Penyambungan Tiang Pancang

Penyambungan Tiang Pancang

Penyambungan Tiang Pancang

Jenis sambungan tiang pancang beton pracetak dengan tipe struktur monolit hanya dapat digunakan dengan persyaratan sebagai berikut :

  1. Kedua komponen tiang beton pracetak yang akan disambung mempunyai bentuk dan ukuran penampang yang sama
  2. Ujung-ujung komponen yang akan disambung telah disiapkan pada waktu pelaksanaan pembuatan tiang pancang, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku
  3. Kedua komponen tiang yang akan disambung mempunyai mutu beton dan baja tulangan yang sama
  4. Kedua komponen tiang yang akan disambung harus dalam keadaan lurus dan tidak bengkok.

Struktur sambungan tiang pancang beton pracetak tipe monolit harus kuat memikul beban dan gaya-gaya, baik dalam arah vertikal maupun lateral akibat :

  1. Beban dan gaya-gaya yang bekerja pada pilar atau kepala jembatan
  2. Pemancangan
  3. Deformasi lateral dan vertikal
  4. Gaya lateral akibat timbunan pada oprit
  5. Gaya gesek negatif.

Syarat bahan

1. Beton

  • Mutu beton yang digunakan untuk tiang pancang beton harus mempunyai kekuatan minimum fc’ = 25 MPa (σ’bk = 300 kgf/cm²), sesuai SNI 03-1974-1990;
  • Setiap pembuatan tiang harus didasarkan kepada rencana campuran dengan menggunakan komponen bahan yang memenuhi ketentuan yang berlaku dan selama pelaksanaan pengecoran beton harus diikuti dengan pengendalian mutu. Untuk perkiraan awal proporsi takaran campuran dapat digunakan tabel dibawah ini

Perkiraan Awal Proporsi Takaran Campuran

2. Baja

  • Baja tulangan untuk sambungan tiang pancang beton pracetak harus mempunyai tegangan leleh minimum 410 MPa (BJ 55), bebas dari korosi dan kotoran yang menempel pada baja;
  • Selubung untuk sambungan tiang dibuat dari baja yang mempunyai tegangan leleh minimum 210 MPa (BJ 34);
  • Untuk menjamin tercapainya mutu baja yang disyaratkan, sebelum digunakan baja harus diuji mutunya sesuai dengan SNI 07-2529-1991.
  • Mutu baja disesuaikan dengan spesifikasi AASHTO M 270-04 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Sifat Mekanis Baja Struktural

3. Epoksi

Untuk menjamin kuat ikat antara beton dan epoksi serta baja dan epoksi, maka epoksi yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu :

a. Bahan perekat yang digunakan harus mempunyai daya rekat yang sangat baik dan dapat merekatkan dengan sempurna struktur beton

b. Bahan perekat harus dapat berpenetrasi sampai kedalaman retak yang paling kecil yang terjadi pada struktur dengan sempurna dan untuk itu harus mempunyai suatu kekentalan tertentu seperti disyaratkan pada spesifikasi ini

c. Mempunyai sifat fleksibilitas yang dapat menahan vibrasi yang mungkin terjadi di dalam retakan

d. Tidak boleh menyusut pada waktu mengering

e. Tahan terhadap air hujan, CO2, asam, dan bahan kimia lainnya

f. Persyaratan bahan sesuai dengan AASHTO M 235M sebagai berikut:

  • Viskositas minimum 2,0 Pa.s
  • Waktu pengikatan awal minimum 30 menit
  • Kuat leleh tekan (pada umur 7 hari) minimum 70 MPa
  • Modulus elastisitas tekan minimum 1400 MPa
  • Tegangan tarik (pada umur 7 hari) minimum 50 MPa

g. Sebelum digunakan harus dilakukan pengujian mutu epoksi sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

