Pemadatan

Pemadatan

Pemadatan 1

Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul / mengolah). Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar pada jalan, tanggul / bendungan , tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk :

  • Menaikan kekuatannya.
  • Memperkecil daya rembesan airnya.
  • Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan adalah sbb :

1. Tebal lapisan yang dipadatkan.

Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin tebal lapisan yang akan dipadatkan, maka diperlukan alat pemadat yang makin berat. Untuk mencapai kepadatan tertentu maka pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis bergantung dari jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah lempung tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm.

2. Kadar Air Tanah.

Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar air dinaikkan dengan menambah air, air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara butiran tanah sehingga mudah dipadatkan tetapi bila kadar air terlalu tinggi kepadatannya akan menurun. Jadi untuk memperoleh kepadatan maximum, diperlukan kadar air yang optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maximum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal dengan :

  • Standard Proctor Compaction Test; dan
  • Modified Compaction Test

3. Alat Pemadat

Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Pada pelaksanaan dilapangan, tenaga pemadat tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri. Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macan jenisnya, untuk itu pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan dipadatkan agar tujuan pemadatan dapat tercapai.

Peralatan Pemadat

Macam-macam peralatan yang dipergunakan sehubungan dengan pekerjaan pemadatan lapis pondasi jalan umumnya ada dua jenis yaitu yang dilaksanakan secara mekanik darl manual dimana keduanya diuraikan sbb :

A. Peralatan Mekanik

Jenis peralatan ini digerakkan oleh tenaga mesin sehingga pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik.

Adapun macam-macam / type dari alat ini adalah sebagai berikut :

1. Three Wheel Roller.

Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena jenis ini sering dipergunakan dalam usaha-usaha pemadatan material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air) ataupun pasir.  Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton.

Three Wheel Roller

2. Tandem Roller
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat dilakukan dengan menambahkan zat cair.

Tandem Roller

3. Pneumatik Tired Roller ( PTR ).
Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan dari roda muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian dari roda yang tidak tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas oleh roda bagian belakang. Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban. PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan penggilasan bahan yang granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir.

Pneumatik Tired Roller (PTR)

B. Peralatan Manual

Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia / hewan sehingga pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih lambat dan hasil pemadatan kurang memuaskan tetapi sangat berguna untuk pelaksanaan pemadatan didaerah terpencil / pedesaan dimana sulit untuk mendatangkan peralatan pemadat mekanik karena biaya yang mahal. Ada 2 jenis alat pemadat manual :

  • Alat Pemadat Tangan Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang  diberi tangkai untuk menumbukkan beban tersebut ke tanah yang akan dipadatkan.
  • Alat pemadat silinder beton

Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor. Cara melakukan pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti kerbau atau lembu dan dapat juga mempergunakan kendaraan bermotor sebagai penariknya.

Alat Pemadat Tangan
Alat Pemadat Silinder Beton
Sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/pemadatan

Jenis-jenis Alat Berat

Jenis-jenis Alat Berat

dozer

Alat berat adalah alat yang digunakan dalam proyek baik proyek gedung, proyek jalan, proyek bendungan, maupun proyek bandara. Alat berat sangat membantu dalam pekerjaan proyek yang tidak bisa dilakukan oleh tenaga manusia seperti penggalian tanah, meratakan tanah, mengangkut material dalam jumlah besar, mengangkat material-material berat, dan pekerjaan lain yang melibatkan pekerjaan dalam skala besar.

Ada beberapa jenis alat berat yang sering digunakan dalam proyek pembangunan antara lain :

1. Bulldozer

Bulldozer berfungsi sebagai alat pembersih lapangan, biasanya dengan cara menggusur material agar lapangan siap digunakan untuk proyek. Bulldozer memiliki blade di bagian depan. Blade inilah yang dapat memotong dan menggusur material-material (tanah, dll) yang dianggap mengganggu dalam pelaksanaan proyek. 

2. Ripper

Ripper merupakan traktor dengan fungsi utama sebagai alat bajak. Ripper memiliki batang baja berujung lancip (blade) yang dipasang di bagian belakang bulldozer (traktor) untuk memecahkan (membajak) lapisan batuan atau material yang keras.

