Metode Percobaan Pemeriksaan Ukuran Butir Tanah


 1.   TUJUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi ukuran butir tanah, hingga ukuran pasir (saringan No.10). Penentuan dan analisa butiran tanah yang lebih kecil dari 0,075 atau lolos dari saringan No.10  digunakan analisa dengan hidrometer.

2.   DASAR TEORI
            Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah mempunyai ukuran bentuk yang beraneka ragam, baik pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif. Sifat suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan distribusinya.Sehingga dalam mekanika tanah analisa ukuran butir banyak dilakukan/dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan tanah.

A. ANALISA SARINGAN
1. TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi ukuran butir tanah, hingga ukuran pasir (saringan No.10). Penentuan dan analisa butiran tanah yang lebih kecil dari 0,075 atau lolos dari saringan No.10  digunakan analisa dengan hidrometer.

2. PERALATAN
a.       Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
b.      Saringan 3 inchi  ; 1 inchi ; 3/4 inchi ; 1/2 inchi ; No.4 ; No.8 dan No.10
c.       Alat penumbuk.
d.      Oven
e.       Talam / baki.
f.       Sikat pembersih saringan
g.      Shieve shaker


3. BENDA UJI
a.       Tanah dibiarkan mengering diudara hingga tercapai keadaan rapuh. Setiap gumpalan butiran dipecah hingga merata. Untuk penghancuran sampel dapat digunakan alat penumbuk dari karet.
b.      Benda-uji diaduk sampai merata lalu dibagi-bagi agar dapat dikeringkan dalam oven, setelah kering sampel ditimbang.

4. PROSEDUR PENGUJIAN
Untuk memudahkan pekerjaan, penyaringan dibagi dalam 3 (tiga) tahap yakni :
-       Ukuran butiran halus          (lebih kecil dari No.10)
-       Ukuran butiran sedang       (3/4 inchi sampai No.10)
-       Ukuran butiran kasar          (3/4 inchi)

Penyaringan butiran halus.
Penyaringan ini dilaksanakan pada analisa ukuran butiran tanah dengan hidrometer. (Lihat analisa dengan hidrometer).

Penyaringan butiran kasar.
a.       Sampel disaring dengan saringan 3/4 inchi, kemudian semua bahan yang melalui saringan dikumpulkan. Butiran yang tertahan diatas saringan dibersihkan dengan menggunakan penyikat kawat.
b.      Dalam keadaan kering, sampel yang tertinggal diatas saringan 3/4 inchi disaring kembali dengan saringan yang lebih besar. Jumlah sampel diatas masing-masing saringan ditimbang dan dicatat.
c.       Secara teliti, sampel yang melalui saringan 3/4 inchi dicampur, dengan cara quartering diperoleh fraksi dengan berat yang cukup banyak untuk analisa butiran sedang.

Penyaringan butiran sedang
a.       Sampel disaring dengan ayakan No.10 dan semua bahan yang melalui saringan ditabur dalam baki atau piring yang besar, lalu sambil diaduk-aduk secara merata. Dibiarkan sekurang-kurangnya selama 1 jam.
b.      Sampel diguncang kemudian dituangkan kedalam air melalui saringan No.10 dengan mebiarkan air pencucinya mengalir terbuang. Pencucian diteruskan hingga air pencucinya tidak lagi kotor. Sampel yang tertinggal dalam saringan dikembalikan kedalam baki.
c.       Seluruh sampel dalam baki dikeringkan dalam oven, setelah kering lalu disaring dengan saringan 3/4 inchi, No.4, No.8, dan No.10 dalam keadaan dingin.
d.      Dari sampel yang melalui saringan No.10 diambil dan digunakan seluruhnya pada analisa Hidrometer.


ANALISA HIDROMETER

1.  TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan susunan ukuran butiran tanah yang mempunyai diameter lebih kecil dari 0,075 atau yang lolos saringan No.10 dengan menggunakan alat hidrometer. Hidrometer tersebut berfungsi untuk mengetahui specific gravity larutan setiap waktu pengamatan. Dari data data tersebut dapat digambarkan grafik distribusi butiran yang merupakan hubungan antara diameter dan prosentase yang lolos.