4. Las

  • Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen struktur baja yang akan disambung (seperti BJ 32, BJ 51 atau BJ 52) untuk memastikan bahwa sambungan dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan kawat las berselaput hidrogen rendah.
  • Bahan las (kawat las) harus disimpan dalam keadaan kering di dalam tempat yang tertutup. Jika kaleng atau tempat telah dibuka, maka kawat las harus segera digunakan.
  • Pada penyambungan tiang pancang dibutuhkan kawat las yang sesuai agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Elektroda E 60XX digunakan untuk mengelas baja karbon yang mengandung unsur karbon hingga 0,3% (yang termasuk baja ini adalah baja-baja struktur seperti baja-baja profil, baja batangan dan baja pelat). Elektroda E 70XX aplikasinya lebih luas dari seri E 60XX.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/penyambungan-tiang-pancang

Pondasi Tiang Pancang Kayu

Pondasi Tiang Pancang Kayu

Pondasi Tiang Pancang Kayu

Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan. Tiang pancang adalah bagian dari suatu konstruksi pondasi yang terbuat dari kayu, beton, baja yang terbentuk langsing yang di pancang hingga tertanam dalam tanah pada kedalaman tertentu berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur atas melewati tanah lunak lapisan tanah yang keras.

Tiang pancang kayu terbuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah di potong dengan hati-hati biasanya diberi bahan pengawet dan di dorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi, tiang pancang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah permukaan air tanah.

Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan kayu, akan tetapi tetap tidak dapat melindungi untuk seterusnya,

Tiang pancang kayu sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu.

Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu adalah

  1. Tiang pancang relatif ringan sehingga mudah dalam pengangkutan
  2. Kekuatan tariknya besar sehingga pada waktu di angkat untuk pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti pada tiang pancang beton precast
  3. Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu tidak dapat masuk lagi ke dalam tanah
  4. Tiang pancang kayu lebih cocok untuk friction pile dari pada end bearing pile karena tekanannya relatif kecil

Kerugian pemakaian tiang pancang kayu adalah

  1. Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian
  2. Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil jika dibandingkan dengan tiang pancang dari beton atau baja, terutama di daerah yang muka air tanahnya sering naik turun
  3. Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut merenyuk, apabila tiang kayu tersebut kurang lurus maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah di tentukan.
  4. Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang menyebabkan kebusukan.
Contoh Kerusakan Tiang Pancang Kayu

Tiang pancang kayu tidak lepas dari lima metode penting yaitu :

  • Umum
  • Kepala Tiang Pancang
  • Sepatu Tiang pancang
  • Pemacangan
  • Penyambungan

1. UMUM

Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang.

Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga.

Tiang pancang kayu yang menggunakan kayu lunak memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 – 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, maka dilakukan pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.

2. Kepala Tiang Pancang

Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang. Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan.

Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan.

3. Sepatu Tiang pancang

Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.

4. Pemacangan

Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.

5. Penyambungan

Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.

Metode Penyambungan Tiang Pancang Beton Bundar dan Persegi

Metode Penyambungan Tiang Pancang Beton Bundar dan Persegi

Penyambungan Tiang Pancang Beton Bundar dan

1. Struktur

  • Konstruksi sambungan tiang terdiri dari bagian kepala (atas) dan bagian bawah, seperti tampak pada Gambar 1.
  • Pada bagian kepala dan bagian bawah tiang pancang diberi selubung baja yang dibuat secara terfabrikasi.
  • Ukuran selubung baja didasarkan pada dimensi tiang pancang seperti pada tabel 1 untuk penampang bundar dan seperti pada tabel 2 untuk penampang persegi.
  • Selubung baja harus tahan terhadap pukulan selama proses pemancangan.
  • Selubung tiang bawah dan atas harus dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat alur untuk pengelasan.
  • Alur pengelasan harus cukup lebar sehingga lebar dan tebal las mampu menghasilkan kapasitas sambungan yang sekurang-kurangnya sama dengan kapasitas tiang.
  • Dimensi selubung baja tiang pancang bawah dan atas harus sama.