3. Scrapper

Scrapper merupakan sejenis traktor dengan blade berada ditengah dan memiliki bucket atau wadah untuk menampung material yang ingin dipindahkan dengan kapasitas tertentu, scrapper berfungsi untuk mengelupas material tanah dan material tersebut kemudian dimasukkan dalam bucket atau wadah di dalam scrapper tersebut secara tertutup atau bisa dikatakan sebagai alat berat beroda ban (tire) yang biasa dipakai memuat / mengangkut dan membuang (spreading) secara individu dengan atau tanpa dibantu pendorong (bulldozer).

4. Motor Grader

Motor Grader adalah salah satu jenis traktor dengan fungsi sebagai perata bentuk permukaan tanah, biasanya digunakan dalam proyek jalan untuk membuat kemiringan tertentu suatu ruas jalan. Dengan blade yang dapat diatur tingkat kemiringannya.

5. Loader

Loader memiliki bentuk yang hampir mirip dengan bulldozer namun bucket loader dapat diangkat dengan ketinggian tertentu dan digunakan sebagai alat pemuat. Loader dapat digunakan untuk material tanah yang telah terurai atau tidak keras.

6. Back Hoe (Excavator)

Back Hoe yaitu sejenis excavator dengan fungsi sebagai pengeduk dengan arah kebelakang. Alat berat ini merupakan alat berat yang paling dikenal oleh masyarakat, karena di setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis selalu ada alat ini.

7. Clam Shell

Clam shell merupakan excavator dengan fungsi sebagai pengeduk jepit. Yang membedakan dengan back hoe adalah pada bucketnya, bentuk bucket pada clam shell seperti penjepit seperti capit kepiting.

8. Power Shovel

Power shovel adalah jenis excavator untuk pengeduk arah kedepan. Alat berat ini juga sering kita jumpai dalam pekerjaan pemindahan tanah mekanis.

9. Dragline

Dragline sering kita jumpai dalam pekerjaan pengerukan dasar atau bagian tepi sungai. Dragline merupakan jenis excavator dengan sistem pengeduk tarik, jadi terdapat tali baja penarik bucketnya.

10. Mobile Crane

Mobile crane, sejenis excavator yang digunakan untuk mengangkat material bangunan, sepertihalnya besi tulangan, batu bata, dan material-material bangunan lainnya. Mobile crane berbeda dengan tower crane, mobile crane bersifat moving (dapat berpindah tempat) sedangkan tower crane bersifat tetap.

11. Dump Truck

Dump Truck berfunsi sebagai alat angkut material-material bangunan (tanah, besi tulangan, semen, batu bata, dll)

Dump Truck Articulated

12. Trailer

Trailer berfungsi juga sebagai alat angkut, namun dengan kapasitas dan berat diatas dump truck. Misalnya, sebagai alat angkut alat berat.

13. Tridum Roller

Penggilas beroda tiga, depan satu dan di ikuti dua roda dibagian belakangnya. Three wheel roller ini sering juga disebut macadam roller, karena jenis ini sering digunakan dalam usaha-usaha pemadatan material yang berbutir kasar. Untuk menambah bobot dari three wheel roller ini, maka roda silinder yang kosong diisi dengan zat cair (minyak atau air) atau kadang-kadang juga diisi dengan pasir. Pada umumnya berat compactor ini berkisar antara 6-12 ton. Penambahan bobot akibat pengisian zat cair pada roda silinder dapat meningkatkan beratnya 15% – 35%.

14. Double Drum Roller

Terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya, beratnya antara 8-14 ton, penambahan berat yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25% – 60% dari berat penggilas. Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller jangan digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan merusak roda-roda penggilasnya.

15. Pneumatic Tired Roller

Roda-roda penggilas jenis ini terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic). Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian depan akan digilas oleh roda bagian belakang. Roda-roda ini menghasilkan “kneading action” (tekanan) terhadap tanah sehingga membantu konsolidasi tanah. Tekanan yang diberikan oleh roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban. Makin besar tekanan ban, makin besar pula tekanan yang terjadi pada tanah. Sumbu dari roda dapat “bergoyang” mengikuti perubahan permukaan tanah, hal ini dapat memperbesar “kneading action” tadi.