2.  DASAR TEORI
        Pada dasarnya tanah memiliki berbagai ukuran dan bentuk yang beraneka ragam baik tanah kohesif maupun tanjah non kohesif . sifat tanah banyak ditentukan oleh ukuran butiran dan distibusinya, sehingga analisa ukuran butiran banyak dipakai sebagai acuan dalam Mekanika Tanah. Selain itu analisa ukuran butiran dapat digunakan untuk :
1.              Memperoleh informasi gradasi tanah
2.              Kandungan butiran dan bahan organik
3.              Mengetahui permeabilitas tanah
4.              Untuk mengetahui perkiraan tinggi air kapiler
5.          Perencanaan filter pencegahnya terhanyutnya butiran halus.
        Pengujian ini dilakukan dengan dua cara yaitu analisa hidrometer dan analisa ayak. Dalam pengujian kali ini sample yang digunakan adalah tanah yang lolos ayakan no.200, hal ini berarti diklasifikasikan dalam tanah berbutir halus. Maka dari itu untuk menganalisa butir tanah ini digunakan pengujian analisa hidrometer. Yang dimaksud dengan hidrometer adalah alat yang dicemplungkan ke dalam suatu larutan untuk menegetahui berat jenis larutan, dan kemudiadapat dipakai untuk menentukan density larutan tanah dan air dari waktu kewaktu sebagai fungsi dari diameter butiran ekivalen.

3. PERALATAN
a.    Hidrometer dengan skala-skala konsentrasi (5 - 60 gram/liter) atau untuk pembacaan berat jenis campuran (0,995 - 1,038).
b.    Tabung-tabung gelas kapasitas 1000 ml, dengan diameter 6,5 cm.
c.    Termometer 0 - 50  °C dengan ketelitian 1 °C.
d.    Pengaduk mekanis dan mangkok dispresi / mechanical stirer.
e.    Saringan-saringan No.10 ; No.20 ; No.40 ; No.80 ; No.100 ; No.200.
f.     Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
g.    Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5 ).
h.    Tabung-tabung gelas dengan ukuran 50 ml dan 100 ml.
i.      Batang pengaduk dari gelas.
j.      Stop watch.
4. BENDA UJI
Benda  uji  disiapkan  sesuai dengan cara menyiapkan contoh tanah pada pemeriksaan  PB - 0106 - 76 atau secara langsung sebagai berikut  :
a.         Jenis-jenis tanah yang tidak mengandung batu atau hampir semua butirannya lebih halus dari saringan No. 10. Dalam hal ini benda uji tidak perlu dikeringkan dan tidak perlu disaring dengan saringan No. 10.
b.        Jenis-jenis tanah yang mengandung batu atau mengandung yang lebih kasar dari saringan no. 10. Keringkan contoh diudara sampai bisa disaring. Ambil benda uji yang lewat saringan No. 10.
c.         Tentukan kadar airnya untuk menentukan berat benda uji sesuai PB - 0106 - 76.
5. PROSEDUR  PERCOBAAN
a.       Rendamlah benda uji tersebut dengan 100 ml air suling dan bahan dispersi waterglass sebanyak 20 ml, atau 50 ml air suling dan bahan dispersi SHP (sodium hexametaphospat) sebanyak 100 ml, aduk sampai merata dengan pengaduk gelas dan biarkan terendam selama 24 jam.
b.      Sesudah perendaman, pindahkan campuran semua ke dalam mangkok pengaduk dan tambahkan air suling sampai kira-kira setengah penuh. Aduklah campuran selama 15 menit.
c.       Pindahkan campuran semuanya ke dalam tabung gelas ukur dan tambahkan air suling atau air bebas mineral sampai campuran menjadi 1000 ml. Tutuplah rapat-rapat mulut tabung tersebut dengan telapak tangan dan kocoklah dalam arah mendatar selama 1 menit.
d.      Segera setelah dikocok letakan tabung dan dengan hati-hati masukkan hidrometer. Biarkan hidrometer terapung bebas, dan tekanlah stop watch. Bacalah  angka   skalanya   pada saat stopwatch menunjukkan 0,5 menit ; 1 menit dan 2  menit  dan  catatlah  pada  Form No.06. Bacalah pada puncak meniscus nya dan catatlah pembacaan itu sampai 0,5 gram per liter yang terdekat atau 0,001 berat jenis (Rh). Sesudah pembacaan pada menit kedua, angkatlah hidrometer dengan hati-hati, cuci dengan air suling dan masukkan ke dalam air tabung yang berisi air suling yang bersuhu sama seperti suhu tabung percobaan.
e.       Masukkan kembali hidrometer dengan hati-hati ke dalam tabung dan lakukan pembacaan hidrometer pada saat-saat 5, 15, 30 menit, 1, 4, 24 jam.Sesudah setiap pembacaan dan kembalikan hidrometer ke dalam air suling. Lakukan proses memasukkan dan mengangkat hidrometer masing-masing selama 10 detik.
f.       Ukur suhu campuran tersebut sekali dalam 15 menit yang pertama, kemudian pada setiap pembacaan berikutnya.
g.      Sesudah pembacaan terakhir, pindahkan campuran tersebut ke dalam saringan No. 200 dan cucilah air pencucinya hingga jernih dan biarkan air ini mengalir terbuang. Fraksi yang tertinggal diatas saringan No. 200 harus dikeringkan dan dilakukan pemeriksaan analisa saringan agregat halus dan kasar.