Tabel 1. Ukuran Selubung Baja Bundar
Tabel 2. Ukuran Selubung Baja Persegi
Gambar 1. Konstruksi Sambungan Tiang Pancang Bundar dan Persegi dengan Las

2. Pelaksanaan

a. Persiapan penyambungan

  • Selubung bagian atas dan bawah harus dibersihkan sebelum penyambungan dilakukan;
  • Tiang pancang atas harus terletak dalam satu garis lurus dan sentris dengan tiang pancang yang disambungnya;
  • Setelah selubung baja terpasang dengan baik kemudian tiang bagian kepala dan bagian bawah disatukan menggunakan las;
  • Sistem pengelasan dilakukan sesuai dengan ASTM A 514.

b. Pelaksanaan di lapangan

  • Permukaan baja yang akan dilas harus dibersihkan dari korosi dan lapisan cat dengan sikat kawat baja dan sikat bulu;
  • Untuk lapisan pertama digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah (low hidrogen) dengan Ø 3,25 mm, sedangkan untuk lapisan kedua dan selanjutnya digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah Ø 4 mm;
  • Pada setiap tahapan lapisan las, permukaan las harus dibersihkan dari terak dengan cara digerinda, dibersihkan dengan sikat kawat baja, dan dibersihkan dengan sikat bulu;
  • Pengelasan dengan posisi horizontal merupakan posisi yang sulit sehingga kawat las harus digerakan agak ke atas untuk menahan lelehnya cairan las ke bawah.

c. Pemeriksaan visual

Jenis pemeriksaan secara visual digunakan untuk mendeteksi cacat yang cukup besar di permukaan. Untuk cacat yang relatif kecil pemeriksaan visual dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu, misalnya kaca pembesar dan kadang-kadang memerlukan alat bantu lain, misalnya lampu untuk menyinari bagian-bagian yang akan diperiksa.

Pemeriksaan visual meliputi :

  • Las harus bebas dari cacat retak
  • Permukaan las harus cukup halus
  • Sambungan las harus terbebas dari kerak
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/penyambungan-tiang-pancang-beton-bundar-dan-persegi

Metode Penyambungan tiang pancang beton persegi dengan epoksi

Metode Penyambungan tiang pancang beton persegi dengan epoksi
Penyambungan tiang pancang beton persegi dengan epoksi

Dalam penyambungan tiang pancang beton persegi dengan epoksi, ada beberapa ketentuan struktur yang harus dipenuhi antara lain :

a. Konstruksi sambungan tiang harus diperkuat dengan tulangan penyambung dan selubung baja.

b. Tulangan penyambung:

  • Pemasangan tulangan penyambung dan pembuatan lubang untuk tulangan penyambung harus dibuat bersama dengan pembuatan tiang, seperti tampak pada gambar 1;
  • Bahan pembantu untuk membuat lubang harus dibersihkan sebelum penyambungan agar pengikatan epoksi dengan beton menjadi sempurna;
  • Tulangan penyambung terbuat dari baja tulangan ulir yang mempunyai tegangan leleh sama dengan tegangan leleh tulangan utama;
  • Panjang tulangan penyambung adalah sebagai berikut : (a) sepanjang l1 = 25 d; (b) sepanjang l2 = 25 d.dengan pengertian :l1 adalah panjang tulangan yang masuk ke ujung tiang atas (mm);l2 adalah panjang tulangan yang masuk ke ujung tiang bawah (mm);d adalah diameter tulangan (mm).
  • Tulangan penyambung diletakkan pada jarak 0,25 B dari sisi-sisi tiang, dengan pengertian B adalah ukuran penampang tiang (mm)
  • Diameter tulangan penyambung tergantung dari ukuran penampang tiang, yaitu : (a) ukuran tiang 300 mm x 300 mm, diameter tulangan = 25 mm;(b) ukuran tiang 350 mm x 350 mm, diameter tulangan = 28 mm;(c) ukuran tiang 400 mm x 400 mm, diameter tulangan = 32 mm.
  • Ukuran tulangan penyambung untuk penampang tiang persegi tercantum pada Tabel 1
  • Kapasitas momen sambungan sekurang-kurangnya sama dengan kapasitas tiang.
Gambar 1. Posisi l1 dan l2
Tabel 1. Ukuran Tulangan Penyambung dan Momen Kapasitas Sambungan