Pneumatic tired roller sangat cocok digunakan pada pekerjaan penggilasan bahan
granular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai “penggilas antara”. Sebaiknya tidak digunakan untuk menggilas lapisan yang berbatu dan tajam karena akan mempercepat kerusakan pada roda-rodanya. Bobotnya dapat ditingkatkan dengan mengisi zat cair atau pasir pada dinding-dinding mesin. Jumlah roda biasanya 9 sampai 19 buah, dengan konfigurasi 9 buah (4 roda depan dan 5 roda belakang), 11 buah (5 roda depan dan 6 roda belakang), 13 buah (6 roda depan dan 7 roda belakang), 15 buah (7 roda depan dan 8 roda belakang).

16. Sheep Foot Roller

Penggilas tipe kaki kambing, prinsip dari sheep foot roller adalah sebuah silinder yang di bagian luarnya dipasang kaki-kaki. Pada kaki-kaki ini terjadi tekanan yang tinggi, sehingga kaki-kaki ini masuk ke dalam tanah dan memberikan efek “pemadatan dari bawah”. Sheep foot roller ini baik digunakan untuk tanah berpasir dengan sedikit mengandung lempung, juga untuk tanah yang plastis dan kohesif. Sangat efektif digunakan untuk memadatkan material lepas dengan tebal lapisan antara 15-25 cm. Selain sheep foot roller dengan tarikan (towed) juga terdapat sheep foot roller yang bermesin yang dapat bergerak sendiri dengan kecepatan mencapai sekitar 32 km/jam. Untuk sheep foot roller yang ditarik, jika tenaga traktor penariknya cukup besar, biasanya ditarik beberapa jauh, berjajar ke samping, satu garis atau kombinasi keduanya. Ukuran sheep foot roller ini antara 3 – 5 ton , namun ada juga yang 12-30 ton.

17. Vibro Roller

Hampir sama kaya sheep foot roller, yang membedakan hanya pada bagian shoe.

18. Stone Crusher

Stone crusher merupakan alat berat yang digunakan untuk memecah batuan menjadi ukuran yang direncanakan. Untuk selanjutnya digunakan sebagai material bahan bangunan.

19. Dredger

Dredger disebut juga kapal keruk, fungsinya adalah memperdalam kolam pelabuhan, alur pelayaran, sungai dan lain-lainnya dan juga menyediakan tanah untuk reklamasi rawa-rawa (untuk perluasan daerah menjadi daratan)

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/jenis-jenis-alat-berat

Jenis Dan Struktur Perkerasan Jalan

Jenis Dan Struktur Perkerasan Jalan

Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas, sebagai berikut :

  • Lapisan tanah dasar (sub grade)
  • Lapisan pondasi bawah (subbase course)
  • Lapisan pondasi atas (base course)
  • Lapisan permukaan / penutup (surface course)
Jenis Dan Struktur Perkerasan Jalan
Lapis Perkerasan Jalan Lentur

Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri :

  1. Flexible pavement (perkerasan lentur)
  2. Rigid pavement (perkerasan kaku)
  3. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement)

PERKERASAN LENTUR

1. Lapisan Tanah Dasar

Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar. Sedangkan lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.

Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :

  • Lapisan tanah dasar, tanah galian.
  • Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
  • Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :

  • Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
  • Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
  • Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.

2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :

  • Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
  • Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
  • Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
  • Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
  • Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

3. Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :

  • Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
  • Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

4. Lapisan Permukaan (Surface Course)

Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :

  • Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
  • Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus).
  • Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
  • Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.

Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikan kekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Lapis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

PERKERASAN KAKU

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.

Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.

Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainase, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.

Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :

  • Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
  • Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
  • Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
  • Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
  • Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.

PERKERASAN KOMPOSIT

Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di bawah.

Berat Jenis Bitumen

Berat Jenis Bitumen
BERAT JENIS ASPAL

Aspal adalah suatu campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral. Bitumennya sendiri adalah bahan yang berwarna cokelat hingga hitam, keras hingga cair, dan mempunyai sifat lekat yang baik  dan tidak larut dalam air.

Dalam perkerasan jalan bitumen berfungsi sebagai pelekat dan pengisi rongga antara agregat halus dan agregat kasar.

