal (Iight lip channel) umumnya akan mempunyai dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm.

Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.

Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau framework yang disebut jurai. Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga pososi bisa digeser (diperpanjang / diperpendek)

Usuk / kaso

Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording.

Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.

Reng

Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m.. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya (genteng).

Penutup Atap

Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Bahan penutup atap berupa

  • genteng (keramik, tanah bakar, beton)
  • lembaran bergelombang seng atau asbes
  • papan kayu atau sirap
  • lembaran polycarbonat
  • polycarbonat dengan bentuk menyerupai genteng
  • beton bertulang (pada atap datar)

Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan.

Bentuk Atap

Atap Datar
Atap Datar
Atap Miring
Atap Miring
Atap Pelana
Atap Pelana
Atap Limasan
Atap Limasan
Atap Tenda
Atap Tenda
Atap gerigi (gergaji) / sawteeth
Atap gerigi (gergaji) /
sawteeth
Atap Limasan Terpatah
Atap Limasan Terpatah
Atap Joglo Tanpa Soko Guru
Atap Joglo Tanpa Soko Guru
Atap Joglo Dengan Soko Guru
Atap Joglo Dengan Soko Guru
Atap Campuran
Atap Campuran
Struktur Atap Sederhana
Struktur Atap Sederhana

 sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-bangunan/atap-struktur-bangunan