Selubung baja

  • Selubung baja dibuat dari pelat baja setebal 5 mm, mempunyai bentuk penampang persegi yang sudut-sudutnya dilas listrik seperti tampak pada Gambar 2. Selubung baja dipasang dengan skema seperti tampak pada Gambar 3;
  • Rongga bagian dalam selubung mempunyai lebar sebesar 12 mm lebih kecil dari lebar tiang, B;
  • Dimensi selubung baja untuk tiang penampang persegi tercantum pada Tabel 2;
  • Baja yang digunakan untuk selubung harus mempunyai tegangan leleh minimum 210 MPa (BJ 34);
  • Untuk tipe tiang pancang tahanan ujung, selubung tidak perlu ditanam dalam celah.
Gambar 2. Rongga Bagian Dalam Selubung
Tabel 2. Dimensi Selubung Baja
Gambar 3. Skema Pemasangan Selubung

Ujung-ujung tiang yang disambung

  • Kedua ujung tiang yang akan disambung harus sudah disiapkan pada waktu pelaksanaan pembuatan tiang. Masing-masing 4 buah lubang untuk menempatkan tulangan penyambung dengan ukuran seperti tercantum pada Tabel 3 dan Gambar 4.
  • Lubang tempat tulangan harus dibuat lurus, sehingga setelah dipasang tulangan penyambung dalam posisi aksial.
Tabel 3.
Gambar 4. Diameter Tulangan dan Diameter Lubang

Pelaksanaan

Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyambungan tiang dimulai, lakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Periksa kondisi tiang yang akan disambung dan tiang penyambung, meliputi :

  • Mutu tiang harus memenuhi persyaratan menurut SNI 03-4434-1997;
  • Tiang dalam keadaan lurus, tidak boleh melengkung;
  • Posisi dan dimensi lubang untuk penulangan penyambung harus tepat seperti yang telah ditentukan.

2. Periksa kondisi selubung baja yang meliputi:

  • Dimensi harus tepat sesuai ketentuan;
  • Las penyambung pada sudut-sudutnya harus baik dan memenuhi ketentuan;
  • Selubung baja harus lurus dan rongga bagian dalam mempunyai celah antara selubung baja dan tiang beton sebesar 1 (satu) mm di sekeliling tiang.

3. Periksa bahan epoksi yang akan digunakan, apakah telah memenuhi spesifikasi sesuai ketentuan yang berlaku, dan hal ini harus dibuktikan dari hasil pengujian;

4. Periksa tulangan penyambung. Tulangan penyambung harus mempunyai dimensi dan mutu sesuai yang telah ditentukan.

5. Masukkan tiang pancang yang akan disambung ke dalam tanah pada lokasi yang telah ditetapkan, dengan cara dipancang atau ditekan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Sisakan bagian atas tiang menonjol di atas permukaan tanah sepanjang sambungan ditambah 200 mm;

7. Kasarkan dan keringkan permukaan beton yang akan disambung dan bersihkan lubang tempat tulangan penyambung untuk menjamin epoksi dapat menyambung dengan kuat;