Berat jenis bitumen atau ter adalah perbandingan antara berat bitumen terhadap air suling pada suhu tertentu dengan volume yang sama. Berat jenis aspal merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam mendesain perencanaan campuran aspal dan agregat. Syarat minimal berat jenis adalah 1,00 gr /cc.

Berat jenis dari bitumen sangat tergantung dari nilai peneterasi dan suhu bitumen itu sendiri. Macam –macam berat jenis dan kisaran nilainya :

  1. Penetration grade bitumen dengan berat jenis antara 1,010 (untuk bitumen dengan penetrasi 300) sampai dengan 1,040 ( untuk bitumen dengan penetrasi 25 )
  2. Bitumen yang telah teroksidasi dengan berat jenis antara 1,015 – 1,035
  3. Hard grades bitumen dengan berat jenis antara 1,045 – 1,005
  4. Cutback grades dengan berat jenis antara 0,992 – 1,007

Pada pengujian ini bahan yang digunakan adalah Aspal  AC 60/70 produksi PT. Pertamina.

Peralatan yang digunakan untuk percobaan ini adalah:

  1. Termometer
  2. Bak peredam dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25 ± 0,1) o C
  3. Piknometer
  4. Air suling sebanyak 1000 cm3
  5. Bejana gelas
Air Destilasi
Air Destilasi
Bak Pemanas
Bak Pemanas
Piknometer
Piknometer
Thermometer
Thermometer
Timbangan Digital
Timbangan Digital

Cara pelaksanaan pengujian ini adalah sebagai berikut :

  1. Isi bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang tidak terendam 40 mm. Kemudian rendam dan jepit bejana dalam bak perendam, sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm atau suhu bak perendam pada suhu 25 o C.
  2. Bersihkan, keringkan dan timbang piknometer (A).
  3. Angkat bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air suling kemudian tutup piknometer tanpa ditekan.
  4. Letakkan piknometer dalam bejana dan tekan penutup sampai rapat; kembalikan bejana isi piknometer kedalam bak perendam, biarkan ± 30   menit, kemudian angkat piknometer dan keringkan dengan lap. Timbang piknometer (B).
  5. Tuang benda uji kedalam piknometer yang kering sampai ¾ bagian.
  6. Biarkan piknometer sampai dingin, waktu tidak kurang dari 40 menit, timbang dengan penutupnya (C).
  7. Isi piknometer dengan benda uji dan air suling, tutup tanpa ditekan, diamkan agar gelembung udara keluar.
  8. Angkat bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer didalamnya, kemudian tekan penutup hingga rapat. Masukkan dan diamkan bejana kedalam bak perendam selam sekurang-kurangnya 30 menit. Angkat, keringkan, timbang (D).

Setelah percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :

  1. Data praktikum :

    Data Praktikum
  2. Perhitungan :

    Perhitungan

Dari hasil percobaan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Menurut SNI 06-2441-1991 , syarat minimum berat jenis aspal adalah 1 gr/cc. Dengan didapat hasil bahwa berat jenis rata-rata bitumen percobaan adalah 1,06 gr/cc. Untuk percobaan tersebut aspal memenuhi persyaratan, sehingga aspal dapat digunakan dalam campuran beraspal.

sumber : 
https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/berat-jenis-bitumen

Lapisan Tipis Aspal Beton (LATASTON)

Lapisan Tipis Aspal Beton (LATASTON)

Lataston adalah campuran aspal padat dengan gradasi tidak menerus untuk jalan yang lalulintasnya ringan, diletakkan sebagai lapis permukaan di atas dasar yang dipersiapkan dari permukaan perkerasan yang direkonstruksi. Campuran ini terdiri dari agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas.

Syarat teknis

A. Bahan

Bahan yang digunakan untuk LATASTON, harus mengikuti persyaratan sebagaimana yang disebutkan dalam spesifikasi ini.

1. Agregat

Agregat yang digunakan sebagai bahan campuran, dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu agregat kasar dan agregat halus.

Agregat kerikil yang digunakan bisa batu pecah atau kerikil dengan persyaratan sebagaimana disebutkan dibawah :

  • Gradasi (PB.0201-76) harus seperti berikut :
Persyaratan Gradasi
  • Keausan agraget bila diperiksa dengan mesin Los Angels pada putaran 500 (PB.0206-76), maksimum 40 %.
  • Kelekatan terhadap aspal (PB. 025-76), maksimum 95 %.