6.  ANALISA DATA

PEMERIKSAAN
 UKURAN  BUTIRAN TANAH
PB – 0107 – 76

A.     ANALISA SARINGAN

a. Fraksi Kasar                                                           Berat tanah kering : 2500 gram
Saringan


Berat tertahan

(gram)
Jumlah berat
Tertahan
(gram)
Persentase
Persen seluruh
contoh yang lewat
(%)
tertahan
(%)
lewat
(%)
3 inchi
0
0
0
100
100
1 inchi
58
58
2,32
97,68
97,68
3/4 inchi
237
295
11,8
88,2
88,2
1/2 inchi
415
710
28,4
71,6
71,6


b. Fraksi sedang                                                         Berat tanah kering : 2500 gram

Saringan 
Berat tertahan
( gram )
Jumlah Berat Tertahan (gram)
Persentase
Persen seluruh Contoh yang lewat (%)
Tertahan
(%)
Lewat
(%)
3/8 inchi
321
1031
41,24
58,76
58,76
No.4
525
1556
62,24
37,76
37,76
No.8
312
1868
74,72
25,28
25,28


c. Fraksi Halus                                                           Berat Tanah Kering: 2500 gram

Saringan 
Berat tertahan
( gram )
Jumlah Berat Tertahan (gram)
Persentase
Persen seluruh Contoh yang lewat (%)
Tertahan
(%)
Lewat
(%)
No.10
128
1996
79,84
20,16
20,16
No.20
271
2267
90,68
9,32
9,32
No.40
104,5
2371,5
94,86
5,14
5,14
No.80
66
2437,5
97,5
2,5
2,5
No.100
14
2451
98,06
1,94
1,94
No.200
35,6
2486,6
99,484
0,516
0,516
PAN
12,8
2499,4
99,996
0,004
0,004

Analisa Perhitungan :
·         Persentase Tertahan 1 inchi (%) gram     = x 100 %
                                                                 = 2,32 %

·         Persentase Lewat 1 inchi (%) gram     = 100 % - Persentase Tertahan 1 inchi (%) gram
= 100 % - 2,32 %
= 97,68 %
  • Persentase Tertahan  inchi (%) gram   = x100 %
                                                                 = 9,48 %

  • Persentase Lewat  inchi (%) gram   = 97,68 % - Persentase Tertahan (%)  inchi
= 97.68 % - 9,48 %
= 88,2 %