8. Lakukan penyambungan dengan urutan kerja sebagai berikut :

  • Olesi secara merata seluruh permukaan beton kepala tiang, bagian dalam selubung baja dan tulangan penyambung dengan epoksi dengan ketebalan 1,0 mm sampai dengan 1,5 mm;
  • Pasang selubung baja di kepala tiang. Celah antara bagian dalam selubung baja dan permukaan tiang harus sepenuhnya terisi epoksi;
  • Olesi secara merata di seluruh permukaan beton pada ujung tiang penyambung serta lubang-lubang tempat tulangan sambungan dengan epoksi setebal 1,0 mm sampai dengan 1,5 mm;
  • Angkat tiang penyambung sesuai prosedur yang berlaku, kemudian ujung bawah tiang dimasukkan ke dalam selubung baja dengan memperhatikan :a. Posisi tiang harus sentris terhadap tiang yang disambung;b. Masukkan tulangan penyambung ke dalam lubang-lubang;c. Epoksi harus dapat menutup celah antara bagian dalam selubung dan permukaan beton;d. Tambahkan epoksi jika masih terdapat rongga, dan dimasukkan ke dalam selubung melalui celah pada keempat sisinya;e. Tutup bagian bawah seluruh baja dengan penjepit baja yang dapat dibuka kembali setelah epoksi mengeras, agar epoksi tidak meleleh ke luar.

9. Lanjutkan pemancangan atau penekanan tiang, setelah epoksi mengeras dengan kuat tekan minimal sama dengan kuat tekan beton yang akan disambung dan didasarkan pada hasil pengujian laboratorium.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/penyambungan-tiang-pancang-beton-persegi-dengan-epoksi

Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor di Lapangan

Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor di Lapangan
Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor di Lapangan

Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek, oleh karena itu langkah awal yang dilakukan adalah pemetaan terlebih dahulu, proses ini sebaiknya  dilakukan sebelum alat- alat proyek masuk. Dari pemetaan ini dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan.
Mobilisasi alat-alat berat, pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat dalam suatu proyek.

Pengeboran, ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat, terdapatnya batuan atau material dibawah permukaan tanah perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok.

Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.
Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan, mata auger dapat diganti Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.

Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual. Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dicek dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah sama seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah siap, maka selanjutnya adalah penempatan tulangan rebar.

Jika perlu, karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan, untuk pengangkatan tulangan dilakukan secara bertahap. Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran betonini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi tersebut secara keseluruhan.

Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat. Adanya air pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.

Apabila pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh. Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat. Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong pipa, pipa tremi perlu dicabut lagi karena apabila beton yang dituang terlalu banyak mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremi, sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi segresi.

Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut. Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik.
Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat muncul dari kedalaman lubang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur. Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/pelaksanaan-pondasi-tiang-bor-di-lapangan


Pondasi Bor dengan Metode Casing

Pondasi Bor dengan Metode Casing

Pondasi Bor Dengan Metode Casing

Metode ini digunakan bila lubang bor sangat mudah longsor, misal tanah di lokasi adalah pasir bersih di bawah muka air tanah. Untuk menahan agar lubang tidak longsor digunakan pipa selubung baja (casing). Pemasangan pipa selubung ke dalam lubang bor dilakukan dengan cara memancang, menggetarkan atau menekan pipa baja sampai kedalaman yang ditentukan. Sebelum sampai menembus muka air tanah, pipa selubung di masukkan. Tanah di dalam pipa selubung dikeluarkan saat penggalian atau setelah pipa selubung sampai kedalaman yang diinginkan. Larutan bentonite kadang-kadang digunakan untuk menahan longsornya dinding lubang, bila penggalian sampai di bawah muka air tanah. Setelah pipa selubung sampai pada kedalaman yang diinginkan, lubang bor lalu dibersihkan dan tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam pipa selubung. Adukan beton dimasukkan ke dalam lubang dan pipa selubung ditarik ke atas, namun kadang-kadang pipa selubung ditinggalkan di tempat.