Agregat yang digunakan berpasir, screening (hasil mesin pemecah batu) atau campuran dari kedua bahan tersebut yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

  • Gradasi (PB.0201-76) harus sebagaimana yang tertera dibawah ini :

    Persyaratan gradasi
  • Bahan Pengisi (filter)

Bahan pengisi dapat berupa abu kapur, semen portland, abu batu yang harus mempunyai ukuran butir100 % lolos saringan 30 dan minimum 70 % lolos saringan 200, serta non plastis.

2. Aspal Keras

Aspal keras yang digunakan dapat berupa aspal keras Pen 60 atau Pen 80 yang harus memenuhi persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini :

Persyaratan aspal keras


B, Campuran

Jumlah aspal dalam campuran ditentukan dengan cara marshall (PC.0201-76)

Cara marshall dilakukan terhadap mortar (campuran agregat halus filter, dan aspal) dengan 2 x 50 tumbukan sehingga didapatkan hasil-hasil sebagai berikut :

Stabilitas (kg)                        : 450 – 750

Rongga dalam campuran (%)     : 4 – 8

Marshall quotient (kg/mm)    : 150 – 300

Ketentuan Marshall

Dimana :

A = Kadar aspal optimum mortal (%)

B = Kadar aspal dalam campuran total (%)

S = Persen agregat kasar (%)

C. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan harus terdiri dari :

1. Peralatan Pencampur

  • Unit pencampur aspal (A.M.P)
  • Mesin pemuat (shovel loader)
  • Roda dorong, sekop, pahat dan alat bantu lainnya.

2. Peralatan Lapangan

  • Mesin penghampar (asphalt finisher)
  • Mesin gilas
  • Mesin gilas tandem (sholvel loader)
  • Mesin gilas roda karet
  • Truck (dump truck)
  • Mesin penyemprot aspal (asphal sprayer)
  • Mesin penyapu debu (power broom atau compresor)
  • Sekop, garu, sikat, balok kayu, roda dorong dan alat bantu lainnya.

D. Produksi Campuran

  1. Perbandingan bahan campuran untuk produksi harus sesuai dengan rumusan perbandingan campuran berdasarkan pencampuran percobaan (trial mix).
  2. Pencampuran harus dilaksanakan sebaik-baiknya sampai bahan tercampur baik dan merata.
  3. Agregat dipanaskan maksimum 175 ° C.
  4. Dalam memproduksi campuran, harus memperhatikan kemampuan dan kondisi/cuaca dilapangan, serta harus selalu melakukan kontrol mutu campuran.
  5. Temperatur aspal harus lebih kecil atau sama dengan temperatur agregat, dengan perbedaan maksimum 15 ° C. Temperatur campuran ditentukan oleh jenis aspal yang digunakan, dengan ketentuan sebagai berikut :
  • Untuk Pen 60 : 130 ° C – 165 ° C.
  • Untuk Pen 80 : 124 ° C – 162 ° C.

E. Persiapan Lapangan

Sebelum penghamparan dilaksanakan, harus dipenuhi beberapa ketentuansebagai berikut :

  1. Permukaan jalan lama harus rata, bila terdapat lubang harus ditutup, permukaan yang tidak rata harus diberi lapisan perata (leveling) dan dipadatkan.
  2. Permukaan harus bersih, bebas dari debu dan kotoran lainnya serta kering
  3. Permukaan harus diberi lapisan pengikat (tack coat) sebanyak 0,35 – 0,55 l/m² sesuai dengan kondisi jalan yang ada dan untuk bahan lapisan pengikat digunakan aspal emulsi atau aspal cair.
  4. Selama pelaksanaan harus memperhatikan cuaca yang mungkin akan mempengaruhi mutu hasil pekerjaan.

F. Pengangkutan

  1. Pengangkutan harus dilakukan dengan truck, yang baknya terbuat dari metal, rapat bersih dan telah disemprotkan dengan air sabun/fuel oil/larutan kapur, untuk mencegah melekatnya aspal pada bak truck.
  2. Selama pengangkutan, campuran ditutup dengan terpal agar campuran-campuran tersebut mempunyai temperatur yang disyaratkan dan terhindar dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki.