II. ANALISA HIDROMETER

Fraksi Lewat Saringan No.200                                       Berat tanah kering 80 gram
Lama Pengamatan
(menit)
Suhu
(oC)
Pembacaan Hidrometer
Rh
Diameter Butiran
D
Koreksi Suhu kt
Pembacaan Terkoreksi
(Rh+kt)
Koreksi Berat
Jenis a
Persen Total
Mengendap
0
0
0
0
0
0
0,98
0
0.5
25
11
0,00869
1,3
12,3
0,98
15,06
1
25
11
0,00869
1,3
12,3
0,98
15,06
2
25
10
0,00875
1,3
11,3
0,98
13,84
5
25
8
0,00883
1,3
9,3
0,98
11,39
15
25
5
0,00898
1,3
6,3
0,98
7,71
30
25
4,5
0,00899
1,3
5,8
0,98
7,11
1 jam
25
3
0,00907
1,3
4,3
0,98
5,27
4 jam
25
1
0,00915
1,3
2,3
0,98
2,82
24 jam
25
0
0,00921
1,3
1,3
0,98
1,59

Contoh Perhitungan :
  • Kt = Berdasarkan tabel nilai faktor koreksi suhu, (tabel 6.1 Petunjuk Praktikum, hal.22)
  • a = Berdasarkan tabel nilai faktor koreksi berat jenis (a), tabel 6.2, hal 22.
  • Diameter Butiran (D) =
-          K   = Faktor koreksi Total (Tabel 6.3, buku panduan  praktikum )
-          Hr  = Dalam efektif hydrometer (Tabel 6.4, buku panduan praktikum)
-          T    = Waktu
-          Persen total mengendap (P) %

Dari grafik gradasi tanah diperoleh:
            D60 =    9
            D10 =    2,5
            D30 =   0,65

A. Koefisien Keseragaman (Cu)
Cu =  =

B. Koefisien Gradasi (Cc )
Cc =  =


7. KESIMPULAN
·  Dengan menggunakan berbagai ukuran ayakan, kita dapat membedakan antara fraksi kasar,
     sedang, halus.
·   Dengan alias hidrometer kita dapat mengetahui ukuran butiran tanah yang lebih kecil  dari
butiran yang lolos ayakan No.200
·   Tanah yang lolos ayakan No.200 adalah tanah lanau
·   Dari hasil perhitungan Cu > 4, maka tanah tsb bergradasi baik dan mamiliki susunan yang
     rapat


8. NOTASI & KETERANGAN
Hr = dalam efektif hidrometer (lihat Tabel 6.4)
t  = lamanya waktu pengamatan (detik)
K  = faktor koreksi total (lihat Tabel 6.3)
Kt  =  faktor koreksi suhu (lihat Tabel 6.1)
a  =  faktor koreksi untuk berat jenis (lihat Tabel 6.2)
h1  =  jarak dari pembacaan Rh ke leher hidrometer (cm), lihat nomogram.
h   =  tinggi kepala dari leher sampai dasar kepala (cm).
Vh  =  volume kepala hidrometer (ml)
A  =  luas penampang silinder (cm2), didapat dengan membagi volume 
                                 silinder (1000 cm3) dengan jarak antara tanda 0 dan 1000.

sumber : http://heryudhahendra.blogspot.com/2017/12/percobaan-iv-pemeriksaan-ukuran-butir.html

Metode Sand Cone Test


 Tujuan

Untuk memeriksa kepadatan di lapangan pada lapisan tanahatau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Memperoleh stabilitas tanah dan memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Bertujuan untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah dilapangan secara langsung dengan membandingkan berat isi kering lapangan dengan berat isi kering pada laboratorium. 