Prosedur pengecoran tiang bor di bawah muka air tanah dengan menggunakan pipa tremile adalah sebagai berikut :

Bila lubang bor menembus lapisan kerikil terendam air tanah yang di dasari oleh lempung kaku, maka digunakan pipa selubung (casing) unutk menahan agar lubang bor pada lapisan kerikil tidak longsor. Pipa selubung dipasang sedikit saja menancap di lapisan lempung, sedemikian hingga air tanah tidak masuk ke dalam piapa selubung. Dengan cara ini, maka pengeboran beton dapat dilakukan dalam kondisi kering. Namun, bila di lapangan lapisan terdiri tanah granuler yang terendam air tanah, maka pipa selubung harus dipasang hingga mencapai dasar lubang bor. Untuk kondisi yang terakhir ini, saat pengecoran digunakan pipa tremie. Pipa tremie (diameter minimum 150 mm untuk diameter agregat maksimum 20 mm) dan corong penampung adukan harus tahan terhadap bocoran air dan bersih agar adukan beton tidak terhambat mengalir ke bawah. Langkah-langkah pengecoran tiang bor dengan menggunakan pipa tremie ditunjukkan dalam gambar berikut :

Dari gambar tersebut terlihat tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :

  1. Tulangan dan pipa tremie dimasukkan dalam lubang bor saat akan dimulai pengecoran.
  2. Pengecoran dimulai dengan menuangkan air hingga kotoran kental  tipis di bawah diangkat. Jika kontribusi kapasitas dukung oleh tahanan ujung signifikan, kotoran kental harus dibersihkan dengan pompa sebelum pengecoran.
  3. Air keluar saat pengecoran.
  4. Pipa selubung (casing) ditarik keluar (bila digunakan casing sementara).
  5. Pekerjaan tiang bor sudah selesai.

Panjang pengecoran tiang harus  dilebihkan ke atas sedikit, karena bagian atas tiang terbentuk oleh beton dengan kualitas buruk (lunak). Bagian ini nanti, betonnya dipecah dan tulangannya di cor dengan plat penutup tiang (pile cap). Kualitas dari tiang bor sangat bergantung pada kualitas dari proses pelaksanaan, yaitu tahanan gesek dan tahanan ujung tiang. Hal yang paling penting adalah agar selalu menjaga kebersihan dari lubang bor.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/pondasi-bor-dengan-metode-casing

Tipe-tipe Kaison Atau Pondasi Tiang Bor

Tipe-tipe Kaison Atau Pondasi Tiang Bor
Tipe tipe Kaison 1

Pondasi tiang bor atau kaison adalah pondasi yang berbentuk kotak, bulat atau konbinasi bentuk-bentuk tersebut dengan tampang melintang melintang yang relatif besar. Karena tampangnya yang besar ini, bagian dalam fondasi sering terbagi-bagi dalam ruangan-ruangan. Pondasi kaison yang berbentuk silinder atau kotak beton dibuat dengan membenamkan silinder beton ditempatnya, bersamaan dengan penggalian tanah. Pondasi ini dimaksudkan untuk mengirimkan beban besar yang harus melaalui air atau material jelek sebelum mencapai tanah pendukung yang kuat. Pekerjaan pembuatan kaison memerlukan banyak alat-alat berat. Dalam tiap-tiap pelaksanaan sering ditemui masalah-masalah umum dan yang tidak bias dilakukan. Berikut ini akan dipelajari cara pelaksanaan pekerjaan pembuatan.

Tipe-tipe kaison dibagi menurut cara pembuatannya, yaitu :

  1. Kaison terbuka (open caisson)
  2. Kaison pneumatic (pneumatic caisson)
  3. Kaison apung (floating caisson)

1. Kaison terbuka

Kaison terbuka merupakan kaison yang pada bagian atas dan bawahnya terbuka terbuka selama pelaksanaan. Kaison ini, bila digunakan pada area yang tergenang air, pelaksanaannya adalah dengan membenamkan dan menggali tanah di bagian dasarnya. Kaison dimanfaatkan dengan memanfaatkan beratnya sendiri, bersama sama dengan penggalian tanah. Ketika pembenaman kaisonmencapai tanah keras yang diinginkan, dasar kaison ditutup dengan beton dengan tebal antara 1,5 sampai 5 m. Pada kaison terbuka, penutupan dilakukan di bawah muka air. Jika tanah dasar sangat keras maka penggalian dilakukan dengan cara peledakan (blasting).