G. Penghamparan

  1. Penghamparan hendaknya dimulai dari posisi terjauh dari kedudukan unit pencampur aspal (AMP) dan berakhir diposisi terdekat dengan unit pencampur aspal (AMP).
  2. Hamparan disesuaikan degan Gambar Rencana
  3. Campuran harus dihampar pada temperatur minimum 124 ° C.

H. Pemadatan

1. Pemadatan dilakukan dalam tiga tahap

  • Pemadatan awal dengan mesin gilas tandem
  • Pemadatan antara dengan mesin gilas rioda karet
  • Pemadatan akhir dengan mesin gilas tandem

2.   Temperatur pemadatan adalah :

  • Temperatur pemadatan awal minimum 120 ° C.
  • Temperatur pemadatan akhir minimum 60 ° C.

3. Pada bagian yang lurus penggilasan dimulai dari tepi hamparan sejajar as jalan menuju kebagian yang tinggi.

4. Pada bagian tikungan, penggilasan dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan menuju kebagian yang tinggi.

5. Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan menuju kebagian yang tinggi

6. Jumlah lintasan pada tiap tahap pemadatan ditentukan berdasarkan penggilasan percobaan.

7. Tebal pada yang dihasilkan harus sesuai dengan Gambar Rencana dengan toleransi sesuai dengan petunjuk.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/lapisan-tipis-aspal-beton-lataston

Laburan Aspal Dua Lapis (Burda)

Laburan Aspal Dua Lapis (Burda)

Laburan aspal dua lapis adalah lapisan pada permukaan jalan yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal maksimum 35 mm.

Burda berfungsi untuk :

  1. Membuat permukaan tidak berdebu
  2. Mencegah masuknya air dari permukaan perkerasan
  3. Memperbaiki tekstur permukaan perkerasan

Burda mempunyai sifat antara lain :

  1. Kedap air
  2. Kenyal
  3. Tidak diberi nilai struktural
  4. Tidak licin
  5. Digunakan pada jalan yang belum atau yang telah beraspal

Pelaburan aspal ini umumnya dihampar di atas lapis pondasi agregat kelas A yang sudah diberi lapis resap ikat atau lapisan beraspal. Selain itu bisa digunakan untuk lalu lintas ringan sampai berat.

PERENCANAAN

1. Bahan

Spesifikasi : SNI 03-6750-2002

Syarat agregat adalah sebagai berikut :

  1. Agregat yang akan digunakan untuk BURDA harus terdiri dari batu pecah hasil mesin pemecah batu yang berukuran seragam mendekati bentuk kubus
  2. Agregat yang akan digunakan untuk BURDA harus lebih bersih, kuat, awet, serta bebas debu, lempung atau bahan lainnya yang mengganggu pelekatan dengan aspal.

Aspal yang dapat digunakan sebagai bahan BURDA dapat salah satu dari jenis :

  1. Aspal keras jenis penetrasi 120/I50
  2. Aspal cair jenis MC-800 dan MC-3000
  3. Aspal emulsi kationik jenis CRS-1 dasn CRS-2

Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan atau yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume bahan aspal yang digunakan dibagi luas bidang yang disemprot. Takaran pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual berikutnya dimulai dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya.

Tabel Suhu Penyemprotan
Tabel Suhu Penyemprotan

Kekentalan (viskositas) aspal untuk penyemprotan adalah 0.3 – 0.6 Poisses. Aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama lebih dari 10 jam pada suhu penyemprotan seperti ditentukan pada tabel di atas atau telah dipanaskan melebihi 200 ºC, harus ditolak.

2. Alat

Jenis alat manual

  • ketel aspal
  • kotak besi untuk kalibrasi aspal distributor
  • tongkat berskala pengukur volume (dipstick)
  • skop, pahat dan alat bantu lainnya
  • kereta dorong, skop, sapu, sikat ijuk, dan alat bantu lainnya

Jenis alat mesin

  • pembersih permukaan jalan (compressor power broom)
  • penyemprot aspal (asphalt distributor, hand sprayer)
  • penebar agregat penutup (chip spreader)
  • truk jungkit (dump truck)
  • pemadat roda karet (pneumatic tyre roller)