Dasar Teori

Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pasir Ottawa yang digunakan adalah lolos saringan no.10 dan tertahan di saringan no.200. Metode ini hanya terbatas untuk lapisan atas tanah yaitu antara 10 – 15 cm. Sand cone adalah untuk pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan pada lapisan tanah atau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Pengujian yang diuraikan hanya berlaku terbatas pada ukuran butiran tanah dan batuan tidak lebih dari 5 cm diameternya.Yang dimaksud dengan kepadatan lapangan adalah berat kering per satuan isi. 
Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori-pori tanah dengan salah satu cara mekanis. Cara mekanis yang digunakan di lapangan biasanya dengan menggilas, sedangkan dilaboratorim dengan cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan ini tergantung pada kadar air, meskipun digunakan energi yang sama, nilai kepadatan yang akan diperoleh akan berbeda-beda. Pada kadar air yang cukup rendah tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yanag cukup tinggi nilai kepadatannya akan menurun, sampai suatu kadar air tinggi sekali sehingga air tidak dapat dikeluarkan dengan pemadatan.  

Pada pemadatan dengan kadar air yanag berbeda-beda akan didapat nilai kepadatan yang berbeda pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat keadaan yang paling padat (angka pori yang paling rendah). Kadar air dimana tanah mencapai keadaan yang paling padat disebut kadat air optimum. Untuk menentukan kadar air optimum ini biasanya dibuat grafik hubungan antara kadar air dan berat isi kering. Berat isi kering ini digunakan untuk menentukan kadar air optimium dimana mencapai keadaan paling padat, dapat dilakukan percobaan pemadatan di lapanga dan percobaan pemadatan di laboratorium.Dengan nilai kadar air yang optimum yang didapat dari percobaan ini, maka kita dapat memadatkan tanah sehingga tanah tersebut akan mempunyai:

 a)     Kekuatan yang lebih besar
 b)     Kompresibilitas dan daya rembesan yang lebih kecil
 c)     Ketahanan yang relatif lebih besar terhadap pengaruh air
Prosedur atau langkah dalam pemeriksaan sand cone yaitu:
1)    Pemeriksaan Berat Volume Uji
2)    Pemeriksaan Volume Kerucut
3)    Pemeriksaan Kepadatan Tanah di Lapangan

Dalam pengujian sand cone ini, diperlukan hubungan antara Kadar air dan kepadatan dari suatu contoh tanah yang diperiksa. Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan padat ke dalam keadaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air dimana transisi dari keadaan semi padat ke dalam keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis, dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair. Batas- batas ini dikenal juga sebagai batas-batas atterberg.

Kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat pemadatan yang dapat dicapai oleh suatu tanah. Lee dan Sedkamp (1972) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis tanah. Tingkat pemadatan diukur dari berat volume kering yang dipadatkan. Bila air ditambahkan pada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah atau pelumas pada partikel – partikel tanah karena adanya air, partikel – partikel tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih Adanya penambahan kadar air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang – ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel – partikel padat dari tanah. Kadar air dimana berat volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air maksimum. Selain kadar air, faktor – faktor yang mempengaruhi pemadatan adalah jenis tanah dan usaha pemadatan.

Jenis tanah yang diwakili oleh distribusi ukuran butiran, bentuk butiran tanah, berat spesifik bagian padat tanah. Selain itu jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah mempunyai pengaruh besar terhadap harga berat volume kering maksimum dan kadar air optimum dari tanah tersebut. Pada kadar air yang lebih rendah, adanya tegangan terik kapiler pada pori – pori tanah mencegah kecenderungan partikel tanah untuk bergerak dengan bebas untuk menjadi lebih padat. Kemudian tegangan kapiler tersebut akan berkurang dengan bertambahnya kadar air sehingga partikel – partikel menjadi mudah bergerak dan menjadi lebih padat. Bila usaha pemadatan persatuan volume tanah berubah. Kurva pemadatan juga akan berubah. Satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan lapangan (berat isi kering). Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisannya masih belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi dan penyebaran beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang baik, serta berpotensi terjadi konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam lapisan tanah tersebut yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar pondasi secara keseluruhan.