Pada penggalian tanah untuk kaison terbuka yang umunya dilakukan dengan cara pengukuran, volume tanah yang tergali selalu lebih besar diri volume kaison yang terpasang. Hal ini, disebabkan dinding lubang galian tanah yang cendrung bergerak ke dalam galian.

Keuntungan kaison terbuka :

  1. Dapat mencapai kedalaman yang besar.
  2. Biaya pembuatan relatif rendah.

Kerugian kaison terbuka :

  1. Dasar kaison tidak dapat diperiksa dan di bersihkan.
  2. Kualitas beton penutup dasar yang dicor dalam air tidak bagus.
  3. Penggalian pada tanah yang berbatu sangat sulit.



2. Kaison pneumatik

Kaison pneumatic (pneumatic caisson), merupakan kaison yang tertutup. Penggalian tanah dilakukan dengan mengalirkan udara bertekanan kedalan ruang kerjauntuk penggalian. Dengan cara ini penggalian dan pengecoran beton ke dalam sumuran dilakukan dalam kondisi kering. Bentuk tubuh kaison pneumatic hampir sama seperti kaison terbuka, bedanya hanya pada bagian ruangkerja di bawah. Penggalian dilakukan pada ruang kerja yang diberi tekanan udara yang sama dengan tekanan air tanah untuk mencegah aliran air masuk ke ruang kerja. Pintu udara, kecuali dipakai untuk jalan keluar – masuk pekerja juga untuk mengeluarkan tanah galian. Unutk kaison yang besar dapat dipakai 2 pintu udara, yang pertama unutk galian sedang yang kedua untuk keluar – masuk pekrja. Ruang kerja diisi dengan beton pada waktu dasar kaison telah mencapai kedalaman yang dikehendaki.

Keuntungan :

  1. Pelaksanaan dalam kodisi kering.
  2. Kerena pengecoran beton dalam kondisi kering, kualitas beton dapat seperti yang diharapkan.
  3. Batu-batuan besar dapat dibongkar pada waktu penggalian untuk membenamkan kaison.

Kerugian :

  1. Penggalian dengan tekanan udara membuat biaya pelaksanaan tinggi.
  2. Kedalaman penetrasi di bawah air terbatas sampai kedalaman sekitar 40 m atau 400 kPa. Hal ini karena tenaga manusia mempunyai ketahanan terhadap tekanan udara yang terbatas

3. Kasion Apung

Kaison apung atau kaison box merupakan kaison yang tertutup pada dasarnya. Kaison tipe inin terbuat dari tipe beton bertulang yang dicetak di daratan dan peletakkannya dilakukan dengan mengapungkan  kaison tersebut setelah beton mengeras. Pembenaman kaison ke dalam air atau tanah yang berair, dilakukan dengan dengan cara mengisikan, pasir, kerikil, beton atau air ke dalamnya. Permukaan air harus diperhitungkan selalu berada pada beberapa meter di bawah puncak kaison untuk mencegah air masuk ke dalamnya. Stabilitas pengapungan dirancang menurut prinsip-prinsip hidrolika.

Keuntungan :

  1. Biaya pelaksanaan rendah.
  2. Dapat digunakan bila pembuatan tipe kaison yang lain tidak memungkinkan

Kerugian :

  1. Tanah dasar halus digali atau ditimbun sampai elevasi yang diinginkan.
  2. Tipe ini hanya cocok bila tanah fondasi berada di dekat permukaan tanah. Penggalian tanahyang terlalu dalam mahal, karena tanah jenuh cenderung longsor ke dalam lubang galian.
  3. Tanah pendukung sering tidak padat, karena pemadatanndi dalam air sangat sulit.

 sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/tipe-tipe-kaison