Menentukan Berat Isi Tanah uji sand cone pada STA 01+400 dengan melakukan penggalian kurang lebih 10,60 cm pada plat alat Sand Cone dengan volume lubang 2,095 cm3, material dari penggalian tersebut di masukkan ke wadah/kantong plastik yang tertutup lalu di timbang, berat tempat + tanah basah = 4.765 gr kemudian menimbang pasir + corong+ botol = 7.830 gr lalu meletakkan corong ke bawah di atas plat corong dan membuka kran pelan-pelan dengan memasukkan pasir yang sudah di dalam botol sampai mengisi lubang tersebut = 4.382 gr, lalu menimbang sisa pasir+corong+ botol = 3.448 gr. Kemudian diambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan berat isi tanah (w3/v) = 2.272 gr/cm3

Menentukan Berat Isi Pasir  dilakukan dengan cara meletakkan alat dengan botol di bawah pada dasar yang rata, tutup kran isi corong pelan-pelan dengan pasir. Kemudian kran di buka isi botol sampai penuh dan di jaga agar selama pengisian corong selalu paling sedikit setengahnya kemudian kran di tutup dan dibersihkan kelebihan pasir di atas kran dan ditimbang (Gs) = 1.359 gr.

Menentukan Berat Pasir Dalam Corong dengan cara mengisi botol pelan-pelan dengan pasir secukupnya dan menimbang berat pasir di dalam corong 7.830 gr, lalu meletakkan alat dengan corong di bawah pada plat corong, pada dasar yang rata dan bersih, kemudian membuka kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir, lalu kran di tutup dan menimbang alat sisa pasir 3.448 gr, lalu menghitung berat pasir dalam corong 4.382 gr.


Peralatan dan bahan 

1.    Ember untuk tempat pasi
2.    Kertas untuk corong pasir 
3.    Peralatan lain seperti : sendok, kuas, sendok dempul, dan peralatan untuk menentukan kadar air.
4.    Neraca digital dengan ketelitian 0,1 gram. 
5.    Pasir laut (pasir putih) 
6.    Alat pengujian sand cone
7.    Palu untuk alat Bantu pembuat lubang dalam tanah 
8.    Pahat untuk mencongkel tanah 
9.    Botol transparan kapasitas 1 galon 
10.  Kerucut dengan diameter 16.5 Cm11.   Oven pengering tanah sample pengujian


           
Prosedur Kerja

1.    Mencari Volume Corong 
a     Timbang berat corong logam dan sebagai perlengkapannya  
b     Letakan corong dengan logam diatas dan buka krannya 
c     Isi dengan air sampai keluar dari keran 
d     Tutup kerannya dan buang air yang kelebihan 
e     Timbang corong logam dan perlengkapannya yang sudah terisi air. 
f      Berat air = volume botol (W2 –W1) 

2.    Mencari berat air pasir sebagai berikut 
a     Letakan corong logam dengan lubang diatasnya 
b     Tutup keran dan isi corong dengan pasir  
c     Buka keran dan juga supaya corong selalu terisi pasir minimal   setengahnya dan isi sampai corong logam terisi penuh. 
d    Titup keran dan buang kelebihan pasir 
e    Timbang alat dan pasir (W3) 
f      Berat pasir (W3 – W1) 
g     Berat isi pasir 

3. Tentukan jumlah pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh sebagai berikut:1)        Timbang botol dan pasir (W4)   
a     Isi alat dengan pasir sampai penuh, sampai pasir berhenti mengalir
b     Tutup keran dan timbang botol dan sisa pasir (W5) 
c    Pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh (W4 –W5) Siapkan permukaan tanah yang akan diuji dengan membuat rata permukaaan tanah setempat.
d     Tempatkan alat diatas permukaan yang sudah rata dan beri tanda padalubang pelat. 

4.     Angkat lat tersebut dan buat lubang pada tanda dengan hati – hati.

5.    Tempatkan lagi alat pada tempat semula dan buka keran dan birkan pasir mengalir samapi berhenti, kemudian tutup kerannya.

6.    Timbang berat tanah hasil galian (W7). 

7.    Timbang berat alat dan pasir (W6)


sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/sand-cone-test.html

Metode Analisis Saringan Agregat

Ada 2 macam metode dalam menentukan analisis saringan suatu agregat mineral :

Analisis Saringan Kering
Sejumlah agregat yang dikeringkan dengan saksama dan beratnya ditimbang, diguncang dengan seperangkat saringan dengan ukuran-ukuran yang dipilih. Saringan tersebut disusun dengan ukuran terbesar di atas. Pengguncangan biasanya dengan cara mekanis

Analisis Saringan Pencucian
Metode percobaan ini meliputi penentuan prosedur distribusi ukuran butir agregat halus dan kasar dengan prosedur pencucian. Prosedur semacam ini sering kali dibutuhkan bila agregatnya mengandung butiran-butiran halus atau debu yang sangat halus atau lempung yang mungkin melekat pada butiran-butiran agregat yang lebih kasar. Penentuan analisa saringan ini diperlukan untuk mengetahui gradasi perlu atau tidaknya mengadakan kombinasi campuran.

Dari hasil percobaan analisa saringan, akan didapatkan harga-harga jumlah agregat tertahan pada masing-masing nomor saringan. Harga-harga tersebut diolah untuk mendapatkan harga-harga presentase julah yang lolos. Harga-harga tersebut apabila di plotting ke dalam grafik analisa gradasi yang terdapat di dalam ASTM.

Pada grafik analisa saringan agregat halus dibagi menjadi empat jenis grafik yang dinamakan grafik zona 1, zona 2, zona 3, dan zona 4. Zona tersebut dibagi sesuai dengan sifat dan agregat halus untuk zona 1 bersifat halus, zona 2 bersifat agak halus, zona 3 bersifat agak kasar. Sedangkan grafik untuk agregat kasar dibagi menjadi tiga jenis grafik ukuran maksimum 10 mm, ukuran maksimum 20 mm dan ukuran maksimum 40 mm


sumber : http://unitedgank007.blogspot.com/2016/05/analisis-saringan-agregat.html

Persyaratan Teknis Bahan Aspal Beton

Penggunaan bahan dalam pembuatan aspal beton harus memenuhi ketentuan, sifat-sifat agregat dan aspal, serta syarat / spesifikasi tertentu. Syarat - syarat yang harus dipenuhi :


Agregat

  • Halus (modulus kehalusan 1,5 sampai 2,5), kasar (modulus kehalusan 2 sampai 3)
  • Bersih dari debu
  • Keras
  • Kering


Aspal

  • Nilai penetrasi (25 derajat C, 100 gr/50gr, 5 detik)
  • Titik lembek
  • Daktilitas ( > 1500 mm)
  • Viskositas
  • Kadar Aspal


Campuran

  • Rongga dalam agregat : > 15%
  • Kelelehan : 2 sampai 4 mm
  • Rongga dalam campuran : 3% sampai 5%
  • Stabilitas : > 550 kg
  • Flow / Kelelehan : 200 - 350 kg/mm
  • Indeks perendaman : > 75%

sumber : http://unitedgank007.blogspot.com/2016/05/persyaratan-teknis-bahan-aspal-beton.html 

Metode Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal



Pengujian titik nyala dan titik bakar bertujuan untuk menentukan titik bakar dan titik nyala dari aspal beton. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik di atas permukaan aspal.


Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk menentukan temperatur maksimum pemanasan aspal sehingga tidak terbakar. Jika terbakar tentunya akan menyebabkan menurunnya kualitas aspal. Pengujian titik nyala dan titik bakar sebaiknya dilakukan di ruang gelap sehingga nyala api pertama dapat terlihat jelas.

Proses pencampuran aspal beton dilakukan pada suhu aspal sekitar 100 derajat C sampai 140 derajat C, maka aspal yang diuji tersebut dapat digunakan sebagai campuran aspal beton. Titik nyala minimum menurut tabel penetrasi adalah 200 (untuk penetrasi 60) dan 225 (untuk penetrasi 80) (sumber : SNI 06-2433-1991).

sumber : 
http://unitedgank007.blogspot.com/2016/05/titik-nyala-dan-titik-bakar.html#:~:text=Pengujian%20titik%20nyala%20dan%20titik,titik%20di%20atas%20permukaan%20aspal.